Challenge #18
Tema: Pelatihan Yamabushi_____________________________________
"Ingin pergi ke gunung? Untuk apa?." Tanya Saotome dibalik meja kerjanya.
"Tentu saja untuk latihan, Aruji-dono." jawab Yamabushi Kunihiro, pedang yang beriman kepada ajaran Buddha.
"He?." Saotome kebingungan.
~***~"Aruji apa anda yakin ingin ikut?." Tanya Hasebe. Pasalnya Saotome terus merengek ingin ikut pelatihan Yamabushi padahal semua orang yang dihonmaru tahu kalau pelatihan itu sangat berat dan tidak masuk akal.
"Aruji bagaimana jika anda berlatih dengan saya saja?" Kiyomitsu menawarkan. Kiyomitsu tahu seberapa berat pelatihan itu dan dia tidak mau Aruji kecilnya merasakannya juga.
"Ka... Ka... Ka..., Jangan khawatir Kiyomitsu-dono, Hasebe-dono, aku akan menjaga Aruji-dono kita" Yamabushi datang dengan ranselnya yang berisi perlengkapan latihan.
'kau lah yang mengkhawatirkan' batin Hasebe dan Kiyomitsu.
Saotome dengan cepat memakai sepatunya dan pergi ke gerbang untuk berkumpul dengan yang lain sambil membawa ransel yang entah darimana dia dapatkan. Beberapa pedang ikut diantaranya: Kousetsu Samonji, Sayo Samonji, Nikkari Aoe, Doudanuki, Juzumaru Tsunetsugu, dan Hakata Toushirou. Ditambah dengan Yamabushi sebagai penyelenggara dan Saotome sang saniwa muda. Sebelum pergi, Shokudaikiri memberikan bento untuk makan malam nanti.
Pelatihan Yamabushi dimulai. Mendaki ke gunung, menyeberangi sungai, menanjak tebing, dan menyusuri hutan. Semua dilewati dengan mudah oleh Saotome, Saniwa muda satu ini memang selalu menyukai tantangan dan senang bermain dengan alam jadi semua rintangan tadi dapat dilewati dengan mudah. Semua touken danshinya juga dapat melewati rintangan dengan baik kecuali Hakata. Mungkin karena tantou satu ini lebih menghabiskan waktu dengan laptopnya dan jarang berolahraga tapi kenapa dia ikut? Ichigo menyuruhnya.
Melewati berbagai rintangan sampai kepuncak gunung. Pelatihan sesungguhnya baru dimulai. Pelatihan pertama adalah bersemedi diatas batu yang licin, yang kedua adalah melatih jurus beladiri masing-masing, dan terakhir adalah sparing. Latihannya terlihat mudah bukan? Walaupun begitu tapi tetap saja melelahkan ditambah mereka tidak beristirahat sedetikpun dan terus berlatih hingga waktu makan malam.
Waktu makan malam tiba Saotome dan touken danshi menyelesaikan latihannya. Membuat api unggun dan beristirahat, membuka ransel mereka, ada yang langsung membuka bento, ada juga yang membawa baju ganti dan berganti baju. Sedangkan Saotome memperhatikan awan yang sedari tadi terlihat tidak bersahabat.
"Ada apa aruji?, Anda terlihat cemas?." Nikkari bertanya.
"Ah... Itu... Awan nya terlihat mendung. Sepertinya akan ada hujan, bagaimana jika kita langsung pulang saja?" Jawab Saotome sambil menunjuk awan gelap.
Touken danshi yang mendengarnya mengangguk setuju. Insting Saotome selalu tepat apalagi jika menyangkut alam mungkin karena dia adalah Siren setengah Dark Elf makhluk magis yang diberkati Dewi Pertiwi, dewi alam.
Menghabiskan makan malam dengan cepat dan memadamkan api unggun. Mereka turun dari gunung untuk kembali ke Honmaru. Tapi sayangnya rintangan yang besar datang menghalangi jalan pulang. Badai datang membuat sekitarnya menjadi curam. Tidak ada tempat berlindung sehingga mereka hanya terus berjalan melawan badai.
"Ayo kita berpegangan tangan agar tidak kehilangan satu sama lain" teriak Kousetsu yang berada didepan. Semuanya dengan cepat berpegangan erat.
"ARUJI-DONO. HEI APA KALIAN BERSAMA ARUJI?" Yamabushi yang dibelakang berteriak. Semua toudan melirik pegangan mereka mungkin ada Saotome disalah satunya. Namun sayangnya tidak ada. Saotome menghilang.
~***~Di sisi Saotome.
'sudah kuduga suatu hal buruk akan terjadi tapi kenapa aku harus sekarang? Ukh.. anginnya terlalu kencang' batin Saotome yang sedang menerjang badai.
"SEMUANYA APA KALIAN BAIK-BAIK SAJA?" Hening tidak ada jawaban.
'he? Tidak mungkin-' Saotome sadar kalau dia tersesat sendirian.
Baiklah... Saotome tahu apa yang harus dilakukan yaitu jangan panik, cari tempat yang aman (Saotome memilih berlindung di batu besar), mengambil senter dari perlengkapan darurat Saotome menyinari sekelilingnya untuk membuat sinyal, dan selanjutnya adalah tidak gegabah jadi Saotome memilih untuk menunggu setidaknya badai mereda.
10 menit, 20 menit, 25 menit, 40 menit, 1 jam.
Malam semakin larut tapi badai masih menerjang. Saotome bertindak mencari toudannya.
Menuruni gunung melawan badai, sulit, tapi Saotome berhasil turun dengan selamat. Di kaki gunung badai tidak begitu besar. Hanya hujan deras. Menyusuri hutan Saotome menemukan gua.
~***~Kembali ke touken danshi.
"Bagaimana ini? Bisa-bisanya kita kehilangan aruji" ucap Doudanuki cemas.
Para toudan berada di gua yang berada di kaki gunung untuk berteduh. Mereka juga sedang berusaha untuk mencari Saotome.
'aruji.... Kenapa anda selalu tersesat?' batin Kousetsu, Nikkari, dan Juzumaru.
Mereka ingin segera keluar dari gua dan mencari sang saniwa namun badai terus menghadang. Mengingat pelajaran keselamatan yang Saotome terus ajarkan mereka menahan untuk bertindak gegabah.
"Apa aruji akan baik-baik saja?, Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?, Apa tidak ada yang bisa kita lakukan?, Aruji pasti kedinginan diluar sana?, Kapan badai ini akan reda?." Hakata dan Sayo tidak bisa tenang. Juzumaru dan Kousetsu mencoba untuk menenangkan dua tantou itu.
"Walaupun aruji adalah orang yang pelupa tetapi beliau adalah gadis yang kuat. Aku yakin dia akan baik-baik saja" ucap Juzumaru, Hakata dan Sayo mengangguk.
1 jam kemudian.
Badai tetap menerjang para touken danshi semakin cemas dengan keadaan tuan mereka. Berdiskusi kembali apakah mereka tetap di dalam gua atau nekat mencari Saotome.
Di tengah-tengah diskusi tanpa mereka sadari bayangan sesosok makhluk datang mendekat. Muncul lah sosok seorang gadis yang basah kuyup.
"Permisi apa ada orang?" Itu adalah Saotome.
"AAAAAAAAAAAAAAA" teriak Doudanuki, Yamabushi, dan Hakata.
"ARUJI" Kousetsu dan Juzumaru menarik tangan Saotome untuk masuk. Nikkari memberikan handuk.
Doudanuki, Yamabushi, dan Hakata yang terkejut tersadar kalau yang mendatangi mereka adalah Saniwa bukan hantu. Hampir saja ingin ditebas.
Mereka lega karena akhirnya bertemu kembali. Yamabushi melakukan dogeza karena telah gagal menjaga Saotome tentu saja Saotome tidak membiarkan toudannya seperti itu dan menghibur Yamabushi untuk tidak merasa bersalah.
Ajaibnya tidak lama mereka berkumpul kembali badai seketika mereda. Saotome dan para toudan mengambil kesempatan itu untuk kembali pulang ke Honmaru.
Sesampainya di Honmaru mereka disambut dengan touken danshi yang lainnya serta ceramah dari Hasebe karena mereka pulang larut malam. Dan tentu saja mereka yang ikut berlatih tidak menceritakan kalau mereka sempat kehilangan sang saniwa.