KEKASIH KECILKU |•Kebimbangan Adel
•Cup
"Daddy pulang dulu ya, Baby." pamit Arga setelah mengecup bibir Adel singkat.
Adel hanya diam saja tanpa ekspresi. Gadis itu terlihat seperti tengah memikirkan sesuatu. Membuat Arga merasa aneh dengan perubahan sikap gadis itu.
"Baby.. ada apa? Kenapa kamu melamun?" tanya Arga membelai pipi Adel dengan lembut.
Adel yang tersadar dari lamunannya lantas menatap manik Arga dengan seksama. Iris sapphire nya berubah sendu dengan raut kebingungan.
Gadis itu sedang berperang batin dengan pikirannya sendiri. Dia merasa bimbang untuk menceritakan masalahnya pada Arga atau tidak.
"Ng, Nggak papa kok, Daddy. Adel kepikiran sama tugas sekolah yang belum Adel kerjain." jawab Adel beralasan. Akhirnya dia memilih untuk memendam masalahnya sendiri kali ini.
Arga yang memang memiliki kepekaan tingkat tinggi jika menyangkut tentang Adel tak lantas percaya begitu saja. Namun dia mencoba untuk menghargai keputusan Adel yang belum mau jujur padanya.
"Jangan terlalu dipikirkan, Baby. Daddy tidak mau kamu sampai jatuh sakit." ujar Arga dengan lembut.
Adel mengangguk lirih dengan wajah haru. Entah Arga langsung percaya akan alasannya atau tidak, namun dia merasa bersyukur karena pria paruh baya itu begitu pengertian pada dirinya.
"Dengarkan Daddy, Baby. Apapun masalahnya, pasti ada solusinya. Daddy tidak akan memaksa kamu untuk bercerita sekarang. Daddy akan menunggu kamu sampai siap." tutur Arga seolah mengetahui akan masalah yang tengah Adel hadapi.
Semakin sedih saja Adel mendengar penuturan Arga barusan. Gadis itu langsung memeluk kekasih tuanya dengan erat. Menumpahkan air matanya yang luruh begitu saja saat merasakan tubuh hangat Arga.
Di balik punggung Adel, Arga tersenyum tipis sembari menepuk punggung gadisnya untuk sekedar menenangkannya.
"Daddy pulang ya." pamit Arga lagi setelah merasa Adel sudah tenang.
Adel hanya bisa mengangguk dan diam saja saat Arga mendaratkan kecupannya pada puncak kepalanya.
"Love you, Baby." ujar Arga setengah berbisik sembari melepaskan tautan tangan mereka.
Sekali lagi Adel hanya membalasnya dengan anggukan. Dia menatap kepergian Arga dengan pikiran berkecamuk.
"Maaf, Daddy. Adel masih belum bisa cerita sama Daddy. Adel bingung banget harus gimana." gumam Adel sedih.
"Arga sudah pulang, Sweety?" tanya sebuah suara yang membuat Adel tersentak. Gadis itu buru-buru mengusap air matanya yang menggenang.
"Udah, Pah." jawab Adel sembari memaksakan senyumnya.
Evan tak menaruh curiga dengan suara Adel yang terdengar sengau. Begitu juga dengan kedua matanya yang terlihat sembam. Mungkin karena keadaan teras rumah yang temaram sehingga menyembunyikan raut wajah Adel saat ini.
"Ya sudah. Lebih baik kamu segera masuk. Tidak baik terlalu lama di luar kena angin malam." ajak Evan sembari merangkul pundak putri tirinya itu.
Kedua pasangan ayah dan anak sambung itu berjalan beriringan menuju lantai dua. Semua kamar memang berada di lantai dua dan sudah dilengkapi pengedap suara.
"Papa bicara apa sama Om Arga tadi di ruang kerja?" tanya Adel setelah lama diam.
Evan sedikit berdehem sebelum menjawab pertanyaan Adel.
"Biasa. Urusan pekerjaan." jawab Evan santai.
Adel menyipit karena belum sepenuhnya percaya dengan jawaban sang papa.
"Really? Papa nggak lagi bohong sama Adel, kan?" tanya Adel lagi dengan tatapan menyelidik.
Evan mencebik mendengar pertanyaan Adel.
"Yeah, Sweety. Papa memang bicara tentang pekerjaan dengan Arga. Tapi.. " belum sampai Evan menyelesaikan ucapannya, Adel sudah lebih dulu menyelanya.
"Tuh kan. Pasti Papa bahas yang lain sama Om Arga." celetuk Adel.
"Jangan bilang Papa nyuruh Om Arga buat mutusin Adel? Atau Papa minta Om Arga jauhin Adel?" seloroh Adel dengan berbagai pertanyaan.
Evan tampak mendengus dengan pertanyaan bernada tuduhan yang Adel layangkan padanya.
"Papa memang masih belum sepenuhnya setuju dengan hubungan kalian. Tapi Papa tidak pernah meminta Arga untuk memutuskan kamu." jawab Evan membela diri.
Adel yang mendengarnya sontak saja bernapas lega. Tentu saja Adel langsung percaya dengan ucapan papanya itu. Dari sekian banyak pria yang pernah dekat dengan Adel, ucapan Evan yang selalu bisa Adel percaya dan terbukti adanya.
"Arga memang terlalu dewasa untuk kamu, Sweety. Tapi Papa mempunyai hutang budi pada dia karena sudah menyelamatkan kamu dari Kakek Sigit." ujar Evan lagi sembari mengusap sisi wajah Adel dengan lembut.
Adel menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman. Dia merasa lega sekaligus senang karena Evan mau menerima Arga sebagai kekasihnya.
"Dan Papa akan selalu dukung keputusan kamu." imbuh Evan yang membuat Adel semakin mengembangkan senyumnya.
"Makasih, Pah." kata Adel memeluk papa tirinya.
Evan mengangguk samar dan membalas pelukan Adel dengan senyum tipis yang terpatri di bibirnya.
"Sudah malam. Lebih baik kamu segera tidur. Besok sekolah, kan?" ujar Evan mengurai pelukan mereka. Sebelah tangannya sibuk mengelus puncak kepala Adel dengan lembut.
Adel mengangguk kecil dengan bibir memberengut. Akhir-akhir ini dia memang berkeinginan untuk segera lulus sekolah. Sehingga dia bisa cepat-cepat merasakan menjadi seorang mahasiswi. Tidak tahu saja dia bagaimana dunia perkuliahan, kiww.
Evan terkekeh kecil, sadar dengan apa yang tengah putri tirinya itu rasakan. Berada di semester akhir memang banyak sekali ujian dan tugas yang harus dihadapi. Tapi itulah cara pihak sekolah untuk melatih produktivitas belajar siswa-siswinya.
"Papa tau yang kamu rasakan, Sweety." celetuk Evan mengusak rambut Adel yang membuat gadis itu tertawa kecil karena perlakuan sang papa.
Diam-diam Adel merasa bersyukur karena hubungannya dengan Evan bisa kembali seperti dulu lagi. Walaupun mereka pernah menjalin hubungan terlarang dan fakta bahwa Evan lah yang menjadi pria pertamanya.
"Adel sayang Papa." kata Adel kembali memeluk Evan.
Pria paruh baya itu tampak terkekeh dan membalas pelukan putri tirinya. Sembari membisikkan kata penenang untuk Adel.
"Adel masuk dulu ya, Pah." pamit Adel setelah mengecup pipi Evan dengan senyum mengembang.
"Yes, Sweety. Sleep tight." balas Evan membalas senyum Adel.
Adel lalu masuk ke dalam kamarnya dengan perasaan lebih tenang. Setidaknya obrolan ringan bersama sang papa bisa membuat kegelisahannya berkurang.
Namun...
Greb
"Kenapa lama banget, hm?" bisik seorang pria bertubuh jangkung yang tiba-tiba memeluk Adel dari belakang.
Gadis itu menegang dan terdiam kaku merasakan pria itu memeluknya dengan erat.
"Rileks, Del. Bukannya kita udah biasa kaya gini, hm? Bahkan kita pernah ngelakuin lebih dari ini." ujar pria itu lagi dengan senyum menyeringai.
Adel menipiskan bibirnya dengan wajah datar. Kedua tangannya yang berada di sisi tubuhnya tampak terkepal.
"Lepasin, Bang." desis Adel dengan tatapan lurus pada daun pintu kamarnya.
Terdengar kekehan kecil dari pria yang tengah memeluk Adel. Yang tak lain adalah Guntur, kakak ipar gadis itu.
"Nggak sebelum kamu selesai mu4sin Abang, Del." smirk Guntur yang kemudian menggiring Adel ke arah ranjang.
•
•
Tbc.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Dasar Guntur Kamp*t😡😡
KAMU SEDANG MEMBACA
KEKASIH KECILKU
Romance✨Karya ini merupakan Sequel dari SEXY GIRL✨ Arga tak pernah menyangka jika di usianya yang sudah tidak lagi muda, dia akan menjalin hubungan yang serius dengan seorang gadis remaja yang usianya terpaut cukup jauh dengannya bernama Adelia Reinandra...