Bocah (Pt. 2)

1K 12 5
                                    

"Jika kamu tidak bisa menahannya, aku tidak bisa melakukan apapun!" Ucap laki laki itu.

"Sudah... Lakukan saja, jangan pedulikan aku" S berusaha menahan rasa gatal dan geli pada kakinya.

"Izinkan aku" laki laki itu kemudian menggunakan jubahnya untuk mengusap dan membersihkan sisa sisa bubuk gatal yang masih menempel pada telapak kaki S.

"NGHHHHH, pelan pelan!" S mengerang dan berusaha menahan apa yang dia rasakan, giginya berdecit dan tubuhnya gemetar secara bersamaan.

"Coba tahanlah sedikit, sebentar lagi" ucap laki laki itu sambil terus mengusap telapak kaki S perlahan

"HAHHHH.... bisakah kau lepaskan ikatan di jari kakiku???" S bertanya kepada laki laki itu dengan suara yang pecah.

Laki laki itu tidak menjawab sepatah katapun, dia kemudian mencoba membuka ikatan pada jari kaki s.

"pelan pelan! Itu terasa seperti kau menggelitikiku!" S yang berada di bawah pengaruh gel yang sebelumnya diusapkan pada kakinya merasakan geli pada kakinya.

"Tahan!" Laki laki itu kemudian berhasil membuka ikatan pada kaki kanan S, saat ini kaki kirinya yang masih tersisa.

"Kamu tidak mengerti, itu sangat geli!" Ucap S dengan wajah yang memerah dan kaki yang bergetar terus menerus.

"Apa yang harus aku lakukan? Sulit untuk membersihkannya! Gel dan bubuk ini hanya bisa dibersihkan dengan air" laki laki itu berkata dengan agak jengkel.

"Gunakanlah air kalau begitu..." S menjawab sambil menggaruk kaki kirinya yang masih terikat dengan kanannya.

"Tidak ada air disini" laki laki itu membalas, dia memalingkan wajahnya dan mencoba untuk mencari ke sekitar.

"Gunakan air liurmu saja!" S menelan air liurnya, berkata demikian dengan wajah yang memerah. Seluruh tubuhnya gemetar, dia menendang penahan itu namun tetap tak ada hasil, jari kaki kanannya menekuk terus menerus dan terkadang menggaruk telapak kaki kirinya.

"Hah? Kenapa kau ingin aku melakukannya!?" Laki laki itu kaget akan jawaban S. Dengan wajah yang terkejut dia bertanya.

"Kumohon... Tolong aku" dengan nafas berat dan terengah engah, S hanya bisa berharap.

"Jika ini memang gatal, biarkan aku menggaruknya saja..." Laki laki itu mencari cara lain untuk meringankan rasa gatal dan geli pada telapak kaki S.

"Tidak, jika kau menggaruknya itu akan terasa semakin geli untukku... Tolong! Gunakan air atau apapun!!" S dengan terburu buru berkata sambil meringis kegelian.

"Huh..." Laki laki itu kemudian berlutut, berhadapan tepat dengan kaki S yang  terikat tidak berdaya kemudian menjilati seluruh telapak kakinya tanpa henti.

"Hei! Hah HAHAHAHA APA ITU!!! BERHENTI MENGGELITIKI KU!!!" Laki laki itu terus menjilati kaki S, lidahnya yang basah dan menggeliat terus menerus diatas telapak kaki S membuatnya mencoba melepaskan diri

"BUKA IKATAN TANGANKU!!!" S berteriak.

Lidah laki laki itu kemudian berhenti bergerak, dia berdiri dan berjalan menuju tangan S berada.

"Masih gatal?" Tanyanya sembari mengecek kondisi tangan S yang terikat.

"Sudah mendingan, tapi masih gatal di beberapa tempat" S menjawab sambil menendang nendangkan kakinya berharap agar dia bisa terbebas.

"Ini besi... Sulit untuk dipotong, kita butuh kunci!" Setelah mengatakan itu, dia kemudian berlari keluar tanpa memberitahu rencananya.

"HEI!!! KEMANA KAMU!!!" S berteriak memanggil laki laki itu, dia mencoba bergerak dan meronta ronta walau tetap tak ada hasil.

S terdiam untuk sementara mendengar suara langkah kaki yang mendekat, suara yang terdengar seperti seseorang yang sedang kesal. Semakin mendekat.

"Sialan! Apa itu tadi" pria yang tadi menculiknya kemudian masuk sambil menggerutu.

Melihat itu, S semakin panik dan terus bergerak dan meronta ronta tanpa henti. Kakinya terus menendang nendang, tangannya terus memberontak, dan tubuhnya menggeliat kesana kemari.

"Hah?" Pria itu kemudian melihat kaki S yang sudah bersih dan jari kakinya terlepas dari ikatannya.

"Ooh... Kamu" ujar pria itu.

Dia kemudian dengan kesal mengeluarkan gel yang dia miliki, berjalan ke arah S dan menduduki kakinya. Dia mengikat jari kaki S dengan kuat, membuat jari kakinya tak mampu bergerak dan membuka telapak kakinya yang tak berdaya tanpa pertahanan.

Dia mengoleskan gel itu di telapak kaki S dengan cepat, mengeluarkan sisir di kantungnya dan menggelitiki telapa kaki S dengan cepat menggunakan itu.

"HAHAHAHAAHA HEI!!! SUDAH! HAHAHAHA!!! HENTIKAN!!!!" S yang bahkan tak bisa bergerak hanya bisa merasakan geli yang luar biasa di telapak kalinya, gel yang membuat kulitnya semakin sensitif membuat keadaan semakin memburuk.

Rasa gatal yang melelehkan kepala, dan rasa geli yang memecahkan otak. Dia hanya bisa menerima semua itu tanpa adanya perlawanan.

"CUKUP!!! HENTIKAN! HAHAHAHA!!!" suara napasnya yang terengah engah, wajahnya yang memerah, dan tubuhnya yang basah akibat keringat tidak menghentikan pria itu dari menggelitiki telapak kaki S yang tidak berdaya.

"CUKUP!!! KAU MEMBUNUHKU!!! HAHAHAHAHA HENTIKAN!!! KUMOHON!!! ITU SANGAT GELI!!!" S terus berteriak tanpa henti.

"Membunuh? Kau tertawa! Kau menyukainya" ucap pria itu tanpa belas kasihan pada wajahnya

"HAHAHAHAHA HENTIKAN!!! GELITIKAN ITU MEMBUAT PERUTKU SAKIT! HAHAHAHA GELI SEKALI!!! HENTIKAN!! PERGI DARI KAKIKU!!" Pria itu terus menerus menggosok telapak kaki S menggunakan sisir tanpa henti, mengetahui S yang tidak berdaya membuatnya semakin menyalahgunakan kegelian pada telapak kakinya.

Setiap gesekkan sisir terasa seperti seluruh tubuhnya digelitiki secara bersamaan, S mencoba memohon untuk istirahat. Namun, rasa geli yang dia rasakan sulit membuatnya untuk berkata kata selain tertawa tak terkontrol, setiap ayunan hanya membuat telapak kakinya menjadi semakin geli dan sensitif.

"Kau suka?" Tanya pria itu dengan nada meremehkan.

"HENTIKAN!!! HAHAHAHAHA TERLALU GELI!!! HENTIKAN ITU!!!"  S berteriak dan meronta ronta hebat beriringan dengan tawa yang terdengar histeris. Wajahnya memerah dan matanya mengeluarkan air mata seakan akan sedang meminta ampunan. Gelitikan yang dia rasakan berubah menjadi siksaan geli yang utuh, membuat telapak kakinya menjadi memerah seperti tomat.

"Kau ingin istirahat?" Tanya pria itu sambil tersenyum tipis.

"IYA! KUMOHON!!! KAKIKU TERASA BEGITU SENSITIF!! AKU SUDAH TIDAK KUAT!!" S mencoba menarik kakinya. tapi sekuat apapun dia berusaha, tetap dia tidak bisa menghindari gelitikan itu, tubuhnya bergetar akibat gelitikan yang ekstrim.

Bukannya berhenti, pria itu terus melanjutkan gelitikan pada kaki S.

"KUMOHON!! KAKIKU SUDAH GELI!!! HAHAHAHA!!! CUKUP!!! HAHAHA!!!" Telapak kaki S menjadi semakin merah, pada saat ini. Gelitikan ini menjadi murni siksaan untuknya.

Dia terus mencoba bergerak, menendang, dan menarik kakinya. Berharap pria itu berhenti menggelitikinya, walaupun dia tau gelitikan itu tidak akan berakhir begitu saja. Tubuhnya bergetar hebat, meronta ronta, dan wajahnya dipenuhi oleh keputusan asaan serta rasa sakit akan geli yang dialaminya.

Is It Ticklish???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang