07

1.5K 149 18
                                    

Kehamilan renjun sudah menginjak 5 bulan, tapi rasa mual nya masih ia rasakan saat di pagi hari.

Setiap ia merasakan mual nya, jaemin dengan sigap membantunya dan menuntun nya ke kamar mandi. Renjun benar-benar di jaga sepenuh hati, oleh jaemin.

Tentu saja ia menjaga renjun, karena anak yang renjun kandung anak kan. Mana mungkin ia akan menelantarkan anak dan suaminya, begitu saja.

"Lagi apa ka? " Tanya renjun pada jaemin.

"Lagi beresin buku sayang. "

"Buku?, buku apa? "

"Buku-buku tentang ke hamilan. "

"Sejak kapan, ka nana punya buku itu? "

"Loh, kamu gak tau? Jeno yang beli buku-buku ini. "

"Ka jeno? "

"Iya, waktu tau kamu hamil, dia langsung beli buku-buku ini. Dia ngasih tau ke aku, suruh baca semua buku ini, buat ngadepin gejala kehamil kamu, kaya mual waktu pagi. "

"Ha? "

"Kamu gak percaya kan, seorang Na jeno beli semua buki ini. "

"Biasa aja. " Cuek renjun.

"Jangan cuek-cuek gitu ah, jeno tuh perhatian sama kamu, sama anak kita juga. "

"Wajar sih, orang dia uncle nya. "

"Dia bukan uncle, dia juga ayah dari anak yang kamu kandung tau. "

"Ishh ini anak nya ka nana, sama aku. "

"Tapi dia juga suami kamu. "

"Tapi aku ngelakuin nya sama ka nana, wleee jadi ini anak kita bukan anak ka jeno. " Ledek renjun.

"Kamu tuh, kayanya sush banget nerima jeno. Padahal jeno baik banget, selama aku gk sama kamu. "

"Baikan ka nana. "

"Dia baik tu, terus ganteng juga. "

"Gantengan ka nana. "

"Dasar, udah minum vitamin belum? " Tanya jaemin.

"Udah barusan. "

"Minum vitaminnya, setelah makan kan? "

"Hmm, aku udah mkan kok, habis itu langsung minum vitamin nya. "

"Good, ayo kita jalan-jalan sore di taman komplek. " Ajak. Jaemin.

Renjun dengan senang hati menerimanya, ia mengapit tangan jaemin, lalu berjalan bersama.

Mereka menikmati langit sore, dengan suara-suara anak kecil yang sedang bermain di temani orang tuanya.

"Gak sabar deh, ajak abang jalan-jalan di taman, pas udah lahir nanti. " Ucap renjun sambil mengelus perutnya.

Panggilan abang, mereka sepakati untuk panggilan sang anak, yang masih di dalam perut.

Panggilan ini di sepakati, setelah mengetahui jenis kelamin nya laki-laki. Mereka memanggilnya abang, karena ini anak pertama mereka juga.

"Lucu kayanya liat abang lari-larian, sama temen-temen seumuran nya. "

"Terus nanti kamu teriak gini, 'abang jangan lari-larian, nanti jatuh'  bener kan? "

"Iya bener, nanti abang nya jawab gini 'engga nda, abang kan kuat' "

Mereka tertawa bersama, sambil memikirkan hal-hal kecil yang mungkin kan mereka rasakan saat si kecil sudah lahir nanti.

Two Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang