6. ٩( 💢•̀ з•́)و

1K 78 20
                                    

"Mekdi bwahahahhaah!" Tawa keras Nagendra menggema di ruang tamu luas itu, kebiasaannya saat tertawa adalah menjadikan Nalendra samsak mendadak.

"Yang parah itu emsidi" Dia yang ngelawak dia juga yang paling keras ketawanya, siapa lagi kalo bukan Vijendra. Mana mas dan adiknya ikut ngetawain dia karena suara tawa dia yang bengek.

Nalendra pingin ngomong tapi ga bisa, udah duluan ngakak. "Mekidi ga si"

HAHAHAHA!

"Innalillahi, mereka ribut banget si. Pak tolong dong anaknya di urusin, aku pingin tidur loh" Bubu tau besok semua anaknya ga masuk sekolah karena tanggal merah, tapi ga gini juga duong. Jadi pingin nginep rumah Jubae deh dia.

Daddy Jamal juga sebenarnya lagi ga bisa fokus sama pekerjaannya, tapi dia punya cara buat menjauhkan tawa lucknut anak-anaknya dari indra pendengaran nya. Yaitu dengan mendengarkan musik, lebih baik begini karena ga ada barang buat sumpel bocah-bocah itu. Sempaknya terlalu istimewa.

"Coba dengerin musik bu, atau dengerin asmr biar bisa tidur"

Bubu Tio manut aja, daripada ga bisa tidur.

Mendadak konser di mulai, dengan Nalendra yang membuat irama dari bakat beatbox nya. Nagendra malam-malam jadi akang gedang pake meja dapur, Vijendra pelengkap sebagai penari ular meliuk-liuk ke sana-sini. Dan Nisca si rapper dadakan.

"Ay ay!"

"Brrrah!"

"I'm just leaving my lot. Rolled up, we leave the body on the ground. Tell me watchu going on about" Entah darimana kalimat itu di ketahui bocah SD, tapi ini Nisca, jadi jangan heran.

Layaknya J-Hope sang rapper favorit seisi rumah, Nisca meraih topi sekolahnya guna menambah vibe swag. "Honey, them blues ain't our fault. Hey, please tell me SpongeBob on. Open up, hydrate, grandma's law. Ever heard I play ball ball ball"

"Do what i paid you for, what y'all been locked up for. Boom boom boom!" Menyelesaikannya dengan ibu jari dan jari telunjuk yang menempel di dagu.

Mata bambi Nagendra membulat sempurna, posisinya yang tadi duduk diatas meja makan langsung turun berdiri tegak saat melihat sang Bubu yang kini bersandar pada dinding serta menatap mereka dengan nyalang.

Vijendra langsung mendapatkan tepukan di bahu kala tubuhnya masih random menari membelakangi Bubu, bokongnya ia goyang-goyang.

"Seru banget kek nya, Bubu join dong" Si empu bahu yang di tepuk langsung menegang, dengan sopan meraih tangan Bubu untuk dia cium. Vije kabur setelah cepika cepiki sama Bubu, menaruh semua tanggungjawab pada Mas Nagen.

"Mas bukannya suruh mereka tidur malah nimbrung, ini hampir jam 1 loh. Bubu paham besok libur, tapi jangan rame juga dong. Bubu besok harus bangun pagi, Mas"

Nalen kicep, Nagen yang dimarahi tapi Nalen yang kesusahan bernapas meski kini wajahnya datar terkesan cuek. Sedangkan Niscala udah pura-pura mati, berebah di lantai dingin itu. Kebiasaan kalo di ciduk siapapun, solusinya pura-pura mati. Susah emang sama pecinta hewan, anaknya gemar cosplay capung.

"Maaf cantik, Mas minta maaf ya. Bubu lanjut tidur, gak lagi kayak gini" Nagen selalu menghadapi semua hal dengan santai, merangkul Bubu Tio bersama-sama menuju kamar.

"Kak, bawa adeknya ke kamar ya" Perintah Bubu pada Nalen sebelum akhirnya hilang dibalik tangga.

Nalen mencolek Nisca dengan jempol kakinya. "Wahai anak muda, bangunlah"

Gadis kecil itu terkikik, satu matanya terbuka melihat kondisi sekitar. "Ga perlu antar ke kamar, adek bisa sendiri"

Nalen mengangkat dua bahunya. "Ya udah"

CofATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang