7 | One to Four, Without Five

170 33 0
                                    

"Katanya, burung tidak pernah ragu untuk hinggap didahan pohon manapun, karena dia percaya pada dirinya sendiri. Sekalipun ranting itu patah, dia bisa mengepak sayapnya agar tidak terjatuh. Tapi, bagaimana jika sayap yang ia percayai itu sesungguhnya telah patah dan tak dapat terbang?" -Meguru Bachira.

✴️✴️✴️

Chigiri, Nagi dan Isagi tiba di istana. Raja Ego bertanya-tanya saat melihat hanya Nagi yang kembali bersama mereka, tidak bersama kedua adiknya yang lain. Chigiri mengatakan bahwa kedua adiknya akan tinggal di tempat kakeknya untuk sementara, tidak lupa ia juga menyampaikan pesan sang nenek perihal kedua orangtuanya.

"Mereka mengadu seperti anak kecil?!" Ratu Anri terlihat frustasi saat menanggapi ucapan Raja Ego, raja dan ratu itu tengah berbincang berdua kali ini.

"Mereka hanya meminta pengertian, biarkan dulu begitu. Lebih baik sekarang kita mencari cara untuk memperbaiki semuanya. Ingat pesanku kemarin, mulailah pendekatan dengan Nagi, atau Chigiri."

"Bukan begitu, tapi mengapa mereka harus melibatkan ibumu dalam urusan ini, mengapa tidak kita selesaikan secara personal saja di istana ini!" Ratu Anri mencoba memperbaiki kata-katanya.

"Karena kamu tidak mengerti mereka, sehingga mereka memilih jalan ini untuk bisa menyadarkan dirimu, aku menyesal tidak pernah tegas padamu sendari dulu!" ucapnya dengan nada tegas, kemudian meninggalkan istrinya itu.

✴️✴️✴️

Keesokan harinya, pada dini hari saat orang-orang masih tertidur lelap, Isagi menyusup masuk ke istana Covus. Kemarin malam, setelah makan ia langsung kabur dari istana untuk menuju kesini.

Isagi mencari sebuah kamar yang ditempati kedua kakaknya. Jangan khawatir, Isagi pernah belajar bagaimana cara yang baik untuk menyusup. Meskipun banyak para prajurit yang tengah berjaga, ia bisa mengelabui mereka dengan mudah.

"Pssttt!!!" serunya.

"Pssttt!! Kak, bangunlah!" ucapnya pelan saat telah sampai di bagian jendela luar kamar Rin dan Bachira.

Salah satu dari kedua kakaknya itu menggeliat, merasa terganggu dengan panggilan Isagi, Bachira langsung membuka matanya.

Bachira terperanjat, "Apa yang kamu lakukan disini?!" tanyanya dengan nada bingung dan sebal.

"Kak, tolong buka!" pintanya Isagi. Awalnya Bachira ragu. Namun, ia masih punya hati melihat adiknya sedikit menggantung di ujung jendela sana.

"Akhirnya," ujar Isagi sambil mengusap peluh yang membasahi keningnya.

Bachira melipat tangannya di depan dada, ia memerhatikan adik yang menjadi sumber masalah di keluarnya itu.

"Baiklah, apa yang sedang kau lakukan di sini? Mencari perhatian untuk membujuk kami agar ikut pulang bersamamu?" tanyanya pada Isagi. Rin bangun dari tidurnya, menyaksikan dua orang adiknya yang tengah berbincang itu.

"Tidak, bukan begitu. Tolong dengarkan, aku ingin kalian pulang ke istana-"

"Tidak ada gunanya kami pulang kesana, Isagi!" ujar Rin dengan nada dingin.

"Tidak, pulanglah, aku akan pergi dari sana." Isagi telah matang dengan keputusannya, ia akan mencoba menghilangkan keberadaanya di istana.

"Apa maksud kata pergimu itu? Pergi dari istana untuk kami, dan saat kami pulang kami yang akan disalahkan atas hilangnya dirimu. Wanita itu tidak akan segan-segan membunuh kami jika kau pergi!" ketus Bachira seakan tidak setuju dengan rencana itu.

"Jangan berbicara seperti itu, Kak. Ibu menyayangi kalian, pulanglah. Jangan seperti ini." Isagi masih terus mencoba membujuk kakaknya.

"Berhenti mengatakan omong kosong itu, pergilah dari sini sebelum kami memanggil prajurit untuk mengusirmu." Kali ini Rin yang berbicara, ia menganggap rencana Isagi hanya bagian dari cara negoisasi saja.

"Aku akan pergi, aku sudah meninggalkan surat di sana. Aku bilang aku akan tinggal disini sementara kalian berdua pulang."

"Nenek tidak akan menerimamu untuk tinggal disini," dalih Bachira yang terus menerus bicara seakan ingin menghentikan segala ucapan Isagi.

Isagi menghela nafas, "Aku memang tidak berniat tinggal di sini, aku akan pergi ke tempat lain. Itu hanya alasanku saja."

"Apa kamu yakin dengan tidak adanya kamu, ibu akan berubah?" tanya Rin.

"Ayah sudah sering menasehati ibu kali ini, aku yakin jika kalian pulang ibu akan berubah!" jawabnya dengan yakin.

"Kalau tidak, apa jaminannya?"

"Aku tidak akan kembali!" Isagi sudah menyusun beberapa kemungkinan dalam rencananya.

Mendengar itu Rin menengok pada Isagi tidak percaya. "Hal gila apa yang ku dengar barusan?"

"Sudah cukup Kak, aku tidak pernah bahagia mendapatkan perlakuan seperti itu dari kalian, sejak kecil, hidupku hanya menjadi beban untuk kalian. Saat mereka memperlakukan diriku berbeda pun, hidupku tidak pernah tenang, terserah mau percaya atau tidak, saat ibu memanjakanku aku selalu memikirkan kalian, aku merasakan perasaan kalian, aku-" sebelum menyelesaikan kalimatnya, Rin sudah menyelang kata-kata Isagi.

"Baik, hentikan. Kami akan pulang, lakukan rencanamu itu."

Isagi tersenyum tipis mendengar penuturan Rin. Ia merasa berhasil membujuk kakaknya untuk pulang, sebenarnya ia belum tahu akan pergi ke mana. Namun, ia berharap semoga apa yang ia lakukan kali ini adalah jalan yang tepat dan bisa merubah keadaan yang sedang keruh ini.

"Pulanglah ke istana sekarang, akupun akan pergi hari ini! Terima kasih Kak, aku harap kalian selalu bahagia!" ucap Isagi sambil tersenyum tulus, kemudian ia beralih memeluk kedua kakaknya secara bergantian. Sebuah pelukan tanpa balasan dari keduanya.

"Aku menyayangi kalian, maaf dan terima kasih." Kemudian Isagi berbalik untuk keluar dari istana lewat jendela tadi. Sebelum ia benar-benar melompat dari sana, Bachira menghentikan langkah Isagi.

"Yoichi!" serunya pelan. "Kamu akan pergi kemana?"

"Kemanapun, asalkan itu bisa ditempati. Jika kalian sudah di istana, jangan lupa larang mereka untuk menjengukku di sini. Sampaikan juga pesan ini pada kakek dan nenek, jikalau orang istana datang kemari dan tidak mendapati diriku. Cari alasan aku sedang tidak ada di istana. Aku pergi," jelasnya sambil melambaikan tangan.

Isagi sudah keluar dari sana, ia melesat jauh bersama kudanya melewati padang rumput luas, cahaya matahari mulai muncul di permukaan. Ia akan mencari sebuah pemukiman yang jauh dari area ini.

Di sisi lain Rin dan Bachira tengah berbincang dengan kakek dan neneknya, kemudian mereka berdua berangkat untuk pulang menuju istana.

✴️✴️✴️

[END] ♚ Crepuscular Kingdom ♚ Blue LockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang