7. Kenapa Harus Dia.

48 6 2
                                    

Han Keina memasukkan beberapa snack ke dalam keranjang yang ada ditangannya. Tadinya ia sudah mengemasi barang-barang yang akan dibawanya untuk pergi berlibur. Kini dirinya merasa begitu antusias untuk pergi berlibur bersama dengan kedua sahabatnya. Mungkin saja dengan itu dirinya bisa menenangkan pikirannya. Pun setelah pulang dari berlibur harapannya ia bisa melupakan Jimin sepenuhnya. Atau kalau bisa saat berlibur nanti ia bertemu dengan Pria tampan dan kaya, yang ternyata adalah jodohnya. Astaga. Kenapa Han Keina bisa berpikir seperti itu padahal dirinya baru saja putus dengan Park Jimin.

Rasanya kesal sekali karena Keina selalu saja memikirkan mantan kekasihnya. Seperti sedang apakah Jimin saat ini, ketika sudah tak bersamanya lagi. Apa sekarang Pria itu sedang bersama dengan Perempuan lain. Seakan semua hal tentang masa lalunya dengan sang mantan kekasih berputar di kepalanya bagai kaset rusak. Tentu saja hal itu membuat Han Keina kembali merasakan sakit hati. Rasanya ia ingin menghilang dari muka bumi ini untuk sementara waktu, sampai dirinya bisa benar-benar melupakan mantan kekasihnya. Lalu akan kembali lagi ketika tak sedikitpun ingatan tentang Jimin ada di dalam pikirannya.

Tangan Han Keina terulur untuk mengambil snack, namun bertepatan dengan itu seseorang kini juga tengah mengulurkan tangannya untuk mengambil snack tersebut.

Keina terdiam, maniknya menatap pada seorang Pria yang kini tengah berdiri di sampingnya. Sama halnya dengan Keina, Pria itu pun juga tengah menatapnya.

Buru-buru Keina menjauhkan tangannya, "Kau." ucap Keina.

"Kenapa?"

Ingin rasanya Keina tertawa, tapi tidak ada yang lucu disini. Maksud Han Keina rasanya ingin sekali dirinya menertawakan dirinya sendiri karena nasib sial dirinya yang harus bertemu Jimin disini.

"Tidak apa-apa." jawab Keina sembari mengambil cepat snack lalu memasukkannya ke dalam keranjang. Sebab tak ingin berlama-lama berada di dekat Pria yang sudah menyakitinya tersebut.

Jujur saja Keina masih saja merasa sakit hati karena Jimin lebih memilih memutuskan hubungan dengannya. Padahal pertunangannya hanya tinggal sebulan lagi. Impiannya selama ini untuk menikah dengan Pria yang dicintainya pun lenyap seketika. Kini hanya kenangan dirinya saat masih bersama dengan Jimin yang ada di dalam pikirannya.

Jimin menatap punggung sang mantan kekasih yang berjalan menjauh darinya. Ingin sekali menggenggam tangan itu dan meminta maaf, namun kenapa rasanya begitu sulit. Lidahnya seolah keluh. Sangat sulit bagi dirinya hanya untuk mengucapkan untaian kata maaf. Padahal ia menyesal karena telah memutuskan hubungannya dengan Han Keina.

Disisi lain Han Keina kini tengah mencoba untuk menenangkan detak jantungnya yang berdetak dengan sangat kencang di dalam sana. Ia tidak menyangka akan bertemu Jimin di supermaket seperti saat ini. Ia mencoba untuk menghindari mantan kekasihnya, namun malah harus bertemu di supermarket seperti ini.

"Kenapa harus bertemu dia, sih?" monolog Han Keina yang merasa begitu kesal karena baru saja bertemu dengan mantan kekasihnya. Niat hati ingin cepat move on malah harus dipertemukan seperti ini.

Rasa sakit hati Han Keina kembali muncul ke permukaan. Ia ingin sekali menangis rasanya, ketika mengingat kembali kenangan saat bersama dengan Jimin. Keduanya sering berbelanja di supermarket berdua. Namun itu hanya tinggal kenangan saja, sebab hal seperti itu tidak akan dapat terulang kembali. Karena dirinya dan Jimin kini telah putus.

🍁🍁🍁🍁

Entah memang hari ini adalah nasib sial untuk seorang Han Keina, setelah bertemu dengan Jimin di dalam supermarket. Kini keduanya bertemu kembali bertemu. Dan sialnya lagi mobil Keina terparkir tepat di sebelah mobil sang mantan kekasih.

Jimin menatap pada mantan kekasihnya, begitupula sebaliknya. Keduanya saling bertatapan untuk beberapa saat. Sebelum pada akhirnya Han Keina mengalihkan atensinya kearah lain.

Keduanya saling rindu, hanya saja tak bisa mengungkapkan satu sama lain karena sudah tak ada hubungan lagi. Han Keina yang masih merasa sakit hati karena diputuskan oleh Jimin. Dan Jimin yang merasa bersalah, ingin meminta maaf tapi gengsinya masih terlalu tinggi untuk itu.

"Dasar Pria pendek tidak punya hati."

Setelah meledek mantan kekasihnya dengan ucapan yang selama ini tidak disukai. Han Keina pun segera masuk ke dalam mobilnya. Rasanya ia ingin sekali menangis dengan sangat kencang, namun ia tahan mati-matian. Di dalam mobil air matanya pun turun membasahi wajahnya. Hatinya masih untuk Jimin. Ia masih mencintai Pria itu sampai saat ini. Sekeras apapun dirinya mencoba untuk membenci Jimin, tetap saja perasaan cintanya masih saja ada. Keduanya telah lama bersama. Banyak sekali kenangan yang keduanya lakukan bersama. Rasanya sangat sulit menghapus kenangan itu.

Sedangkan Jimin masih berdiri mematung di samping pintu mobilnya. Tak menyangka jika Han Keina akan mengatakan hal seperti itu kepadanya. Perempuan itu jelas tahu jika saja Jimin tidak suka dikatai pendek. Namun Keina malah mengatakan hal itu, lalu setelahnya pergi begitu saja.

"Dia memang sangat menyebalkan." monolog Jimin.

Meskipun begitu, Jimin tidak sedikitpun bisa membenci Perempuan yang pernah menjalin hubungan lama dengannya tersebut. Han Keina begitu berarti untuknya. Meskipun kini keduanya tak lagi bersama, namun sampai saat ini nama Perempuan itu masih tersemat di hatinya. Sekeras apapun Jimin berusaha menghapus nama Han Keina dari dalam pikirannya, terasa begitu sulit untuknya. Nama itu seakan sudah terukir layaknya sebuah tato yang sulit untuk dihilangkan. Mungkin akan butuh waktu lama untuk menghilangkan nama itu dari dalam pikirannya.

Sedangkan untuk Han Keina sendiri kini tengah menangis di dalam mobil. Ternyata sangat sulit untuk melupakan Jimin. Bahkan saat bertemu lagi dengan Pria itu debar-debar di dadanya masih ada. Pun ingatan akan masa lalu saat dirinya masih bersama dengan Jimin tiba-tiba saja terlintas di dalam pikirannya. Hal itu jelas semakin menambah rasa sesak di dalam dadanya.

Keina berpikir jika saja ajakan kedua sahabatnya untuk berlibur memang sangat tepat. Selain butuh menenangkan pikirannya, ia juga butuh jauh dari sini agar tidak bertemu dengan Jimin untuk sementara waktu. Ia juga berharap setelah pulang dari berlibur ia dapat benar-benar sembuh dari rasa sakit hati yang menderanya.

"Kenapa aku cengeng sekali." monolog Keina sembari menghapus air matanya menggunakan punggung tangannya.

Akan percuma saja ia menangis. Bahkan sampai besok pagi pun akan tetap sama saja. Jimin tidak akan kembali padanya. Hubungan keduanya sudah berakhir. Jadi untuk apa ia menangis. Sampai dadanya sesak dan masuk rumah sakit pun semua akan tetap sama saja. Hubungan keduanya telah berakhir, jadi tidak ada yang harus ditangisi ataupun disesali. Meskipun rasanya sakit sekali, tapi Han Keina mencoba untuk bisa menerima semuanya dengan ikhlas. Ini sudah menjadi keputusan Jimin untuk memutuskan hubungan diantara keduanya. Jadi ia harus bisa menerimanya, meskipun rasanya teramat sakit.

Proses Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang