Blue : 01

4.7K 236 104
                                    

"Tan?"

"Mik? Masuk Mik."

"Oh, Nenna." kakinya melangkah masuk setelah dipersilakan, walau yang mempersilakan masuk juga bukan orang yang dipanggil di awal.

Langkahnya lebih dulu ke ruang makan, menghampiri wanita pertengahan 30 tahun yang mempersilakannya masuk tadi. Sedang masak, aroma masakannya tercium sedap. Memang dapurnya dekat sekali dengan ruang makan, atau malah bisa dibilang ada di satu ruangan, hanya berbatas counter yang dipenuhi pajangan.

"Aku bawa donat nih, tadi kebetulan abis dari luar."

"Main mulu sih kamu, Mik?"

"Abis kerja kelompok tadi, baliknya yaa jalan-jalan lah." kekehnya pelan, menyimpan sekotak donat isi selusin di meja makan. "Di kamar?"

"Nggak, di depan tv situ. Baru tidur kayaknya. Gak mau disuruh ke kamar, katanya lemes."

"Ooh. Aku kesana dulu."

"Iya, temenin gih. Makan malem disini kan Mik?"

"Iyaa~" hanya menyahut begitu saja, kakinya sudah melenggang lagi ke ruang tv, karena tadi Nenna bilang yang biasa ia kunjungi memang terlelap di sofa depan tv.

Ada bungkusan obat di meja, ada teh juga yang sudah tidak begitu panas, kebulan uapnya sudah tidak seberapa. Ada sebotol mineral, kue, ada bubur juga yang tidak habis dimakan. Lebih tepatnya, setengahnya pun tidak ada dimakan. Hanya sedikit. Bukti kalau memang yang berbaring meringkuk ini sedang sakit.

Selimutnya agak ditarik lagi ke atas, sampai menutupi tubuhnya bersisa kepala. Tv masih menyala, menyiarkan seri drama Korea. Tapi akhirnya dimatikan, karena jadi tv yang menonton, bukan ditonton.

"Ris, pindah kamar aja yuk?" ajaknya pelan namun tidak dapat sahutan apa-apa. "Ris.. Aris? Pindah ke kamar yuk."

"..nggak..." baru dijawab, itupun setengah merengek. Entah sadar atau tidak siapa yang mengajaknya ke kamar, tapi dari sana jadi tidak tega juga untuk benar membangunkan Aris ini dan mengajaknya pindah ke kamar yang ada di lantai atas.

Pasti pusing. Karena sejak pagi Aris mengeluh sakit kepala. Semalam malah Aris habis muntah, semua makanan yang ia makan kemarin keluar semua. Benar-benar mepet tengah malam, jam dua belas kurang beberapa menit. Aris sempoyongan ke kamar mandi dan muntah lumayan banyak.

Baru siang ini Aris ke dokter. Semalam habis muntah memang Aris mengaku sudah lebih enak, tidak mual lagi seperti sorenya sampai tengah malam itu. Diajak ke dokter pun menolak karena ngakunya tinggal tidur saja bisa sehat kembali. Tapi jam sepuluhan tadi, Aris kenan demam lumayan tinggi, muntah lagi jam 12, akhirnya benar dibawa ke dokter. Baru lah sepulang dari dokter ini Aris kemali tidur lagi.

"Gak mau pindah Mik?"

"Nggak, kasian juga."

Nenna menarik senyuman menyeringai, melanjutkan masak untuk makan malam.

"Kata dokter tadi, Aris kenapa Nna?"

"Aris ngeluhnya sih dari gerdnya itu, makanya semalem dia bilang abis muntah udah enakan kan? Cuma yaa kata dokternya mungkin ada bakteri juga, kayak makannya kotor gitu-gitu."

"Hmm."

"Stress kuliah juga kali, orang siangnya masih biasa aja kok dia. Pas sore bangun tidur, ngeluh gak enak perut, terus minum obat gerdnya kayak biasa, ya gitu lah. Bilang juga kan ke kamu?"

"Bilang, yaa aku pikir emang dari gerdnya aja, sama masuk angin gitu. Cuma kok sampe demam setinggi itu? Aku bingung juga."

Dari dapur, Nenna terkekeh lucu. Ia bawa sepiring tumis pokcoy bawang putih ke meja makan. Sambil mencomot donat yang tadi dibawakan juga. "Kalo mau minum, atau mau bikin minum gitu bikin aja Mik."

The Blue, as Glued as You. (BL 18+) [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang