Please enjoy yorobuuunnnnnnn
Alin baru saja selesai mengajar di yayasan dan pergi ke taman untuk beristirahat. Ini sudah hampir dua bulan sejak ia akhirnya membalas pesan Saugi dan memicu kemarahan sahabat-sahabatnya.
Seperti yang diketahui, Mentari dan Jennie berhasil tiba tepat waktu dengan membawa beberapa polisi untuk membuka paksa apartemen si pria. Setelah memastikan bahwa pria monolid itu tidak akan mengambil tindakan bodoh lagi, keduanya pun kembali ke yayasan. Mereka menyayangkan tindakan Alin yang masih berhubungan dengan Saugi, meskipun itu hanya satu arah.
Maka dari itu untuk memastikan agar mereka tidak kecolongan lagi, keduanya pun mengambil ponsel Alin dan meminta pihak yayasan untuk lebih ketat menjaga gadis itu, sehingga ia hanya bisa berkomunikasi dengan mereka lewat telepon yayasan saja.
Alin tidak protes akan hal itu karena ia tahu para sahabatnya memiliki maksud yang baik. Dirinya tidak akan bisa sembuh jika masih terus berhubungan dengan Saugi walaupun hanya sekedar membaca surel-surelnya saja.
“Hey, boleh aku duduk di sini?” seseorang bertanya. Alin mengangkat kepalanya lalu tersenyum kecil dan mengangguk.
“Silahkan.” Balasnya lembut. Si pria pun duduk di samping Alin, keduanya menatap ke arah kebun bunga yang berwarna-warni.
“Aku Werdiyan. Siapa namamu?” si Pria mengulurkan tangannya.
Si gadis pun menyambut dengan ramah, “Aku Alin.”
“Aku tadi melihatmu mengajar para pasien remaja dan itu sangat hebat, cara mengajarmu, metode pengajaranmu dan penguasaan kelasmu juga baik. Apakah kamu seorang guru sebelumnya?” tanya Werdiyan. Awalnya ia berpikir Alin adalah Volunteer biasa namun saat melihat gelang di tangan kiri gadis itu, ia jadi tahu bahwa gadis itu juga seorang pasien di sana.
“Bukan, tapi aku pernah menjadi asisten dosen saat kuliah.” Jawaban Alin mendapatkan anggukan dari si pria.
“Cukup menjelaskan kenapa kamu mampu mengajar sehebat tadi.” pujinya. Alin tersenyum kecil dan menggelengkan kepala.
“Tidak sehebat itu, murid-muridnya yang kondusif jadi sangat mudah mengaturnya.” Elak si gadis. Werdiyan hanya tertawa kecil sebagai respon karena ia mengira gadis di sampingnya itu hanya berusaha merendah. Sedangkan dirinya bisa melihat potensi besar dari gadis cantik itu.
“Apa yang kamu lakukan di sini? Apakah ada seseorang yang kamu kunjungi?” Alin bertanya.
Si pria menggelengkan kepalanya. “Aku baru diangkat menjadi kepala desa jadi aku ingin tahu yayasan ini seperti apa karena masih masuk ke dalam wilayah kerjaku.”
Alin terkesiap. Ia menutup mulutnya dengan mata yang membulat.
“Jadi anda Kepala Desa baru yang akan berkunjung? Maaf, saya tidak tahu. Harusnya saya lebih sopan berbicara dengan anda.” Ia membungkukkan tubuhnya namun si pria menahan.
“Nah, it’s okay. Aku rasa umur kita tidak berbeda jauh jadi kita bisa mengobrol santai.” Ujarnya dan Alin mengangguk paham.
“Kamu sudah lulus?” Werdyan kembali bertanya.
Alin tersenyum kecil dan menggelengkan kepala. “Belum. Aku berhenti kuliah di semester akhir.” Jawabnya. Ada sedikit kesedihan yang ia rasakan karena mengingat dirinya harus meninggalkan pendidikannya yang sudah hampir selesai itu. Padahal satu-satunya hal yang bisa ia banggakan pada kedua orangtuanya yang tidak pernah menganggapnya itu adalah prestasi-prestasinya. Saat itu ia sangat yakin jika dirinya akan lulus dengan nilai sempurna, namun semuanya harus hilang dalam sekejap karena seorang pria.
![](https://img.wattpad.com/cover/342879976-288-k312188.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Chance (?)
Fanfiction❗Gen-Ben❗ Alternate Universe Sequel of 3 Stages Of Loving You