'Pulang,kamu pikir kamu siapa bisa seenaknya pergi'
Hanni menghela nafas membaca pesan yang dikirimkan oleh sang ibu,tangannya segera menyimpan ponsel pada saku celana,kembali melanjutkan langkah menuju studio rekaman
"Selamat siang semuanya"
"Siang"
"Loh kok lesu gitu?"Hanni letakkan paper flipboard pada meja,melihat raut para anggota yang terlihat lemas membuatnya merasakan rasa lelah yang sama
"Semangat dong buat persiapan comeback nya"
Dan itu hanya dibalas dehaman oleh keempat lelaki disana sampai pintu terbuka dan menunjukkan eksistensi Aska dengan raut dingin andalannya
"Bangun sebelum gue patahin kaki kalian satu satu"
Ancaman mengerikan itu mendapat kerusuhan dari keempat lelaki yang langsung mengambil kertas lirik, melatih bagiannya masing masing
Hanni tersenyum,ia lihat Aska yang juga sudah sibuk dengan kertas lirik miliknya
"Lain kali jangan galak galak"
Bisikan yang tepat pada telinga itu membuat Aska tersentak,ia lihat Hanni dengan senyum yang menampilkan gigi rapinya
"Jangan bisik bisik juga"
"Yaudah deh sana lanjut,sepuluh menit lagi pelatih vokal dateng"Saat hendak melangkah pergi tangannya dicekal, Hanni tunjukkan raut bertanya pada Aska yang terdiam
"Kenapa?"
"Hah? Engga udh sana pergi".
"Capek banget mama"
Rengekan John itu mendapat pukulan pada kepala belakangnya
"Sakit Jendra"
"Berisik"
"Dasar,jauh jauh sana"Dengan posisi keduanya yang sedang tiduran dilantai jelas membuat John dengan leluasa mendorong tubuh Jendra menggunakan kakinya
Hal itu membuat Aska juga Jaziel menghela nafas lelah,dengan nafas terengah juga tangan yang seolah dijadikan kipas
"Harvin minggir kek itu kipas bukan buat lo doang"
"Ga dulu"
Sebelum botol air kosong itu mengenai punggungnya Harvin terlebih dahulu menghindar membuat Jaziel semakin mendengus malas
"Ck,gue keluar aja dah"
"Nitip coca-cola dong bang"
"Beli sendiri"
"Dasar pendendam"Melihat Jaziel yang sudah keluar juga John dan Jendra yang sudah tertidur sambil berpelukan membuat Aska beranjak,membawa langkah itu keluar dari studio rekaman
"Bang Aska titip coca-cola"
Aska hanya melambaikan tangan dengan posisi membelakangi Harvin terus melanjutkan langkah tanpa memedulikan dengusan si lelaki kelahiran April
Hingga kaki itu terhenti saat melihat Hanni yang duduk di bangku taman belakang agensi ia bawa langkahnya mendekat sampai netranya tak sengaja mengintip sebuah ruang obrolan gadis itu
"Hanni"
Gadis itu dengan terburu mematikan ponsel,mempersilahkan Aska untuk duduk disebelahnya tak lupa dengan senyum yang selalu terpatri
"Udah selesai latihannya? Astaga iya gue belum beliin minum seben-"
Sebelum Hanni melangkah pergi tangan itu kembali dicekal,ditarik untuk kembali duduk
"Ga perlu,mereka lagi tidur"
"Lo sendiri ga tidur?"
"Engga"Lantas hening, keduanya sama sama menikmati angin musim panas dengan sorot matahari yang menyilaukan
Aska yang berada tepat disebelah Hanni menoleh,menatap gadis itu yang sedang mendongakkan kepala dengan mata terpejam seolah menikmati aroma musim panas,rambut hitam berkilau nya berayun mengikuti semilir angin,entah mengapa satu kata terucap dari bibir Aska
"Cantik"
"Hah?"
"Hah?"Hanni mengernyit,ia yakin Aska mengucapkan sesuatu
"Panas" Gadis itu hanya mengangguk namun sesaat kemudian ia beranjak
"Tunggu sebentar ya"
Tak lama Hanni datang kembali dengan kantung plastik hitam dalam genggamannya
"Nih" Tangannya terulur memberikan satu ice cream stick didalam kantung hitam tersebut. Aska menyambutnya dengan baik, lantas keduanya kembali terdiam
"Lo gapapa?"
"Heem"
"Yakin?"Hanni mendengus,apa apaan Aska ini,sengaja ingin meledeknya kah?
"Iyaaa"
"Yaudah gausah sambil marah gitu"
"Lo pasti mau ledek gue"
"Siapa yan-"Suara dering telepon itu menghentikan ucapan Aska namun si pemilik tak kunjung menjawab hingga sampai ketiga panggilan
"Angkat gih"
Kepalanya menggeleng pelan,Hanni matikan ponsel dengan kasar
"Kalau ada masalah ga baik dipendam sendirian"
Aska berucap sambil langkahnya ia bawa menuju tong sampah terdekat untuk membuang sampah ice cream miliknya
"Aska"
"Heum?"
"Kalo anak yang ga mau pulang kerumah itu bisa disebut anak durhaka ga?"Mendengar pertanyaan dengan nada lesu itu membuat Aska menatap Hanni intens,netranya menenggelami netra berkilau milik Hanni
"Tergantung alasannya apa
Tapi lebih baik jangan kabur,lo bisa omongin baik baik walaupun bakal nguras emosi dalam diri tapi setidaknya masalah itu selesai"
Tidak Aska,masalah ini bukan masalah kecil yang bisa dibicarakan baik baik bahkan dengan intonasi tinggi hingga membuat pita suara putus pun masalah ini tidak akan selesai,mungkin hanya akan selesai jika Hanni yang mengalah,mencoba tunduk kembali pada kuasa sang ibu
Hanni tidak mau,ia tidak mau harus kembali mengalah,untuk saat ini tolong maklumi Hanni untuk menjadi anak pembangkang,tolong jangan maki dia karena mencoba kabur dari keluarganya,tolong jangan dihakimi,karena Hanni hanya ingin mencoba sembuh,Hanni hanya ingin menghindar sebentar saja dari kuasa sang ibu, Hanni hanya ingin mencoba untuk memperbaiki diri agar nanti hatinya tak lebih hancur dari ini
"Tapi kalo kabur buat memperbaiki diri gapapa,asal jangan lupa pulang,jangan lupa sama keluarga karena mau gimanapun buruknya mereka,tetep aja mereka adalah orang yang berhasil ngenalin lo ke dunia yang kadang jahat ini
Waktunya digunain baik baik ya,setelah itu lo bisa pulang dengan hati yang lebih lapang,lo jelasin pelan pelan kalo emang mereka masih belum ngerti maafin,maafin karena belum bisa jadi orangtua yang baik,orangtua yang belum ngerti sama perasaan lo"
"Maaf" Mendengar itu Aska tersenyum,senyum manis yang tak pernah ia perlihatkan
"Hanni kuat Kuat ya,kuat kuat sampe nanti Hanni bisa capai bahagianya Hanni"
Aska bawa tangan kecil itu untuk diusap lembut,mengambil stick ice cream yang sudah mencair sampai mengenai tangan
"Tangannya jadi lengket tapi gapapa kan masih bisa dibersihin"
Dengan telaten Aska bersihkan tangan Hanni menggunakan sapu tangan miliknya,surai hitam itu diusap lembut dan tangan Hanni terulur untuk menghapus tetes air yang entah mengapa sudah turun membasahi pipinya
"Sini peluk"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Soul [Selesai]
FanfictionHari itu, hari dimana aku menyadari bahwa aku memiliki perasaan padamu. Aku mencintaimu tanpa tahu bagaimana,kapan atau di mana. Aku mencintaimu dengan cara yang sederhana, tanpa masalah dan kesombongan. Aku mencintaimu bahkan tanpa berusaha Start:2...