part 17

962 54 12
                                    

Hari demi hari sudah Aul lewati dengan baik bersama keluarga besar ayahnya. Ia menjadi lebih lebih lebih diperhatikan oleh keluarganya. Mommy, daddy, dan 3 abangnya saja sudah protective. Apalagi sekarang ia ditambah oma opa, papa mama, dan 2 abangnya. Tentu saja mereka semakin over protektif padanya

Walaupun begitu, Aul senang keluarganya sangat sayang padanya meskipun caranya yang mungkin sedikit salah. Seperti 2 hari yang lalu ia telat pulang karena ia bersikeras untuk pulang bersama yang lain tepatnya pada pukul 15.30. ia beralasan ingin belajar lebih lama untuk menyempurnakan persiapannya. Sementara saat ini, karena ia sedang bimbingan olimpiade, Dirga membuat aturan baru agar aul pulang lebih awal di jam 14.00

Berakhir ia diomeli oleh semua anggota keluarganya tanpa terkecuali. Dia tidak mau lagi pulang tidak sesuai dengan aturan daddynya. Telinganya pengang mendengar kalimat wejangan yang berulang-ulang

Tak terasa pukul sudah menunjukkan 10.26. ia masih saja bergelut dengan kertas kertas soal dan materi karena besok olimpiade akan dimulai. Tadi Aul berusaha untuk membujuk Daddynya agar bisa pulang lebih lambat. Mungkin pukul 16.00 ?

Tapi itu mustahil. Daddynya justru bicara seperti ini "karena lusa kompetisinya, kamu harus lebih banyak istirahat agar besok kamu dalam keadaan yang vit. Kalau perlu fafa pulang jam 12 tepat saja. Bagaimana ?"

"Ng-ga jangan dad. Fafa minta lebih lama tapi daddy kasih lebih sedikit"

Dirga terkekeh pelan "jam istirahatmu tidak boleh berkurang baby"

Akhirnya Aul hanya bisa pasrah. Semakin menentang, semakin ia tersiksa oleh keputusan daddynya

"Ul ?"

"Iya kak"

"Simpan dulu bukunya. Ada yang ingin saya bicarakan"

Aul yang tadinya sedang membaca baca materi langsung terdiam. Ia pun menutup bukunya dan menghadap Iqbal

"Kenapa kak ?"

"Lusa, hari yang kita tunggu. Semua bentuk usaha mempelajari materi sudah kita jalani. Soal soal dari banyak sumber sudah kita kerjakan. Lusa puncaknya. Hari dimana kemampuan kita diuji dengan kemampuan sekolah lainnya. Saya tau, kamu maupun saya pasti akan memberikan yang terbaik untuk sekolah kita. Kakak harap, bagaimanapun hasilnya nanti, kita harus bisa terima dengan lapang dada. Yakin bahwa usaha tidak mengkhianati hasil" ujar Iqbal memberi wejangan

Aul mengangguk dengan bibir yang mulai membentuk bulan sabit "iya kak, semoga kita bisa dapet juara umum"

"Aamiin" ujar mereka berdua dengan tulus. Mereka berharap, tuhan mendengar doa mereka

"Oh iya by the way lo ke Bandung bareng siapa ?" Tanya iqbal

Mereka baru tau beberapa jam yang lalu ternyata olimpiade akan dilaksanakan di bandung

Ternyata ada miscommunication dengan panitia. Biasanya lomba tingkat nasional akan di adakan di jakarta, tapi ini malah diadakan di bandung dan mereka baru di beri tahu. Aul pun belum sempat mengabari keluarganya. Ia sangat khawatir pasal ini

"Gatau kak, Aul belum sempat ngobrol sama daddy"

"Oke. Oh iya bu Irma juga tadi ngasih arahan ke gue biar kita pulang lebih cepet biar bisa istirahat. Biar gue kasih tau ke om Dirga ya biar jemput lo soalnya bang Reza sama bang Albi masih dikelas"

Eja dan bian memang sudah mulai bersekolah disana. Dengan eja di kelas 12 MIPA 1 dan bian di 11 mipa 1. Iqbal juga sudah mengetahuinya

"Ehh gausah kak. Biar Aul aja"

"Ngga biar gue aja. Kalo ngga, lo pasti pulang sore"

Iqbal langsung mengeluarkan HP berlogo apel gigit miliknya dan mengabari Dirga. Sementara Aul hanya bisa pasrah. Kakak kelasnya ini sekongkol dengan keluarganya. Sangat mennyebalkan !

Aul's Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang