S yang digelitikki tanpa ampun hanya biaa berharap untuk terbebas, semua cara dan upaya sudah dia lakukan. Dia sadar bahwa mencoba untuk melepaskan diri tidak lain hanya membuang tenaganya saja.
"HAHAHAHA KUMOHON HENTIKAN HAHAHAHA, HAAAH" Teriakannya terdengar di sela sela tawa akibat kakinya yang digelitik tanpa ampun.
Pria itu tidak merespon, dia terus menerus menggelitiki telapak kaki S menggunakan sisir yang dia milikki tanpa henti, dia menggelitikki S dengan semakin kuat dan kuat membuat rasa geli yang dirasa S hanya menjadi siksaan yang brutal untuknya.
Beberapa menit sudah berlalu, telapak kaki S yang sudah basah oleh keringat dan berwarna merah tidak menghentikan pria itu untuk terus menggelitiki S. Seluruh tubuhnya bergetar seirama dengan tiap gesekan sisir pada kakinya, terlihat bahwa dia tidak akan bisa terlepas dari semua ini.
Kedua kakinya sudah lemas dan tidak mampu lagi melawan kecuali menerima semuanya dengan tawa yang terdengar seperti seseorang yang sedang putus asa.
Dengan tangan yang terikat ke belakang dan kaki yang tertahan, S hanya bisa tertahan dan menunggu.
Tiba tiba suara langkah kaki mendekat, S yang mendengarnya berharap itu adalah sebuah pertolongan, namun yang membuka pintu adalah seseorang yang mengenakan masker dan topi, lengkap dengan pakaian yang persis sama dengan pria yang sedang menggelitikinya. S yang melihat itu kemudian mencoba meronta ronta kesana kemari, bergerak diantara tali dan juga penahan yang terus mengikatnya.
"Kau bisa bekerja di bagian atas," ucap pria yang menggelitikinya.
"KUMOHON HAHAHA!!! JANGAN!!!" Wajah S dipenuhi ketakutan, seluruh tubuhnya terus bergerak mencari celah untuk bebas walau dia tau itu tak akan berhasil.
S melihat pria itu berjalan mendekatinya, duduk diatas S menghadap tubuh S yang terikat tak berdaya.
"STOP!! HAHAHA" S berteriak sambil tertawa merasakan kakinya digelitiki terus menerus, ditambah lagi putingnya digosok oleh pria yang baru saja duduk menghadapnya. Tangannya yang terikat ke belakang membuatnya bergerak ke kiri dan ke kanan untuk menghindari gelitikan yang dia dapatkan, suara tawanya menjadi tak terkontrol.
Putingnya yang sensitif terus digelitiki oleh pria itu, kakinya yang terikat tak berdaya terus digelitiki dengan sisir. Kakinya tak bisa lagi menghindari gelitikan itu karena memang sudah tidak ada celah lagi untuknya bergerak.
"Sudah... Kita cukup sampai disini!" Ujar pria yang menggelitiki kaki S.
S yang terdiam akibat digelitiki tanpa henti bernapas terengah engah, kepalanya pusing akibat digelitiki terus menerus. Dia menarik napas panjang dan dalam dengan wajahnya yang sudah lemas.
"Apakah semuanya sudah berakhir..." Ucap S dengan nada yang lirih.
Beriringan dengan orang yang menyiksa S pergi, terdengar langkah kaki yang masuk. Terdapat suara benturan dan teriakan yang keras dari arah pintu.
"Bersenang senang?" S mendengar suara yang dikenalnya.
"Kau? Bocah? Selamatkan aku!" S berteriak meminta tolong.
"Iya, aku sudah mengalahkan mereka... Saatnya aku membebaskanmu," ucapnya.
Bocah itu kemudian membuka setiap penahan yang memerangkap S, kakinya akhirnya dapat bergerak bebas dan tidak luput dengan tangannya yang dia regangkan.
"Kau ada hubungannya dengan mereka, kan?" S mencurigai bocah itu karena bisa keluar masuk secara bebas.
"Tidak, kenapa kau berpikir begitu?" Bocah itu terkejut akan tuduhan dari S.
"Kau bagian dari mereka kan?" S kembali menekan bocah itu untuk berbicara sambil memegang dan menarik tangan bocah itu.
Pada saat yang terpojok, bocah itu mencoba melawan namun kekuatan S jauh lebih kuat dibandingnya. Tubuh S yang lebih tinggi membuat bocah itu menunduk ketakutan.
"Aku tidak tau..." Ujarnya
S memegang tangan bocah itu dengan erat, mengangkat tangannya dan menggelitiki ketiak bocah itu.
"Kau bagian dari semua ini kan?" Tanya S sekali lagi.
"Hei! Hahahahaha apa maksudmu!!!" Bocah itu menggunakan tangannya untuk membela diri, namun gelitikan dari S jauh lebih kuat. Dia terus mencoba menarik tangannya dan tetap tidak berhasil, dia mencoba memukul dan menampar S namun dia tidak cukup kuat untuk membuat S berhenti.
"Mencoba kabur? Anak kecil sepertimu sangat nakal! Pantas dihukum" ucap S dengan nada jahat.
"Aku tidak tau apapun!!!! LEPAS!" bocah itu berteriak.
Melihat bocah itu menangis, membuat S menjadi iba, S terduduk sambil memangku anak itu. Dengan penis yang keras akibat gelitikan itu, kondisi menjadi canggung.
"Baik... Aku percaya denganmu bocah" S menjawab sambil memangku bocah itu.
"Umurmu berapa? Kenapa anak sepertimu bermain di hutan? Dan kau juga ada disini..." S mencoba memecah suasana yang canggung.
"Aku anak jalanan, umurku 19 tahun... Aku tidak ada lagi tempat tinggal," jawab bocah itu dengan perlahan, terkadang terdengar suaranya sesegukan akibat tangisannya.
"Huh... Baik" S menghela napas.
Tubuh bocah itu seketika menjadi merinding akibat napas S yang tepat ada di lehernya, membuat penisnya semakin keras.
S terkejut melihatnya dan berkata "mau kubantu?" Sambil menjilati leher dan bagian bawah telinga bocah itu.
"Eh.... Hahhhh....."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Authors note :Sorry kalo ceritanya ga seru, dan ga upload sekian lama karena lagi sibuk... Maaf ya semuanya😭
![](https://img.wattpad.com/cover/341715216-288-k532014.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Is It Ticklish???
Science FictionTerperangkap dalam sebuah tempat dan terus mendapatkan siksaan bertubi tubi harus membuatnya bertahan, apa yang harus dia lakukan? (tw//Tickle Fetish//Feet//Bondage//Edge//18+)