"Ris.. Aris. Bangun dulu, sarapan. Ris?"
"Hmm.."
Malas, maunya tidur saja seharian. Badannya sakit, pegal-pegal. Maunya tidur sampai pegal di badannya hilang. Tapi tidak bisa, kalau tidur malah makin pegal, pusing juga pasti karena kelamaan tidur.
"Ris, bangun dulu."
"Jam berapa?"
"Sembilan."
Aris mengerjap, wajah Miko masih buram di pandangannya. "Badan gue pegel banget Miik~"
"Ya namanya juga abis beberes, pegel lah. Ayo makan dulu ah, nanti gue pijitin."
"Emang lo gak pegel?"
"Gak begitu. Ayo."
Menurut, meski malas. Tangannya sampai ditarik Miko agar cepat bangkit dari kasur. Miko seret juga Aris yang malas-malasan ini ke meja makan. Kalau tidak gitu, bisa-bisa Aris malah melenggak ke sofa dan tidur lagi.
Kemaren memang keduanya habis menyiapkan kamar untuk recording Miko, sekalian mendekorasi ulang. Baru bisa kemarin mereka selesaikan, memindahkan meja, rak-rakan, menyusun perangkat segala macam sampai memasang alat soundproofnya. Semuanya diselesaikan dalam sehari, karena Miko juga harus recording lagi.
Baru sempat kemarin mereka lakukan padahal pindah untuk tinggal bersamanya sudah lumayan lama. Jadi selama ini Miko recording tetap di kamar di rumah orangtuanya, kalau pas begitu Aris juga pulang dulu tidur di rumah, kadang menginap di rumah Miko. Ganti-gantian saja lah enaknya gimana.
Sebenarnya ada bagusnya Miko recording di rumah, dua anak ini jadi punya alasan pulang ke rumah. Soalnya kalau tidak, ya mana mungkin ingat pulang? Sudah tinggal sendiri di apartment, pulang paling hanya kalau disuruh doang.
Soal kerja masih sama. Miko masih di tempat Nenna, Aris juga masih lanjut di kantornya. Masih sering kerja dari rumah, kadang kalau ada waktu lebih Aris sambil belajar masak juga. Meski masakan pertamanya ia dan Miko makan harus sambil nangis karena rasanya tidak jelas.
Tapi sekarang, Miko akui kok masakan Aris makin enak. Lagian Miko juga tidak mau sepenuhnya memberatkan Aris soal kebutuhan pangan ini, ia juga sedikit-sedikit belajar, jadi ya masak gantian.
"Hari ini mau kemana?"
"Terserah, asal jangan sampe malem, gue mau recording lagi."
"Di rumah aja deh, pegel banget sumpah badan gue Mik."
"Oke lah. Gue mau beresin balkon aja tuh, masih banyak kardus, mau gue buang-buangin aja."
"Iya, bekas barang-barang lo doang tuh. Numpuk disitu."
"Ya makanya."
Obrolannya sederhana saja, sambil sarapan yang nyerempet ke brunch ini. Habis tadi Miko juga bangunnya siang, benar-benar keduanya tepar bekas beberes seharian.
Selesai makan, beberes dapur dulu, baru keduanya mandi. Malas sih, maunya nanti atau malam saja sekalian mandinya, tapi berhubung sekalian harus cuci baju, jadi Miko dan Aris terpaksa mandi pagi, biar baju sekalian di cuci. Sudah dua hari soalnnya mereka belum cuci pakaian.
"Mik?"
"Ya?" Miko mencari sumber suara, ia baru habis dari balkon menjemur handuknya. Ia lihat Aris baru keluar kamar, hanya pakai bokser belum pakai kaos, sambil serius melihat handphone. "Kenapa Ris?"
"Ibu nyuruh pulang bentar, minta temenin."
"Kemana?"
"Gak tau, cuma nyuruh pulang aja dulu. Kayaknya dia mau kemana gitu tapi minta gue temenin dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blue, as Glued as You. (BL 18+) [COMPLETE]
Rastgele"Blue Person" adalah istilah yang tepat. Tapi ia menginginkan yang lain. Pertemanan yang sesungguhnya, yang tidak pernah ia rasa. ❀ 𝕆ℝ𝕀𝔾𝕀ℕ𝔸𝕃 ℂℍ𝔸ℝ𝔸ℂ𝕋𝔼ℝ ❀ Ada beberapa part bersifat 𝗥𝟭𝟴+, harap bijak dalam memilih dan membaca cerita. publ...