17. Tunggu ya

143 23 4
                                    

Acara itu selesai tanpa hambatan sama sekali. Acara pertunangan yang dibalut kepentingan perusahaan itu sangat dinikmati para tamu. Rachel berhasil memberikan senyuman dan ungkapan hormat kepada tamu terakhir, yang tak lain salah satu rekan kerja ayah Eros.

Eros masih bersamanya, lengannya yang hangat tidak lepas dari pinggang ramping Rachel. Percakapan sebelumnya terasa sangat sesak, seolah-olah perbincangan mereka sebelumnya belum usai. Memang belum, salahkan pada Eros yang tidak kembali setelah  izin ke toilet. Saat Rachel menghampiri, Eros terlihat sedang merokok dekat toilet pria di ujung belakang villa, sangat jauh dari hiruk pikuk meriahnya pesta. Tidak heran, villa itu memang sangat luas.

Kembali lagi kepada sepasang pemuda-pemudi yang baru saja melangsungkan pertunangan mereka. Saat pak Wiranto—si tamu terakhir, sudah tidak terlihat bersama kedua putranya. Eros lantas melepas rangkulan pada Rachel begitu saja. Ia lalu berlalu, terlihat menghampiri sang bunda yang terlihat sudah duduk di ujung ruangan yang tersedia sofa.

"bun."

Panggil Eros, sembari duduk di samping ibundanya itu.

"kenapa sayang?" jawab wanita itu.

"bunda cape? Mau aku buatkan minum?"

Tanpa menjawab, Reina lebih terfokus kepada gadis yang tengah menghampirinya.

"sini sayang, Rachel cape?"

"sedikit, Bun."

Wanita itu lantas melirik putranya. "anterin gih ke kamar Rachel. Sekalian kamu istirahat juga, kamar kalian sebelahan kok."

Sebelum Rachel menjawab, Eros lebih udlu memotongnya. "aku mau sama bunda, jagain bunda."

"kamu nih, udah punya pasangan cantik gini masa mau jagain bunda. Ya perempuanmu ini yang harus kamu jaga. Kalau bunda urusan ayah." Entah dari mana Dayan alias sang ayah tiba-tiba berada di belakang si pemuda itu.

Datang bersama si sulung, Dayan lalu mengusir Eros secara halus. Mengibaskan tangan memberi isyarat yang diberi guliran mata. Tak lama, sepasang suami istri pun ikut menghampiri gerombolan keluarga ini.

Melihat Rachel yang bergerak tak nyaman sesaat setelah melihat kedatangan kedua orang tuanya, Loka berinisiatif mengajak Rachel beristirahat, berniat mengantarnya ke kamar.

"yuk." Ucapnya.

"hm?" ucap bingung Rachel.

"lo kelihatan cape, gue anter ke kamar. Yuk." Ajaknya sekali lagi.

Sebelum Rachel mengiyakan ajakannya, Eros lantas berdiri merangkul Rachel tanpa kata dan mengajaknya menuju kamar si gadis. Diiringi beberapa pasang mata yang memperhatikan. Tangannya yang baru saja terbuka, lantas mengepal kembali dan tersenyum kecil.

***

"bawa penghapus make up?" Tanya si pemuda sesaat setelah masuk.

Pria itu lantas menutup pintu saat melihat anggukan si gadis. Melihat gelagat Eros yang akan membawa peralatan tempurnya, ia lantas berdiri mencegah kekasihnya itu melakukan kebiasaannya yang manis—menyiapkan kebutuhan Rachel.

"eh, aku bisa sendiri kok. Kak Eros bisa lanjut istirahat aja, atau mau ke bawah juga gapapa kok. Aku bisa sendiri."

Entah lah, Eros rasa rasanya tidak menyukai kalimat itu.

"oke."

Hanya itu yang keluar dari mulut nya.

"aku tunggu di sini. Kamu bersih bersih dulu aja."

Melihat mulut cantik itu akan membantah, Eros lebih dulu menyela, "udah sana, aku tunggu."

Ck, hobi banget nyela omongan orang. Pikir Rachel.

What Rachel wants, Rachel gets.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang