Beautiful Soul-bagian 4

18 2 0
                                    

Sorot lampu dari banyaknya kamera membuat mata siapa saja sakit terlebih dengan raut wajah juga pose yang harus terlihat mengagumkan agar mendapatkan hasil foto yang bagus

Aska lambaikan tangan pada banyaknya kamera didepannya hingga netra itu membola terkejut saat seorang gadis dengan lelaki pakaian serba hitam,tangan si lelaki memegang pisau yang sudah berlumuran darah sedangkan gadis itu sudah memegangi perutnya dengan wajah yang sudah memucat,keduanya menerobos para wartawan bahkan pembatas garis merah yang sengaja dibuat itu terlepas. Gadis itu jatuh terlentang,lelaki itu tancapkan pisau pada area pundak si gadis

Para wartawan pusatkan atensi pada kejadian mengenaskan didepannya Aska ingin berlari kearah gadis itu,Aska ingin menolongnya,Aska ingin memeluknya,Aska ingin-

"Sialan"

Dengan peluh yang membanjiri wajah Aska terbangun,dadanya naik turun hingga ia edarkan seluruh pandangannya pada ruangan

"Gue ketiduran di studio?"

Aska bangun dari sofa yang ditidurinya sedikit merasa pusing saat kaki itu sukses menginjak lantai,tangannya mengambil jacket yang tersimpan dikursi hingga ia yang sedang menunggu lift itu sedikit menghela nafas karena tangisan seorang gadis

Aska tidak takut lagipula apa yang harus ditakutkan dari suara tangisan gadis di jam 1 malam,karena itu bisa saja seorang editing yang frustasi atas pekerjaannya,atau staff promosi yang kehabisan ide, lagipula jam 1 malam memang waktu yang sangat pas untuk dijadikan jam menangis karena tidak akan ada orang tahu

Lift terbuka dan Aska seharusnya segera masuk kesana namun ia tetap mematung hingga lift tertutup kembali,entah mengapa Aska berbalik,berjalan menuju tangga darurat tempat dimana suara itu berasal

Netranya tangkap punggung gadis yang bergetar itu,tidak ada isakan yang terdengar berbeda sekali dengan tangisan yang ia dengar saat di depan lift mungkin karena gadis itu segera menahan suaranya dengan tangan yang menutup mulutnya Aska bisa melihat itu walaupun dari belakang

Kakinya ia bawa mendekat,duduk disebelah gadis itu

"Kenapa?"

Gadis itu tidak menjawab tangannya masih sibuk menutup mulut hingga tangan itu dilepas,wajahnya ditangkup,ibu jarinya menghapus tetes air yang mengalir deras membasahi pipi

"Jangan ditahan,nanti sakit dadanya"

Senyum itu manis sekali,mata itu berkilau ditengah temaramnya lampu tangga darurat,tangan Aska beralih untuk memeluk tubuh gadis yang menangis itu,mengusap surainya lembut

"Hanni kalo mau nangis jangan ditahan,jangan ditutupin mulutnya"

"Aska-"
"Gapapa ga ada salahnya nangis,ga ada salahnya orang lain denger tangisan lo"

Hanni tidak pernah tahu bahwa lelaki dingin dengan raut yang jarang sekali tersenyum itu memiliki pelukan hangat juga ucapan yang mampu menenangkan

"Tapi- gue ga mau nangis,gue. Ga mau orang lain liat gue nangis"

"Kenapa?"

"Karena. Karena gue pengen orang disekitar gue bahagia"

"Bahkan disaat lo ga bahagia?"

Aska bisa rasakan anggukan pada bahunya

"Itu egois"

Hanni tidak menjawab justru ia semakin menenggelamkan wajahnya pada bahu Aska

"Kalo gitu lo boleh dateng ke gue,nanti gue peluk yang erat biar ga ada yang liat lo nangis"

"Aska-"
"Gapapa semuanya bakal baik baik aja"

Maka setelahnya tidak ada lagi yang bersuara,Aska biarkan Hanni terus mengeluarkan segala perasaan sedihnya,bahkan saat kemejanya terasa basah

Hingga dua puluh menit berlalu Hanni lepaskan pelukan,mata itu terlihat sangat memerah,netra yang selalu berkilau itu terlihat lebih redup dari biasanya

"Mau ramen?"

Aska tidak tahu mengapa dirinya menanyakan hal bodoh itu namun melihat wajah Hanni yang tersenyum dan mengangguk antusias tanpa sadar membuatnya tersenyum tipis

"Sama ice cream gimana?"

Maka Aska mengangguk,tangannya membalas genggaman Hanni,berjalan beriringan menuju toserba untuk kemudian kembali ke studio untuk memakan ramen dini hari

Beautiful Soul [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang