Terbebas

2.3K 12 0
                                    

S terbangun dari pingsannya akibat gas tersebut, perlahan dia membuka matanya dan melihat ke sekeliling.

Tubuhnya terikat dalam posisi yang berbeda, jika tadi tubuhnya terikat dalam posisi duduk dengan kaki kanannya yang terikat lurus. Maka sekarang sepertinya semua akan menjadi lebih parah.

Dengan alat canggih, S melihat ketiak, telapak kaki, dan penisnya tepat ada di hadapannya. Seperti portal, dia tetap bisa merasakan udara di sekelilingnya.

Di sebuah ruangan yang terdapat meja, kursi, dan alat tulis kerja lainnya. Di meja tersebut terdapat portal yang hanya menampilkan kepala, ketiak, dan telapak kaki milik S. Dalam posisi itu, S sepenuhnya tak berdaya.

Seorang sipir masuk dan duduk di kursi tepat di depan meja yang hanya memperlihatkan sebagian tubuh S saja.

"apa ini..." S mulai kebingungan dan takut.

"Kenapa kamu tidak mau mengakui kesalahanmu?" Tanya sipir tersebut.

"Aku sudah jujur, aku tidak bersalah... Aku bukan pengkhianat" jawab S

Sipir itu hanya bisa melihat S dengan geram.

Sipir itu mengambil pulpen dan mencoret coret telapak kaki S membuat S merasakan geli yang intens.

"Heii... Jangan... Hahaaaha eghh nghhh hahaaaha hentikhahan" S cekikikan. ujung pulpen yang bergerak kesana kemari di telapak kakinya membuat S tak bisa melakukan apapun, terlebih lagi portal yang menahannya semakin membuatnya tak berdaya selain menerima gelitikan itu.

"Cukup... Hahaha sudhahah" S mencoba melindungi telapak kakinya yang sensitif itu menggunakan jari kakinya yang berakhir nihil karena jari kakinya tidak berada diluar portal dimana telapak kakinya berada.

"Alat ini biasanya sangat ampuh untuk mencari informasi dari pengkhianat sepertimu" ujar sipir tersebut sambil terus menggelitiki telapak kaki S dengan kuat.

Suara tawa dan napas S terdengar memenuhi satu ruangan. Penisnya menjadi tegang akibat gelitikan yang dia alami.

"Hmm... Sepertinya sudah cukup sampai disini..." Sebut sipir yang membuat S menjadi senang karena dia mengira kegelian ini sudah berakhir.

Sipir kemudian memegang penis S dan mengocoknya dengan perlahan, membuat S mendesah karena keenakkan

"Mhghhh ahhhh ngghghh" desahan S yang menandakan bahwa dirinya menikmati semua itu.

Sipir terus mengocok penis S yang semakin lama semakin cepat, wajah S semakin menunjukkan kenikmatan dan matanya menunjukkan tanda tanda bahwa dia akan segera orgasme. Seketika sipir tersebut melepaskan pegangannya.

"Kenapa? Jangan dilepas!" S berteriak karena dia gagal meraih orgasme.

"Ini tidak dirancang untuk memberikan kenikmatan kau tau?" Jawab sipir tersebut.

"Kumohon... Lakukanlah lagi..." Pinta S.

"Beraninya kamu" jawab sipir tersebut. Sambil mendekatkan tangannya perlahan ke arah S.

"Maaf... Maafkan aku... Jangan lakukan apapun, tolong jangan gelitiki aku lagi" S memohon agar tidak digelitiki

Namun, semuanya terlambat.

Sipir itu mencoba menggelitiki ketiak S yang membuat dirinya tertawa lagi.

"HAHAHAHA STOPHHH UDHAHAHAH AMPHUHUUUUN" jari sipir tersebut terus bermain dengan ketiak S yang tak berdaya. Membuatnya tertawa hingga meneteskan air mata.

"MAHAHAAHF YANG LAIN ASAL JANGAN KETIAK AKU!!! HAHAHAAA" suaranya meminta ampun ditengah tengah tawa yang dia alami membuat sipir itu semakin senang dalam memainkan ketiaknya.

Is It Ticklish???Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang