10 ~ OMG, Miauw!

5K 450 39
                                    

***

~ Selamat Membaca 🦊

"Gile cool!" Zea yang sedang bertepuk tangan riang sembari memuji Vaelin itu menjadi pusat perhatian, senyuman lebar yang terkesan manis dan sangat amat lucu itu akan membuat siapa saja pangling melihatnya.

Bahkan Vaelin yang tadinya berwajah datar kini langsung memerah, serasa di puji oleh anak kecil lucu yang memang rasanya seperti ingin melayang saja.

Jennifer terkekeh kecil, melihat pemandangan di depannya, tidak salah lagi berteman dengan gadis kecil ini.

BRAK!

"ANJING NGGAK TAHAN GUE! IMUT BANGET!!" Teriak Zachary yang membuat Zea berhenti tertawa, ia menatap lelaki itu dan juga ke arah orang-orang kantin yang menatap ke arahnya juga.

"Mereka itu pada kenapa, Mio?" Tanya Zea dengan heran, kepada kucing kecilnya.

"Anda benar-benar tidak tahu, Nona? Mereka itu sedang salting karena kelucuan anda." Jelas Mio dengan sabar, ternyata menghadapi majikan polos itu tidaklah mudah.

"Ohh, Zea kira mereka nggak suka Zea."

Zachary yang sedang menggila itu langsung saja di toyor oleh Jayden, ya walaupun Jayden menyetujui ucapan dari temannya bahwa gadis kecil itu sangatlah imut.

Bahkan seorang Alzheigara saja kini menatap gadis kecil itu tanpa kedip, Alzheigara! Lelaki yang paling tampan di Negara ini mungkin kalo kata Zachary.

"Zea, lo duduk lagi deh, nanti di pelototin sama buaya." Suruh Jennifer dengan pelan, sembari menatap para lelaki yang menatap gadis kecil itu dengan tatapan dingin menusuknya. Vaelin juga mengangguk setuju, karena selain imut, gadis kecil itu juga sangatlah cantik.

"Oh oke Jennie! Eumh, by the way emang di sekolah ini ada buaya?" Tanya gadis itu dengan polosnya, membuat Vaelin langsung terbahak.

Memang derita memiliki teman polos. Jennifer menghela nafas panjang, sembari memijat pangkal hidungnya. "Gausah di pikirin Zea, anggap aja buayanya itu para kaum Adam yang matanya suka jelalatan." Jelas gadis itu dengan sabar, yang hanya di angguki oleh Zea.

"Oh ya itu tadi kenapa Kakak yang di sana teriak-teriak ya?" Tanya Zea lagi kepada kedua temannya sembari menatap ke arah Zachary yang masih berusaha untuk tidak salting.

Vaelin segera mendekat ke arah telinga Zea untuk berbisik. "Biasa... Manusia jamet." Zea mengangguk saja walaupun sedikit tidak mengerti.

"Ngapain lagi kalian?!" Teriak Marven kepada seisi kantin yang hening, seketika keributan semacam perghibahan langsung terdengar lagi tidak seperti tadi.

Gara sedari tadi masih menatap gadis kecil itu dengan mata tajamnya, saat kedua pasang mata itu bertemu, tangannya spontan memberi kode untuk mendekat ke arahnya.

Zea menatap hal itu sejenak, lalu menatap ke arah kedua temannya. "Emangnya kenapa kalo Zea dekat-dekat sama Kak Marven sama teman-temannya?" Tanya Zea.

Kedua gadis itu terdiam. "Ya, sebenarnya nggak apa-apa sih... " Belum sempat melanjutkan ucapannya, Zea sudah lebih dahulu memotong ucapan Vaelin.

"Oke." Zea berdiri dari duduknya, membuat seisi kantin langsung curi-curi pandang karena gadis kecil itu berjalan mengarah ke tempat Marven dkk.

"Eh bocil gemoy, ngapain kemari cil?" Tanya Zack dengan semangat, sembari memamerkan senyuman manisnya.

Zea menatap Zack sejenak, lalu menatap ke arah Gara. "Kenapa manggil Zea?" Tanya gadis kecil itu kepadanya, membuat teman-temannya ikut menatap ke arah Alzheigara juga.

Little Girl [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang