4. Menghabiskan Waktu Bersama Jalang ❎

53 7 0
                                    






Kini Jimin ditemani oleh dua Perempuan cantik dan juga sexy di sebelah kanan dan kirinya. Bukankah ini seperti surga dunia, meskipun termasuk perbuatan yang menambah dosa-dosa. Namun Jimin tidak peduli dengan apa yang dilakukannya saat ini. Kini statusnya single, dia sedang tidak terikat hubungan dengan Perempuan manapun. Jadi ia bebas melakukan apapun yang ia suka termasuk menyewa Jalang di sebuah Club. Siapa yang akan marah. Toh, kini dirinya sudah tidak bersama dengan Han Keina.

"Kau sangatlah tampan." ucap Perempuan bersurai pirang yang duduk tepat di sebelah kanan Jimin. Tangan Perempuan itu tidak tinggal diam sedari tadi. Menyentuh dan mengelus dada Jimin yang masih terbalut kaos berwarna hitam.

Entah kenapa, meskipun kini dirinya tengah berada diantara dua Perempuan cantik dan juga sexy. Tapi pikirannya masih saja memikirkan sang mantan kekasih. Wajah Keina seolah terbayang-bayang dipikirannya, seakan tidak mau pergi. Meskipun Jimin ingin sekali mengusir bayang-bayang wajah gadis yang sudah berstatus sebagai mantan kekasihnya tersebut. Namun semakin ia berusaha menghapusnya, semakin Jimin mengingatnya kembali.

Salah satu Jalang memberikan segelas Vodka pada Jimin. Namun Pria itu menolaknya, ia tidak ingin mabuk berat seperti kemarin saat dirinya bersama dengan kedua sahabatnya.

"Tidak. Aku tidak mau minum lagi." ucap Jimin.

"Bagaimana jika bermain di atas ranjang."

Jimin terdiam sejenak, menelan ludahnya susah payah. Dua Jalang yang bersama dengan dirinya begitu cantik dan sexy. Sebagai seorang Pria tentu saja ia merasa begitu tertarik pada keduanya.

"Boleh juga. Tapi aku harus memilih salah satu diantara kalian." ucap Jimin.

"Kenapa tidak kita berdua saja." ucap Perempuan yang berada di sebelah kiri Jimin. Perempuan itu menyentuh pipi Jimin yang begitu lembut. Merasa nyaman dengan Pria tampan yang kini tengah menyewa jasanya tersebut.

Park Jimin pergi ke sebuah club dan memilih untuk bermain Jalang guna menenangkan dirinya. Namun yang ia dapatkan bukanlah sebuah ketenangan. Justru sebaliknya. Mungkin saja dengan adanya Perempuan disampingnya ia dapat sedikit saja melupakan sang mantan kekasih dari dalam pikirannya. Nyatanya itu tidak berarti apapun untuk dirinya. Bayang-bayang wajah sang mantan kekasih masih saja berputar di kepalanya bagai kaset rusak.

Jimin tersenyum, "Aku harus pulang." ucap Jimin sembari menyingkirkan kasar tangan salah satu Jalang yang sedari tadi mencoba untuk menggodanya.

Kini Jimin merasa tidak selera dengan dua Perempuan yang ada di samping kanan dan kirinya. Lebih baik ia bermain sendiri saja di apartemennya, ketimbang menghabiskan malamnya dengan Perempuan murahan seperti yang ada di sampingnya. Sebenarnya Jimin bukan tipe Pria yang suka menyewa seorang Perempuan untuk memuaskan hasratnya. Namun hal ini ia lakukan hanya karena alasan patah hatinya. Bukannya merasa nyaman dihimpit dua Perempuan cantik dan sexy, justru sebaliknya. Jimin merasa risih kini, terlebih lagi Perempuan itu yang kini berebut untuk tidur bersama dengannya. Jimin lebih suka menghabiskan malam panas bersama dengan Perempuan yang dicintainya. Namun kini Perempuan itu sudah tak lagi bersamanya. Bayang-bayang akan kenangan saat dirinya tidur berdua bersama dengan Han Keina tiba-tiba saja kembali terlintas dipikirannya. Dimana Perempuan itu yang terlihat begitu sexy ketika di atas ranjang.

"Kenapa tidak menghabiskan waktumu dengan kita?" tanya salah satu Perempuan yang disewa Jimin.

Jimin beranjak dari duduknya, kemudian tersenyum, "Maaf tapi aku harus pulang. Terima kasih."

Jimin mengambil beberapa lembar uang yang ada di dalam dompetnya. Lalu memberikan kepada kedua Perempuan tersebut. Kemudian melangkahkan kakinya untuk pergi dari dalam club tersebut.













🍁🍁🍁🍁



Park Jimin menatap kamarnya yang kini tak ada satupun bingkai foto dirinya dan Keina yang terpajang. Padahal saat masih menjalin hubungan ia banyak sekali memajang foto dirinya dan Perempuan yang sampai saat ini masih dicintainya tersebut.

"Aku merindukanmu." monolog Jimin sembari merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Andai saja waktu itu ia menurunkan sedikit saja egonya, mungkin sampai saat ini ia dan Keina masih bersama. Keduanya telah bersama dalam waktu yang lama. Melewati banyak hal berdua. Namun hubungan keduanya harus berakhir hanya karena Jimin yang tersulut emosi karena ucapan Han Keina. Seharusnya keduanya menyelesaikannya dengan cara baik-baik. Bukan malah Jimin yang mengakhiri hubungan diantara keduanya. Padahal pertunangan keduanya akan berlangsung satu bulan lagi. Akan tetapi hal itu urung karena kini hubungan keduanya telah berakhir.

Ada rasa sesal yang Jimin rasakan karena lebih mengikuti egonya waktu itu. Andai saat itu ia lebih bisa sedikit bersabar mungkin hubungannya dengan Han Keina masih bertahan.

Park Jimin mengambil ponsel miliknya yang berada di dalam saku celananya. Hendak menghubungi Keina namun ia sudah menghapus nomor dari mantan kekasihnya tersebut. Bahkan Keina juga sudah memblockir semua pertemanan dengannya di media sosial.

Helaan napas berat keluar dari belah bibir Jimin, "Andai aku tidak menuruti egoku waktu itu." monolog Jimin.

Park Jimin begitu menyesal. Bahkan keluarganya sampai saat ini belum tahu jika ia dan Keina telah putus. Bagaimana jika orang tuanya tahu kalau saja hubungan keduanya putus, padahal pertunangan keduanya hanya kurang satu bulan lagi. Sebenarnya ia ingin sekali meminta maaf pada mantan kekasihnya tersebut, hanya saja untuk bertemu secara langsung rasanya sangat tidak mungkin. Ia tidak punya keberanian untuk itu. Setelah ia memarahi dan mencaci maki, lalu memutuskan hubungan keduanya pasti hati Keina masih sangat sakit. Jadi butuh waktu untuk itu. Tidak mungkin ia langsung menampakan wajahnya di hadapan Perempuan itu. Sebab Jimin tahu bagaimana Keina.

Tiba-tiba saja bayangan akan masa lalu saat dirinya masih bersama dengan Han Keina mengisi penuh otaknya. Dimana Perempuan manis itu yang selalu menemani hari-harinya. Han Keina yang begitu perhatian padanya, meskipun menyebalkan. Jimin begitu mencintai Keina meskipun Perempuan itu terkenal begitu galak dan juga bar-bar. Suka memaki-maki orang, namun rasa cintanya pada Han Keina tidaklah memudar seiring dengan berjalannya waktu. Meskipun kini keduanya sudah tak lagi memiliki hubungan, bahkan ras cinta itu masih ada. Nama Keina masih tersemat di dalam lubuk hatinya yang terdalam. Berharap jika saja takdir baik berpihak kepadanya. Sebab Jimin menyesal karena telah memutuskan hubungannya dengan Perempuan yang masih begitu dicintainya tersebut.

"Aku harap kau baik-baik saja sekarang." monolog Jimin.

Jimin berharap jika saja Han Keina tidak melakukan hal-hal diluar nalar karena putusnya hubungan dengannya. Sebab Jimin tahu jika merasa kesal atau sedang sakit hati Perempuan itu akan berbuat hal-hal yang tak biasa. Ia sudah paham betul bagaimana dengan kelakuan dari mantan kekasihnya tersebut.

Proses Move On (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang