12 - DNA | ‼️

3.3K 45 2
                                    

Siang hari buta Katrina dan Jake duduk bersebelahan di ruang tamu rumah. Belum ada yang berani membuka percakapan diantara keduanya. Hanya duduk, menghela nafas dan mencuri pandang satu sama lain.

Suasana semakin canggung, keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing, mengingat kejadian yang membuat mereka sampai terpisah dalam waktu yang lama.

"Sejak kapan?"

Untunglah Katrina membuka suara. Sebelum menjawab Jake tarik nafas dan menghembuskannya kasar.

"Udah lama. Kenapa kamu pindah ke sini? Jauh dari Ethan. Apa ada masalah?"

"Hm. Dia bakal nikah dalam waktu yang dekat. Jadi, aku pindah kesini", Katrina mengembangkan senyum terpaksa nya.

Jake memasang raut wajah kecewa. Soal perasaannya, dia masih saja seperti dulu saat masih bersama Katrina. Jake masih suka.

Lagi lagi mereka berdua menghela nafas berat. Menatap kosong kearah depan tanpa niat melirik satu sama lain.

"Maaf", kata yang baru saja terlontar dari Jake begitu tulus, hingga Katrina meminta lebih lagi.

"Maaf buat semua", ucapnya sembari menunduk merasa penuh bersalah.

"Gak semudah itu aku maafin kamu. Semua yang kamu lakuin udah kelewatan".

"Maaf, maaf, maaf", Jake mengguncang tubuh Katrina, mencengkram kuat kedua bahu wanita itu.

Semakin dibiarkan semakin menjadi, bahkan Jake menatapnya intens. Gerak geriknya aneh, Katrina mencoba melepaskan cengkraman nya tapi tidak bisa.

"Jake!"

Katrina bangkit dari duduknya, menatap jengah kearah Jake. Tatapan mata yang menjijikan itu, masih berani menatap Katrina?

"Jangan ganggu aku lagi. Anggap kita gak pernah kenal", Katrina meninggalkan rumah dengan perasaan campur aduk.

Wanita yang tampak menyedihkan berjalan tanpa arah keluar pekarangan rumah. Mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, menelepon nomor seseorang yang mungkin bisa membantunya saat ini.

"Halo Rin? Ada masalah?"

Mendengar suara itu, Katrina mulai menangis. Langkah kakinya pun semakin cepat menghindari rumah sejauh mungkin.

Hingga ia sampai di pinggir jalan raya besar.

"Hey. Kamu dimana?"

"Pinggir jalan. Bisa jemput aku?"

"Tunggu disana jangan pergi kemana mana".

Tut..

Katrina masih sesenggukan, bersandar di jendela mobil menatap kearah luar dengan tatapan sendiri. Perasaan kecewa dan sedih masih terasa baginya, sesak, jadi susah untuk berhenti menangis.

"Mau mampir kerumahku? Siapa tau nanti nyaman. Kamu bisa tinggal dirumahku kalau mau", jelas Sean yang sedang menyetir mobil.

Tidak menjawab. Katrina hanya mengangguk kepala pasrah. Tidak tau harus berkata apa. Harapan satu satunya hanya Sean. Orang yang dia kenal dikota asing ini.

Semakin jauh, jalanan semakin ramai. Hari pun semakin gelap. Sean tidak langsung membawa Katrina kerumahnya, Sean hanya berputar putar dikota agar Katrina merasa tenang.

Sean merasa ada sesuatu yang mengganjal dihatinya ketika bersama Katrina. Entah itu perasaan apa, yang jelas nyaman itu ada.

Berharap Katrina merasa tenang, tapi ternyata malah tertidur. Mobil sudah terparkir di depan rumah megah. Mau tak mau Sean harus membangunkan Katrina.

OBSESSION | [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang