Story of Zidan

1.3K 106 16
                                    

Angin berhembus menerpa wajah rupawan seorang lelaki yang kini berdiri menatap tengah danau. Entah sudah keberapa kali ia menghembuskan napas lelah. Rasa sedih terus kali menghinggapinya seakan tak ada usainya. Tangan yang sedari tadi dia masukkan di saku jaket kini beralih mengusap pipinya yang basah karena air mata yang kembali mengalir.

Dia sontak luruh ke tanah, menangis dalam diam. "Sedih banget hidup gua. Udah jadi anak broken home, sekalinya dapet kebahagiaan malah ditinggal pergi. Seharusnya kamu ga Grad Chika. Kalau penyemangat aku ga ada, bagaimana aku bisa bertahan hidup?" Monolognya, sambil menatap photo card Yessica Tamara yang kemarin telah resmi menjadi EX member JTK49.

"Woi Zidan! Udah kali galaunya. Perkara member Grad lu jadi kayak gini," kata salah satu temannya yang kini ikut duduk di samping lelaki bernama Zidan.

Zidan pov.

Rasa sedih terus aku rasakan. Aku masih tak rela oshiku satu-satunya di JTK49 harus mengumumkannya dan kemarin sudah resmi last show. Aku datang di kelulusannya kemarin, dan aku menangis di sana. Chika adalah kebahagiaanku. Dia yang membuatku kembali merasa hidup di tengah keluargaku yang hancur. Jika tidak bertemu dengan Chika entah apa yang terjadi di hidupku kemarin, di saat aku lelah dengan hidup.

Meskipun dia tidak mengenalku, tapi aku tetap menyukainya dan selalu menjadikannya sumber semangatku. Tapi sekarang apa yang harus aku lakukan? Chika sudah tak ada di JTK.

"Gua sedih Jen. Apa gua mati aja ya? Keluarga gua udah ga peduli sama gua dan sekarang Chika pergi dari JTK, apa yang harus gua lakuin?" tanyaku pada Jensico, teman satu komplekku.

"Ga usah sedih lah bro. Walaupun Chika udah ga ada di JTK, lo masih bisa liat dia di media sosialnya. Lo bisa pantau dia di sana. Jadi ga usah sedih, Chika masih bisa jadi sumber penyemangat lo," saran Jensico.

"Gua pengennya dia ada di JTK. Gua ga rela, gua mau mati aja dah!" Aku beranjak ingin menjeburkan diri ke danau, tapi Jensico dengan cekatan menarik tubuhku hingga terjatuh kembali ke tanah.

Bugh!

"Begok lo!" ucap Jeno kesal setelah memukul kepalaku dengan sendal swalow kuning miliknya.

"Sakit anjer, kotor nih kepala gue. Sendal lo bersih kagak, jangan-jangan abis nginjek tai?" Aku mengusap kepalanya dengan kesal karena pukulan yang Jensico berikan padanya.

"Ya abisnya lo, begok banget jadi manusia. Ngotak dikit dong! Jangan perkara ditinggal Grad Oshi sekarang jadi gila," kata Jensico.

"Ya terus gua harus apa? Udah ga ada oshi gua di JTK, gua harus apa?" tanyaku yang nampak Frutasi. Secinta itu aku dengan Chika, sampai aku rela menjadi gila karena kehilangan. Bahkan rasa sakit yang aku rasakan saat bersama keluarga kalah, lebih sakit ditinggal Oshi Grad.

"Tobat sono lo, daripada jadi orang gila."

"Lo juga gila ya Jen," balasku.

"Mana ada gua gila?"

"Lo tidur sambil nyium guling lo ngapain? Mimpi apa lo?" Ungkapku. Beberapa hari yang lalu aku bermain ke rumah Jensico dan menemukannya yang masih tidur sambil menciumi guling yang dia peluk. Entah apa yang dia mimpikan?

"Ee, kepo lo," jawab Jensico.

"Sesama orang gila ga usah berantem," kataku.

"Ck, jadi yang penting lo jangan ngelakuin hal buruk. Masih punya otakkan? Gunain dengan benar. Masa depan lo masih panjang, jangan sampe kepikiran buat bunuh diri lagi. Orang yang sakit aja pengen sembuh, lah lo yang sehat gini malah mau bunuh diri. Gila aja lo," kata Jensico. Sepertinya dia memang sudah kesal denganku. Lihat lih raut wajahnya, ingin sekali aku menampolnya.

Aku menghembuskan napas sedih. Kembali manatap ke arah danau. Di kepalaku terputar moment saat aku menghabiskan uang ku demi Chika, oshiku satu-satunya. Saat menonton di theater, saat konser, 2S, VC, dan masih banyak lagi. Namun, sekarang tak ada lagi Chika. Apa yang harus aku gunakan dengan uangku sekarang?

"Daripada galau, mending kita ngopi. Di sini mulai panas," saran Jensico. Sepertinya tak ada salahnya. Di sini mulai panas dan lidahku ingin merasakan pahit sepahit kehidupanku.

"Gas lah," jawabku.

Kami bersama berdiri dan beranjak dari sini menuju cafe untuk bersantai. Aku berjalan sambil mengecek ponselku. Melihat IG Chika berharap ada postingan baru. Sebab Oshiku sangat jarang sekali update.

Tiba-tiba badanku terhuyung karena menabrak seseorang. Kepalku mengadah melihat siapa itu. Bentar, aku seperti kenal siapa dia. Aku mencari foto Chika di IG dan menyamakan dengan wajah perempuan di hadapanku, yang menabrakku. Mataku melebar mengetahui itu siapa.

"Maaf ya," katanya sangat lembut hingga membuat kakiku lemas.

"CHIKA?!"

Bugh!

Lagi dan lagi Jensico menggeplak kepalaku, kali ini dengan tangan kosong. "Woi goblok, jangan. malu-maluin, yang dihadapan lu patung bukan Chika!" kata Jensico.

Aku kembali melihat hadapanku dan ternyata benar itu hanya patung.

"Gila beneran ni anak," kata Jensico.

Apa benar aku sudah gila? Tidak waras?!

Pov end.

END.














Awoakwowkok dah jadi ni crita ide dadakan yang diberikan para kecebong. Sorry ga sesuai kyak tadi, gua ga tega bikinnya😭

@Zeandrarera @vwxyz10514
#Cuman anak Kecebong yang tau

Dah gitu aja maap buat typo.

OneShootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang