8

534 65 23
                                    

Jongho menatap pertengkaran appa dan eommanya dengan tangan terkepal kuat, bagaimana bisa appanya mengkhianati eommanya? Apakah appanya buta?

"AKU MEMBENCIMU!" Seru Nyonya Choi sambil membanting ponsel tuan Choi keras kelantai membuat kesabaran tuan Choi menipis

"Harus berapa kali aku katakana bahwa aku dijebak? Aku tidak melakukannya"

Yeosang menatap pertengkaran didepannya dengan kening berkerut dalam lalu melangkah maju mencoba menengahi namun tangannya dicekal kuat oleh Jongho.

"Appa tidak berbohong eomma" Seru Yeosang tertahan karena tidak tahan melihat Jongho yang terlihat penuh amarah dan kebencian pada appanya

"Apa maksudmu Yeosang-ie? Bukti ini jelas sekali" Bantah Nyonya Choi keras

Yeosang memejamkan matanya perlahan lalu merapalkan beberapa mantra dan melepas cekalan tangan Jongho lalu mengangkat tangannya ke udara dan terpampang video jelas kejadian yang sebenarnya dengan kejernihan luar biasa bahkan Jongho yakin cctv terbaikpun tidak akan bisa mengalahkan video hologram Yeosang.

"B-bagaimana bisa? M-maaf" Seru Nyonya Choi tertahan dan menangis keras dalam pelukan tuan Choi

Yeosang tersenyum tipis sebelum kesadarannya menghilang bersamaan dengan mulutnya yang mengeluarkan darah segar serta teriakan Jongho yang membuat telinganya hampir pecah.

"YEOSANG!" Teriak Jongho keras sambil menahan tubuh Yeosang cepat agar tidak membentur lantai

Jongho menepuk pipi chubby Yeosang dengan tangan bergetar hebat, mulut Yeosang yang terus mengeluarkan darah bersamaan dengan rambut Yeosang yang perlahan memutih hingga menyisakan cokelat madu diponinya saja membuat kewarasan Jongho seakan menghilang.

"D-dokter cepat panggil dokter yeobo!" Seru nyonya Choi panic sambil mengusap darah yang keluar dari mulut Yeeosang menggunakan telapak tangannya tanpa jijik

Jongho menggendong Yeosang ala bridalstyle dan dengan cepat berlari sekuat tenaga kelantai dua lebih tepatnya menuju kamarnya, diikuti beberapa langkah kaki dibelakangnya.

"Bertahanlah aku mohon" Gumam Jongho serak sambil membarigkan tubuh Yeosang pelan

"Cepat periksa, terjadi kesalahan sedikit kepalamu taruhannya" Ucap Jongho dingin saat Kenzi entah mengendarai apa sudah tiba dikamarnya

"Baik tuan muda" Jawab Kenzi mantap tanpa keraguan lalu mulai memeriksa Yeosang dengan teliti ditengah isak tangis nyonya Choi dan geraman tertahan Jongho

"Keadaannya menurun drastis dengan sebab yang tidak saya ketahui, saya tidak bisa memberikan obat apapun karena jika terjadi kesalahan dosis akan berakibat fatal tuan muda"

"Lalu aku harus apa?" Tanya Jongho sarkas

"Anda bisa memantau kegiatannya agar tidak terlalu kelelahan mungkin" Jawab Kenzi tidak yakin

"Tidak berguna" Umpat Jongho terang-terangan membuat Kenzi menunduk dalam, Nyonya Choi meminta Kenzi keluar membiarkan Jongho menemani Yeosang sendiri

"Kau mengatakan bahwa dirimu putra dewa cinta bukan? Kenapa kau lemah sekali jika itu benar?" Tanya Jongho serak bahkan sudut matanya sudah berair saat ini, sial. Batin Jongho.

"Mana ada dewa selemah dirimu sialan!" Maki Jongho sambil mengusap rambut putih Yeosang lembut, sengaja tidak mengusap rambut cokelat madu Yeosang takut membuat warnanya ikut berubah putih

Jongho tidak tahu apa yang terjadi pada pemuda cantik didepannya tapi yang Jongho tau warna rambut putih Yeosang adalah mala petaka, sebisa mungkin Jongho akan menjaga rambut cokelat madu Yeosang. Kenapa ia melakukannya? Rasa kemanusiaan.

"Seharusnya kau tidak perlu membantu pertengkaran orang tuaku Kang Yeosang" Bisik Jongho tercekat

Jika ia tau Yeosang harus mengorbankan dirinya untuk membantu perselisihan kedua orang tuanya, rasanya lebih baik orang tuanya berpisah daripada melihat Yeosang terbaring tanpa daya seperti saat ini. Katakanlah Jongho gila tapi hatinya benar-benar tidak bisa diajak kompromi, ia tentu bahagia orang tuanya bisa kembali harmonis namun melihat Yeosang sekarat rasanya kebahagiannya tidak berarti apa-apa.

Terhitung sudah tujuh jam lamanya Jongho duduk disamping Yeosang yang masih setia memejamkan matanya seolah alam bawah sadarnya jauh lebih menarik daripada dunia nyata, Jongho memejamkan matanya sambil mencoba mengingat seluruh kenangannya bersama pemuda cantik yang tengah terbaring didepannya.

Sudut mulut Jongho terangkat mengingat bagaimana gigihnya Yeosang mendekatinya, senyumnya, tawanya, teriakan Yeosang semua yang ada pada diri Yeosang meski menyebalkan namun mampu membuat jantungnya berdetak sangat cepat seolah siap meledak kapan saja.

"Engh..."

Jongho menoleh cepat kearah Yeosang dan tanpa sadar menggenggam telapak tangan Yeosang lembut.

"Sudah bangun?" Tanya Jongho seperti orang bodoh padahal ia bisa melihat dengan jelas Yeosang mengerjabkan matanya pelan

"H-ho?"

"Ya siapa lagi pria tampan selain diriku" Jawab Jongho dengan nada tengilnya membuat Yeosang tersenyum geli

"Haus?" Tanya Jongho memecah keheningan karena Yeosang tidak kunjung membuka suara

"Ya" Gumam Yeosang serak

Jongho dengan sigap membantu Yeosang duduk dan memegang gelas berisi air putih dengan telaten sambil sesekali menatap Yeosang yang memejamkan matanya saat air memasuki kerongkongannya.

"Terimakasih" Gumam Yeosang tulus sambil tersenyum tipis meski matanya masih sayu

"Hm cepat pulih, jangan merepotkanku" Cibir Jongho


#Triple up

AMOR DIOS || JONGSANG✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang