4. Dejavu

30 5 1
                                    

Setelah libur akhir semester 2 minggu, sekolah sudah mulai berjalan seperti biasanya. Tetapi tidak semua siswa/siswi bisa masuk dalam waktu yang bersamaan, jadi pada saat itu sekolah hanya bisa mendatangkan 15-18 murid dalam satu kelas, memang tak seperti biasanya. Setiap kelas berjumlah 36 orang siswa, kalau hari ini 18 orang siswa masuk sekolah, siswa yang lainnya belajar di rumah. Begitupun sebaliknya sampai kondisi lingkungan sekolah benar-benar aman dari wabah virus.

Hari pertama Septi masuk sekolah setelah libur dua minggu, ia benar-benar sangat senang, karena ia sangat rindu pada teman temannya yang sudah lama tidak bertemu. Walaupun ia mempunyai trauma berat dengan sekolah, tapi ia sekarang sudah mulai belajar untuk bisa berdamai dengan keadaan.

Sesampainya ia tiba di dalam kelas, dua sahabatnya sudah menunggu dan langsung menyambutnya.

"Aaaaa Septi, gua kangen banget sama lo." Salah satu sahabatnya berteriak dengan sangat keras, sepertinya ia sangat excited menyambut datangnya.

"Aaaaa kangen juga sama lo, Nov."

Septi berjalan menuju tempat duduknya. Saat Septi sudah menduduki kursinya, teman sebangkunya mulai memeluknya.

"Anjir Sep, gua kangen banget sama lo sumpah." Celetuk Nabil-salah satu sahabatnya.

"Gua juga aaaa." Sembari membalas pelukan Nabil.

5 menit kemudian bel sekolah pun berbunyi, sudah saatnya mereka mulai belajar. Saat itu, guru Bahasa Sunda pun datang. Anak-anak menyambutnya dengan memberikan salam.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, wilujeng sumping Bu." Teriak anak-anak.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, nuhun anak-anak sambutan na. Kumaha kabarna? Daramang?"

"Alhamdulilah Bu." Teriak beberapa anak.

"Kumaha pesaraan na lebeut deui ka sakola teh?"

"Bahagia Bu." Teriak beberapa anak.

Pelajaran pertama pun berlangsung. Di tengah-tengah pembelajaran, tiba-tiba ada yang melemparkan sebuah kertas yang di lipat lipat, ternyata itu dari Novi. Ia cepat-cepat membuka lipatan kertas itu dan membacanya.

Ntar pas bel pelajaran kedua, sebelum guru masuk kita cepet-cepet pergi. Kita nongkrong dulu di kantin, beli gorengan. Tadi kan ga sempet tuh kita jajan dulu, makanya nanti pas pelajaran IPA kita diem di kantin, gua lapar.

Seketika, setelah membaca surat itu Septi langsung melirik Novi yang duduk di belakang nya. Ia menatap Novi dengan tatapan anehnya sembari melotot. Bisa bisanya pertama masuk sekolah udah mau ngajak bolos aja. Novi yang ditatap aneh oleh Septi langsung tertawa kecil dan menunduk.

Septi memang terbilang sangat seram. Matanya besar dan tatapan matanya itu kadang membuat teman temannya merasa takut. Apalagi saat ia marah, pasti ia akan berteriak dengan suara cempreng nya itu.

Setelah Septi melirik Novi ke belakang, ia memberi tahu Nabil tentang kelakuan salah satu sahabatnya itu.

"Bil, coba liat deh, terus lo baca."

"Ini apaan anjir, macam-macam saja deh lo."

"Bukan gua, liat tuh si Novi, pake acara lempar-lempar kertas segala ke gua."

Dear Stranger [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang