Saat Septi menoleh pada Jati yang berada di sebelahnya, laki-laki itu kelihatan tersenyum. Semakin dalam cekungan di kedua pipinya, semakin kikuk Septi dibuatnya. Jati masih tidak berubah. Masih ganteng seperti biasanya. Satu di antara jutaan fakta mengenai Jati yang selalu dipuja-puja oleh Septi.
"Gak bareng sama Herlino?"
"Dia lagi ada event futsal."
"Dia kayaknya sayang banget ya sama kamu? Walaupun belum jadi apa-apanya." Jati tertawa sumbang. Kedengaran aneh di telinga Septi, namun ia juga tidak tahu kenapa Jati tiba-tiba bertingkat seperti ini.
"Kalau gak sayang ngapain dipacari?" Ada sesuatu yang patah dan menyakitkan saat Septi mengatakan itu. Beberapa ingatan saat menjalin hubungan dengan Jati kembali muncul.
Bagaimana Jati sering berbohong. Bagaimana Jati sering jalan bersama teman organisasinya tanpa sepengetahuan dirinya. Bagaimana Jati membela perempuan lain di depannya. Bagaimana Jati yang tidak pernah menganggapnya ada. Bagaimana Jati yang selalu tidak peduli.
"Oh! Pacar? Berarti selama ini yang dikatakan orang-orang di sekolah mengenai kamu gagal move on dari aku salah ya?"
Septi tak menghiraukan perkataan Jati, ia segera pergi meninggalkan Jati seorang diri dijalan itu.
***
Di luar hujan deras. Disertai angin kencang dan petir yang menyambar nyambar. Semenjak berjam-jam yang lalu, lampu kamar sudah dipadamkan. Hanya menyisakan lampu kuning yang dibiarkan menyala di tengah-tengah tembok. Sejak Septi menarik selimut satu setengah jam yang lalu, matanya masih tidak kunjung digerayangi kantuk.
Septi mantap jendela dengan tatapan kosong. Dari tempatnya berbaring, ia bisa melihat pantulan cahaya kilat dari kejauhan. Lalu tidak lama setelahnya, gelegar hebat terdengar. Mendebarkan dadanya yang semula berderap tenang.
Setelah itu hening lagi. Hanya suara rintikan hujan di atas genting dan gesekan ranting di luar rumah. Di saat-saat seperti ini, hanya ingatan tentang Jati yang terlihat jelas. Padahal jam dinding sudah menunjukkan pukul 12 malam tepat.
Lantas, ia mengambil handphone yang semula ia simpan di bawah bantal. Menghubungi nomor teratas daftar panggilannya meski tidak ada jaminan untuk tersambung atau tidak sama sekali.
Septiana
Banot, lo lagi ngapain? Gue gak bisa tidur.Banot
Gue baru selesai main game, Sep. Lo lagi ada masalah ya? Kenapa? Lo bisa cerita sama gue, gue yakin pasti lo lagi ada masalah yang menyebabkan lo nggak bisa tidur kayak gini.Septiana
Gue nggak pa-pa, gue baik-baik aja. Cuman gak tau kenapa malam ini kayaknya emang takdir gue nggak bisa tidur.Banot
Mana ada kayak gitu dodol.Septiana
Ada, ini gue buktinya.Di sebrang sana, Herlino sampai geleng-geleng kepala dengan semua tingkah lucu yang Septi lakukan. Selalu saja ada cara yang membuat Herlino tidak bisa tertawa kalau harus berhadapan dengan Septi.
Banot
Besok libur sekolah, lo lagi ada acara nggak?Septiana
Ada, besok gue mau baca novel, nonton film, jajan, makan pokoknya diem aja dikamar.Banot
Dikasih libur sekolah malah kayak gitu lo mah.Septiana
Itu namanya me time, Banot.
![](https://img.wattpad.com/cover/345175894-288-k358427.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Stranger [revisi]
Kısa HikayeSeptiana Alena Rosalina yang sering kali di sapa Septi merupakan seorang gadis cantik yang sangat menyukai es krim coklat. Ia beruntung sekali, karena tuhan mempertemukan nya dengan seorang laki-laki tampan dan baik hati. Ia beruntung sekali mempuny...