"Bagaimana caranya untuk aku memilikimu, Tuan? Sedangkan gadis itu sudah lebih dulu berani mendekatimu."
-Bellova Putri Kharisma-
🦋Happy Reading🦋
Diary berwarna merah muda itu terbuka, pulpen di sampingnya mulai menari di atas buku. Coretan demi coretan terukir di sana. Gadis cantik dengan rambut terurai tengah memandangi bukunya, dengan senyum manis menghiasi wajah.
Angin malam ini sungguh sejuk, langit terlihat terang dengan hiasan bulan dan bintang di atasnya. Bellova duduk di depan meja belajar, menulis semua kebahagiaan yang ia terima hari ini.
"Kapan, ya, bisa dekat Geo lagi?" tanyanya pada diri sendiri.
Buku harian itu hampir penuh, sudah hampir satu halaman Bellova bergelut di sana. Perasaan bahagia karena Geo hari ini, mampu membuatnya merasakan debaran yang tidak biasa. Bellova tak henti memikirkan sosok itu, mata hitam berbinarnya yang menatap Bellova sore tadi, ah, itu sangat indah.
***
"Kantin, yuk, Bell." Karin menutup buku pelajarannya.
Sejak dua menit lalu, bel istirahat dibunyikan, pertanda jam pelajaran kedua telah usai. Para siswa berbondong-bondong keluar kelas menuju kantin. Cacing-cacing penghuni perut mereka itu sudah memainkan dinding ruangannya, meminta makan secara paksa agar ia mau berhenti memberontak.
"Bentar, aku selesaiin ini dulu." Gadis itu masih bergelut dengan catatannya.
Prinsip yang dipegang Bellova saat ini ialah “Kalau bisa sekarang, kenapa harus nanti?” Gadis itu berusaha menyelesaikan catatannya dahulu, sebelum pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Meskipun siswa lain telah meninggalkan ruangan tanpa menyelesaikan catatan mereka, tetapi tidak dengan Bellova.
Karin kembali duduk di tempatnya, menunggu sahabatnya menyelesaikan catatan. Tidak heran mengapa selalu Bellova yang mendapatkan peringkat pertama berturut-turut, setiap akhir semester namanya tidak pernah absen dari daftar peringkat kelas. Memang segila itu usaha Bellova untuk mendapatkannya.
"Yuk. Udah, nih," ujarnya sembari menutup buku dan memasukkannya ke dalam tas.
Bellova dan Karin berjalan menyusuri koridor sekolah, koridor itu terlihat ramai akan siswa-siswinya. Suara tawa dari mereka mengisi tiap sela koridor, sebuah candaan yang mereka mainkan menghiasi wajah dengan senyuman.
Sepanjang jalan Bellova dan Karin saling diam, belum ada cerita menarik untuk hari ini. Bahkan, Bellova belum ingin menceritakan kejadian kemarin kepada Karin, ia masih ingin merasakannya sendiri. Tidak sampai lima menit menuju kantin, kini mereka sudah berada di sana. Mereka melihat sekeliling, makanan apa yang sekiranya dapat menarik selera makan keduanya.
Pandangan Bellova terhenti, terlihat seorang gadis tengah berjalan mendekati meja makan di ujung kiri kantin, kumpulan siswa laki-laki dari kelas sebelas IPA 4. Gadis itu terlihat sangat akrab dengan kumpulan laki-laki di sana. Dia siapa? batin Bellova, hanya pertanyaan itu yang kini terus berputar di kepalanya.
"Kita mau makan di mana, Bell?"
Pembicaraan Karin berhasil membuat Bellova tersadar dari lamunan singkatnya. "Di mana aja, aku ikut kamu."
"Bakso?" ajak Karin.
"Iya," ujarnya lesu, tidak bersemangat.
Karin menarik pelan pergelangan tangan Bellova, mengajaknya ke arah penjual bakso di ujung kantin sana. Ya, tempat makan di mana Geo dan teman-temannya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bellova Geonandra (ON GOING)
Teen FictionSeringkali seseorang yang sedang berproses untuk masa depannya, terhalang oleh kisah percintaannya. Cerita ini tentang seorang remaja SMA bernama Bellova. Pertemuannya dengan sosok Geo, seorang pebasket itu membuat ia kehilangan dirinya sendiri. Li...