KEKASIH KECILKU |•Egois

1.1K 22 0
                                    

KEKASIH KECILKU |•Egois

Arga membanting pintu mobilnya dengan kasar sesaat setelah dia sampai di basement kantornya. Dengan penampilan acak-acakan dia berjalan gontai menuju ruang kerjanya yang ada di lantai paling atas.

Penampilan Arga yang pagi ini terlihat sangat berantakan, membuat beberapa karyawan yang sudah datang dilanda rasa heran. Pasalnya selama ini pria itu dikenal dengan penampilannya yang selalu rapi dan wangi.

Bara, asisten pribadi Arga yang juga baru sampai seketika terbelalak saat melihat penampilan bosnya. Dengan setengah berlari dia mencoba mengikuti langkah lebar Arga.

"Tuan.. " panggil Bara dengan ragu.

Arga lantas menoleh sebentar dan sedikit memelankan langkahnya. Pria itu kembali menatap lurus ke depan dengan wajah datar.

"Apa jadwal saya pagi ini, Bara?" tanya Arga dengan suara dinginnya.

Bara yang ditanya seperti itu sontak saja gelagapan. Masih sepagi ini dan bosnya sudah datang lebih awal membuatnya belum sempat mengecek jadwal.

"A-Anu itu.. " Bara seketika dilanda rasa panik.

Arga melirik tajam asisten pribadinya tersebut. Memangnya apa yang dilakukan Bara sampai tidak mengetahui jadwalnya hari ini?

Pria paruh baya itu lantas melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Membuatnya seketika mengumpat karena ternyata dia datang sepagi ini.

"Ma-Maaf, Tuan. Saya belum sempat mengecek jadwal Anda hari ini karena-"

"Sudah, tidak usah dilanjutkan. Hari ini saya datang terlalu pagi." potong Arga yang memang menyadari jika dirinya datang terlalu pagi. Bahkan jarum pendek di dalam jam tangannya baru menunjukkan angka 6.

Bara mengulum bibirnya rapat dengan raut serba salah. Alhasil dia hanya diam saja selama mengikuti langkah Arga menuju ruangan pria itu.

Keduanya saling diam saat lift mulai bergerak naik menuju lantai atas. Arga terlihat diam saja dengan sorot datar menatap pintu lift yang tertutup rapat di depannya.

Di sisi lain, Bara beberapa kali terlihat ingin mengajak pria paruh baya itu berbicara. Namun melihat raut datar yang selama beberapa hari ini Arga perlihatkan pada semua orang, membuat dia mengurungkan niatnya.

Bara merasa penasaran dengan apa yang terjadi pada bosnya pagi ini. Mengapa Arga datang ke kantor dengan penampilan yang berantakan? Bahkan pria itu masih mengenakan setelan kerjanya semalam.

Sebenarnya apa yang terjadi semalam? Bukannya ada Adel yang menemani pria itu?

Bara memang sempat kembali lagi karena merasa khawatir dengan kondisi bosnya. Namun saat melihat pria itu tertidur pulas dengan Adel yang terduduk di sisi ranjang tanpa melepaskan genggaman tangannya pada tangan Arga membuat Bara seketika merasa lega. Setidaknya ada Adel yang akan merawat pria itu.

"Bara.. " panggil Arga saat keduanya telah sampai di lantai paling atas.

Arga menatap heran asisten pribadinya yang tak kunjung bersuara. Bahkan pria itu terlihat tengah melamun.

"Bara.. " panggil Arga sekali lagi dengan suara keras.

Bara yang tadinya tengah sibuk dengan pikirannya sendiri sontak saja tersadar. Dengan raut gelagapan dia menatap bosnya yang memandang dirinya dengan sorot menyipit.

"Apa yang kamu pikirkan? Saya sudah memanggil kamu berkali-kali tapi kamu justru diam saja." semprot Arga kembali berjalan untuk sampai ke ruangannya.

Bara tampak meringis karena mendapatkan amukan dari bosnya sepagi ini.

"Maaf, Tuan." cicit Bara menundukkan kepalanya merasa bersalah.

Arga hanya melengos dan mendudukkan dirinya di kursi kerjanya dengan kasar. Sorot matanya menatap Bara dengan datar. Membuat sang empu merasa segan.

"Apa yang terjadi semalam dengan saya?" tanya Arga bersidekap.

Bara yang merasa terintimidasi dengan tatapan Arga hanya bisa menunduk.

"Semalam Anda mabuk berat  sehingga saya memutuskan untuk membawa Anda pulang." jawab Arga sesuai fakta.

Namun sepertinya Arga masih belum puas dengan jawaban Bara. Bukan bagian itu yang dia maksud.

"Lalu kenapa bisa ada Adel di kamar saya? Bukannya saya sudah mengatakan kalau saya tidak ingin bertemu dengan dia dulu? Kenapa kamu membiarkan Adel menemui saya dan masuk ke dalam kamar saya?" marah Arga.

Bara menelan ludahnya susah payah karena lagi-lagi mendapatkan semprotan dari bosnya itu.

"Maaf, Tuan. Saya benar-benar tidak tahu jika Nona Adel ada di rumah Anda. Saya baru mengetahuinya ketika sampai di pelataran rumah Anda dan melihat Nona Adel sudah ada di teras. Nona juga sempat membantu saya membawa Anda masuk ke kamar." jelas Bara apa adanya.

Kali ini gantian Arga yang dibuat diam dengan penjelasan Bara. Kini dia mulai paham mengapa Adel ada di kamarnya pagi ini.

"Nona Adel sejak semalam menemani Anda, Tuan. Dia rela ti-"

"Diam, Bara. Saya sedang tidak ingin membahasnya." potong Arga mengelak. Dia hanya tidak ingin mendengar apa yang telah Adel lakukan padanya semalam dan berakhir membuatnya menjadi rapuh dan akhirnya luluh. Sebesar itu rasa kecewa Arga pada Adel, kekasih kecilnya.

Bara tampak menghela napas berat melihat penolakan Arga. Padahal dia ingin mengutarakan apa yang Adel katakan padanya tadi malam. Berharap agar hubungan mereka kembali membaik.

Namun sekali lagi, Bara memilih untuk tetap diam karena takut dianggap terlalu ikut campur dengan hubungan percintaan bosnya. Walau dalam hati dia merasa kasihan dengan Adel dan ingin membantunya.

"Lupakan tentang itu. Sekarang lebih baik kamu pergi ke ruangan kamu dan siapkan apa yang saya minta tadi." kata Arga final yang benar-benar tidak ingin melanjutkan pembicaraan mereka mengenai Adel.

Bara yang memang tidak bisa melakukan apa-apa akhirnya memilih undur diri. Dia keluar dari ruangan Arga dengan hati berkecamuk karena tidak bisa mengatakan apapun pada pria itu.

Di dalam ruangan, Arga tampak mengacak rambutnya frustasi. Bayangan akan Adel yang dilihatnya tadi pagi berkecamuk di dalam pikirannya.

Hampir seminggu dia menghindari gadis itu. Dan pagi ini dia kembali melihat Adel yang terlihat semakin mempesona. Parasnya yang cantik, dengan hidungnya yang mungil, membuat siapa saja yang melihatnya akan langsung terpikat. Jangan lupakan bibir ranumnya yang setengah terbuka. Membuat Arga benar-benar merasa gila ketika mengingatnya.

Ingin sekali Arga mengecup benda kenyal itu. Tidak hanya mengecup, dia juga sangat ingin melumat bibir Adel sampai puas. Secandu itu Arga pada seorang Adel.

Namun sekali lagi, Arga benar-benar menahan semua keinginan tersebut di dalam hatinya. Mati-matian Arga menahan diri untuk tidak menyerang Adel yang ada di depan matanya pagi ini. Dan satu-satunya cara yang tepat adalah dengan segera pergi dari kamarnya.

Beberapa menit berselang, suara ketukan pada pintu ruangannya membuat Arga tersadar dari lamunannya. Pria itu berdehem sebentar dan menyuruh seseorang yang ternyata adalah Bara untuk masuk.

"Permisi, Tuan. Hari ini Anda ada jadwal pertemuan dengan Tuan Evan di Extraordinary Cafe pukul 10 pagi. Lalu dilanjutkan dengan meeting bersama Tuan Carlos pukul 2 siang di Hermosa Àrmonia Bar untuk membahas project baru perusahaan kita dengan H&M Company." jelas Bara panjang lebar saat menjelaskan jadwal pertemuan Arga hari ini.

"Evan? Kenapa harus hari ini?" gumam Arga sembari memijit pangkal hidungnya yang terasa pening.



Tbc.
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Hayoo lohh Arga ketemu sama calon mertua.
Kira² Arga kena semprot sama Evan nggak ya grgr udah bikin Adel sedih🤔

KEKASIH KECILKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang