8. Sore Hari Bersamamu🦋

45 25 41
                                    

"Bohong jika aku bisa sendirian, nyatanya aku membutuhkan tempat bersandar dan berekeluh kesah sepertimu. Terima kasih selalu ada, Bellova."

-Geonandra Hafidz Rivandra-


🦋Happy Reading🦋

"Lemes banget," ujar laki-laki dengan potongan rambut 121-nya menghampiri Geo.

"Gue lagi pusing, duluan aja kalau mau makan ke kantin. Gue mau ke perpustakaan aja, sumpek," katanya sembari membereskan buku pelajaran yang berada di atas meja.

"Buset, kita emang berbanding terbalik, Ge. Gue pusing lebih milih makan di kantin, lo malah mau ke perpustakaan." Aril masih menatap lekat sahabatnya yang tengah membereskan buku itu. "Woi, anjir!" lanjutnya, ketika melihat Geo pergi meninggalkan ruang kelas mereka.

Suasana hati buruk, itulah yang kini dirasakan Geo. Laki-laki yang memiliki alis tebal dan bulu mata sedikit lentik itu nampak suram. Ia lebih memilih untuk menyendiri jauh dari teman-temannya. Masalah keluarga yang dialami Geo, tak pernah sedikit pun ia bagi kepada orang lain.

Perpustakaan sepi, sepertinya siswa lain lebih memilih kantin daripada tempat tenang seperti ini. Geo kini menyusuri tiap sudut rak buku, memilih sebuah karya sastra seperti apa yang akan menemani sedihnya.

Tak butuh waktu lama, buku yang ia inginkan sudah di genggaman. Letih sekali rasanya hari ini, masalah yang ia hadapi di rumah terus mengikutinya sampai ke sekolah.

"Aku gabung, ya, Ge? Ga enak sendirian." Gadis dengan pita merah muda di rambutnya, menghampiri Geo yang tengah berada di belakang rak-rak perpustakaan.

Belakang rak-rak perpustakaan ini sangat nyaman. Terdapat jendela tembus pandang yang bisa mengarahkan mereka menatap langsung keindahan pepohonan di sekolah.

"Aku jadi ga mau cepet lulus, deh. Pasti kangen banget entar sama suasana sekolah kayak gini," ungkap Bellova memandangi pemandangan di depannya.

"Lo suka di sekolah?" Laki-laki itu kini membuka suara, tertarik dengan ucapan gadis di sampingnya.

"Suka, suka banget malahan. Aku suka semua yang ada di SMA ini, siswanya, suasana kelas, kantin, perpustakaan, dan banyak lagi. Suasana sekolah kayak gini ga bisa kita dapetin dua kali, pasti kalau udah lulus nanti aku bakalan kangen banget sama tempat ini." Matanya berbinar, seolah mengisyaratkan bahwa ia memang akan merindukan tempat ini. "Aku bakal balik lagi ke tempat ini, nanti. Bukan sebagai siswa, tapi sebagai gurunya," lanjutnya dengan penuh harap.

Geo tertegun mendengar ungkapan itu dari Bellova, sangat tulus sekali perasaannya. Bellova mempunyai cita-cita yang selaras dengan hobinya, gadis dengan buku sastra dan guru sebagai cita-citanya. Pasti senang menjadi Bellova, bisa menjalani hidup sesuai keinginannya tanpa paksaan apapun, begitulah pikir Geo ketika melihat sosok gadis di sampingnya.

"Bell."

"Iya?" Bellova menolehkan pandangannya, berganti kini menatap seseorang yang barusan memanggil namanya.

"Hmm. Sore nanti main, mau ga?" ucap Geo sedikit ragu, takut akan penolakan.

"Ke mana?"

"Temenin aku keliling Bandung aja," ujarnya penuh harap agar Bellova dapat menerima.

"Boleh, deh, semoga aja nanti langit sorenya juga bagus." Seulas senyuman kini terbit di wajahnya.

"Nanti aku jemput."

Sejenak, tanpa sadar Geo melupakan masalah keluarganya. Hanya rasa senang yang ia rasakan, gadis itu memang bisa membuat dirinya nyaman.

****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bellova Geonandra (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang