Room No.14

3.7K 176 8
                                    

Selamat membaca cerita yang membagongkan ini:v







Sedih dan hampa. Itulah yang sekarang aku rasakan 1 tahun belakangan ini.

1 tahun sudah ia pergi meninggalkanku. Bodohnya aku tak menemani saat-saat terakhirnya.

Tak ada kenangan indah di saat-saat terakhir yang ada adalah kenangan menyakitkan yang aku berikan padanya.

"Chika bisakah kamu bertemu denganku sebentar,aku membutuhkanmu."

"Aku sibuk Zee tak bisa kah kamu mengerti?!"

"Sebentar saja."

"Sudah kubilang aku sibuk Zee!"

Tut-

Percakapan itu selalu terngiang-ngiang dipikiranku.
Aku merasa menjadi orang jahat sekarang. Mengapa aku melakukan hal bodoh itu.

Kini yang ada sekarang hanyalah penyesalan. Aku merindukannya sekarang. Kupandangi pintu abu-abu didepanku.

Apartemen yang tak begitu mewah tapi banyak hal-hal yang membuat kebahagiaan didalamnya.

ROOM NUMBER 14
Tempat tinggal seorang yang pernah membuatku bahagia, yaitu Zeevran Bagaskara. Tapi aku yang dengan tak tau dirinya malah menyakitinya. Dia lelaki baik, lembut dan manis.

Tak sepantasnya aku menyakiti lelaki sebaik dia. Aku merogoh tasku mengambil kunci cadangan apartemen ini. Dulu ia memberikan kunci ini padaku karna kita pernah tinggal bersama sebelum dia pergi. Kupandangi kunci ini tak lama kumasukkan kelubang kunci dan membuka pintu.

Ceklik ceklik ceklik

Ceklek~

Pintu terbuka.

Rasa sedih dan bersalah semakin menggrogotiku. Aku memasuki apartemen yang sudah 1 tahun ini tak ada yang menempati. Keluarganya tak ada yang mau menempati. Dan tak ada yang berniat untuk menjualnya juga.

Tak ada perubahan didalam apartemen ini. Semua masih nampak sama. Apartemen ini tampak bersih, karna setiap minggunya sahabat Zee, yaitu Anin Ayulia Putri, selalu datang kemari untuk membersihkan apartemen ini.

Kunci asli, Zee berikan pada sahabatnya. Karna hanya dia yang Zee percaya pada saat itu.

Aku mulai menelusuri setiap ruang diapartemen ini.

Seketika bayang-bayang masa lalu muncul. Dimana kita melakukan banyak hal yang membahagiakan didalam sini.

Aku mulai memasuki kamar Zee. Tempat yang mungkin bisa dikatakan saksi cinta kita berdua. Aroma Vanilla menyeruk diindra penciumanku. Aroma ini adalah kesukaan Zee. Karna tempat inilah yang paling banyak kenangannya dibanding tempat yang lain.

Kamar ini masih sama. Tak ada yang berubah. Boneka masih banyak yang tersimpan didalam lemari kaca. Dan boneka itu, boneka Dinosaurus kesayangan Zee terletak disebelah tv.

Zee memberi nama boneka itu Dino. Alasannya keren aja katanya. Boneka itu selalu menemani keseharian Zee saat aku tak ada maupun ada.

Kemana-mana pasti Zee akan membawa boneka itu. Tapi sekarang boneka itu hanya diam disana tak ada yang memainkannya lagi.

Aku menghampiri boneka itu mengambil dengan perlahan. Aku tersenyum sendu melihatnya. Air mataku mulai mengalir dipipiku.

Zee aku merindukanmu.

Aku berjalan lalu duduk ditepi ranjang dengan Dino yang masih kubawa. Aku mengingat-ingat kenanganku bersama Dino. Aku bingung harus mengatakan seperti apa jika ingat bagaimana kami bertemu pertama kali.

OneShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang