9. ⋇⋆✦⋆⋇ 

428 39 4
                                    

Bel pulang berbunyi memekakkan telinga, Bitna menyibak kain yang menutupinya. Mengeluarkan permen pentol yang sedari tadi berada di dalam mulutnya, penampilan kotornya telah tergantikan dengan baju olahraga milik Vije plus kaos polos milik salah satu anggota CofA bernama Haidar.

Untuk masalah rambut palsunya sudah di tendang makhluk bernama Jenderal, yang dengan lucnutnya mengatai rambut palsunya adalah gumpalan rambut kuntilanak.

Bitna mengatur napas guna mengatur juga emosinya. “Syalan sekali para budak di sekolah ini” Monolognya macam actor tutur tinular.

Dan hal sial kesekian dia terima dari penjaga UKS ini yang tak menemukan wajah Bitna pada foto kelas yang telah ia telusuri, baru juga copot rambut palsu sudah ada saja yang ga kenal dia. Apalagi kalau Bitna lepas kepala, kabur semua.

“Ga ada solusi lain, lo harus beli wig baru” Datang-datang langsung kasih solusi, memang Vije sekali.

Bitna berdecak. “Mahal ege, tanggung jawab lo”

Kali ini Vije yang berdecak. “Kan gue udah bilang dia bukan pacar gue, lagian yang mana coba orangnya”

“Gue ga tau namanya, nanti gue tunjukin deh”

Vije menghela, dia sekarang lagi merasa bersalah sama Nalen karena ga seharusnya dia nelpon adiknya dan membiarkan Bitna mengadu. Lagi pula siapa lagi yang akan membela Bitna jika bukan Nalen, mereka itu sudah layaknya kembar dalam keluarga besar Aabhavannan.

“Gimana dek? Mau langsung pulang apa nunggu Nalen beneran sampe sekolah dulu” Nah ini si pemilik kaos hitam polos yang Bitna kenakan, dari nada bicaranya udah pasti ramah.

“Ga tau, tapi kalau nunggu Nalen di sini pasti lama” Bitna mendesah kebingungan.

“Lagian kenapa harus pake kepala palsu sih, konon katanya itu tuh bisa bawa sial di hidup lo” Sahut Jenderal yang langsung di sikut Mahen, kebiasaan asal ceplos Jenderal menjadi hal sial yang akan menjadi boomerang untuknya.

“Hei jaga bicara anda anak muda, jangan melibatkan kesialan pada barang berhargaku” Acapella Tsabitna si pembicara lugas yang kerap merasuki dirinya sebagai anak raja jaman majapahit.

“Ya udah, gini aja biar aman. Kita semua jalan di belakang lo, ga usah takut sama semua pandangan lain. Kita juga ga tau gimana reaksi mereka lihat penampilan lo yang sebenarnya ini” saran Mahendra

Bitna mua ga mau setuju, dia juga ga mau nunggu di dalam UKS yang terlihat angker ini.

Deretan anak CofA kini berjalan bersama menuju parkiran, formasi yang tidak biasa ini membuat yang lain menghindar untuk memberi jalan. Yang biasanya Nagen berjalan memimpin paling depan, kini seseorang yang tak mereka kenali dengan wajah datar itu memimpin para CofA.

“Siapa tuh?”
“Jangan bilang Nagen udah turun dari ketua”
“Mana ada, sekolah ga ada heboh tu sebelumnya”
“Cewek/cowok?”
“Tapi dia sedikit mirip Nalen ga si?”

Willy hampir menjatuhkan rahangnya, tak bisa disembunyikan raut tersepona itu dari seseorang disana. Eugene yang sedari tadi mengajak Willy berbicara juga pada akhirnya mengalihkan perhatian pada apa yang Willy pandang, seseorang yang sangat dia kenali.

“Bitna!” Teriak Eugene, mereka pernah berada di satu sekolah sebelumnya.

“Kakak tau dia?” Willy mengikuti langkah Eugene.

Ternyata ada hikmahnya juga lepas wig. “Hai Kak”

Vije langsung memblok pandangan Bitna dari pujaan hatinya. “Mau ngapain lo?”

Eugene menggeser tubuhnya untuk melihat Bitna kembali dan kini Willy lah yang berhadapan oleh Vije. “Siang menjelang sore, Kak” Bungkuk hormat Willy pada Vije, kenapa Vije malah berhadapan dengan makhluk menal menil ini.

CofATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang