Erzee Pov.
Hari-hari ku tak luput dari membaca cerita online di wattad. Sudah ribuan cerita yang pernah aku baca di aplikasi bernama Wattpad ini. Di setiap harinya aku tak pernah absen untuk membuka wattpad. Mau kuotaku habis pun aku tetap membuka wattpad dan akan membaca cerita yang sudah aku siapkan dibacaan offline.
Sesuka itu dalam membaca cerita. Apalagi cerita karya seorang penulis, yang tak aku kenali siapa dirinya. Namun, cerita dirinya berhasil membuatku terpikat di setiap ketikan yang dia ciptakan. Hingga tanpa sadar aku terbawa perasaan hanya karena sebuah ketikan. Ratusan bahkan ribuan komentar aku tuliskan di setiap halaman ceritanya. Mau dia balas atau pun tidak, aku akan tetap meninggalkan komentar di halaman ceritanya.
Dia selalu menceritakan bagaimana keadaanya, apa yang telah dia lewati, dari hal yang pentiny mau pun tak penting di setiap akhir bab cerita yang dia buat. Hingga hal itu membuatku tertarik. Aku ingin mengenalnya semakin dalam, tapi apa aku pantas? Aku hanya seorang pembaca biasa sedangkan dia penulis yang sudah banyak karya tulisan yang dia ciptakan.
Sering kali aku berbagi cerita pada sahabatku yang sama-sama pembaca. Dia mendukungku jika aku ingin mendekati penulis ini. Namun, jika ternyata sang penulis tidak menanggapi, lebih baik aku mencari orang lain saja, yang memang benar-benar mau menerimaku apa adanya, dan terlebih aku lebih mengenalnya. Itu lah yang dikatakan sahabatku bernama Gitan.
"Gimana, ada perkembangan?" Tanya Gitan padaku.
"Nihil," jawab ku dengan lesu. Aku menggulir roomchat pada wattpad. Beberapa pesan sapaan aku kirimkan pada penulis yang tak terbalaskan. Sampai saat ini aku belum tau nama asli penulis ini. Ayolah, paling tidak biarkan aku tau siapa nama asli kamu. Harapanku begitu besar. Katakanlah aku tolol, karena menyukai orang yang tentu tidak mengenal diriku. Bisa saja dia malah menganggap aku orang iseng saja. Padahal dibalik ini semua aku benar-benar serius untuk mendekatinya.
"Kasihan. Masih mau bertahan?" Tanya Gitan sambil menyuapkan sate tusuk dimulutnya sendiri.
"Masih. Gua masih pengen berjuang," jawabku yakin.
"Kalau masih ga ada tanggapan?"
"Ya takdir," jawab ku pasrah.
"Lagian, suka sama yang ga pasti. Muthe tuh yang jelas ngejar-ngejar, malah lu anggurin," balas Gitan.
"Namanya orang ga suka, ya kagak gua tanggepin lah," jawabku.
"Kalau gitu ya sama, mungkin penulis itu kagak suka sama elu, makanya lu dibiarin aja kagak ditenggepin," balas Gitan yang rasanya langsung ngena di hati. Emang ya ni orang bikin sakit hati aja kalau udah ngomong.
"Lho omongane sampean kok langsung makjleb ngoten nggih? Difilter dulu kek kalo ngomong, kit herat nih gua," kataku dengan raut wajah lesu.
"Biar lo cepet sadar Zee," kata Gitan.
"Terakhir deh gue chat dia. Kalau masih ga da balasan, yaudah gue nyerah," kataku.
_____________________________
Sekali lagi hai
Bales dong kak, aku pengen
Tau nama kakak aja, asli dah
_____________________________~~~~
Berhari-hari berlalu. Namun, ternyata hasilnya masih sama. Penulis itu tak ada menjawab pesan yang aku kirimkan. Sepertinya benar, aku harus sadar diri dan akan tetap selalu jadi pembacanya saja bukan pengisi hatinya.
Lagian penyakit malah dicarii Zee, Zee. Ratusan keluhan aku ungkapkan untuk diriku sendiri.
Maka dari itu, aku tidak lagi mengirim pesan pribadi kepadanya. Aku juga tak seaktif dulu lagi saat berkomentar, tapi aku masih sangat suka membaca ceritanya. Bukan karena dia tidak membalas pesanku membuat diriku membenci dirinya bahkan hingga tak lagi membaca ceritanya. Alay sekali menurutku jika seperti itu. Menurutku. Jangan hujat aku, karna ini hanya menurutku saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
OneShoot
Short StoryOneshoot. Beberapa crita pernah gue publish di akun ke dua gue, tapi gue pindah ke akun ini dengan visual dan nama yang berbeda.