What's Demian Say? It's Chapter Four

58 9 10
                                    

"Aku merasa kau tidak berusaha untuk kembali menghidupkannya, maka dari itu biarkan aku yang memberinya kehidupan baru, Demian."

Hati Demian bergetar saat gadis di hadapannya berucap demikian sambil memperlihatkan senyum yang terlihat sangat tulus.

"Kau.. Ada yang ingin ku katakan padamu," seru Demian parau.

Lotilucia yang tadinya tersenyum kini berubah menjadi bingung. Demian membawanya kembali masuk kedalam rumah kaca dan menyuruhnya duduk.

Keduanya kini duduk saling berhadapan, Lotilucia terus menatap Demian yang sedari tadi hanya diam.

"Apa kau hanya akan diam saja?" pancing Lotilucia.

Demian menatap gadis di hadapannya dengan serius. "Ada hal yang ingin ku katakan padamu."

"Katakan saja."

"Sebentar lagi kita akan menikah, kutukan yang ada di tubuhku mungkin takkan hilang. Jangan terlalu memaksakan dirimu untuk selalu bersamaku karena permintaan Ayahku, kau juga bisa menganggap kalau aku sudah tiada karna pada dasarnya usiaku tidak akan lama lagi-"

Cup!

Ssttt! Cukup, Demian." Demian langsung mengangguk patuh ketika jari telunjuk Lotilucia menyentuh bibirnya.

"Awalnya aku membencimu, bahkan sangat-sangat membencimu karena sifatmu yang kurang baik pada orang lain. Tapi aku lebih membenci orang yang menyerah pada kehidupannya sendiri." Demian tertegun dengan perkataan Lotilucia, ternyata ia selama ini salah mengiranya.

"Aku tidak menyukaimu, tapi aku akan berusaha sebisaku untuk membantumu lepas dari kutukan menyebalkan ini. Jadi, jaga hubungan kita sampai saat itu tiba, ya?" Lotilucia tersenyum sangat manis ke arah Demian, senyum yang mempu membuat Demian berfikir kalau kutukannya bisa saja lenyap hanya karena senyuman dari gadis ini.

Demian memegangi tangan Lotilucia dan menempelkannya pada pipinya. "Kenapa kau melakukan ini untukku?" tanyanya sesekali mengecup telapak tangan Lotilucia.

"Apa dia gila? Bahkan kita belum resmi menikah, berani-beraninya dia mengecup tanganku?! Bagaimana kalau ada yang melihat?!" batin Lotilucia.

"Apa ada alasan untuk berbuat kebaikan?" tanya Lotilucia dan di jawab gelengan kepala oleh Demian.

"Selagi aku mampu melakukannya.. Aku akan membantumu meski harus menukar nyawaku," tuturnya tulus lalu mengusap kepala Demian.

"Aku sangat menantikan pernikahan ini. Jaga dirimu dengan baik sampai saat itu tiba, Lotilucia Frodium." Lotilucia menahan senyumnya saat Demian juga mengusap kepalanya gemas.

Setelah berbincang cukup lama, Demian mengantarkan Lotilucia sampai ke depan dan memasuki kereta kuda juga di dampingi benerapa pelayan.

"Sampai jumpa di lain waktu dan terimakasih," seru Demia sedikit melambaikan tangan pada Lotilucia yang sudah mulai menjauh dari istana.

Setelah kepergian Lotilucia, Demian kembali memasuki wilayahnya. Namun tak selang setelahnya, para pelayan mulai membicarakan tentang hubungan Lotilucia dan Demian.

"Bukankah Putri Lotilucia membenci pangeran?" tanya seorang pelayan berambut panjang berwarna merah setengah berbisik saat Demian sudah jauh.

"Entahlah, aku dengar ada yang mengatakan kalau Putri Lotilucia hanya menginginkan status juga warisan," imbuh pelayan berambut sebahu berwarna coklat.

"Pangeran Demian juga tidak terlau tampan, kenapa Putri Lotilucia menerima tawarannya ya? Tapi masuk akal juga kalau kau mengatakan Putri hanya menginginkan status dan warisan," timpal pelayan yang lain.

"Apa tugas kalian sudah selesai?"

"T-tuan Kayden! M-maafkan kami!" seru para pelayan itu sambil membungkukkan tubuh mereka.

Ketiga pelayan itu terkejut setengah mati saat terpergok oleh Duke Kayden yang sudah berdiri di belakang mereka.

Kayden berkacak pinggang menatap satu persatu pelayan yang sedang asik membicarakan Demian tadi, "Kalian mau di hukum karena sudah mengatakan hal yang buruk tentang Putra Mahkota, hm?" ancam Kayden sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Ampuni kami, Tuan Kayden! Kami tak bermaksud, sungguh!" seru para pelayan memohon belas kasihan.

"Kalau tak ingin di hukum, cepat kembali bekerja!"

Para pelayan itu lari kocar kacir saat mendengar suara Kayden yang terdengar menyeramkan ketika sedang marah.

Kayden memijat kepalanya yang terasa pening karena ulah para bawahannya, "Kalau sampai Yang mulia tau, aku tidak bisa menjamin mereka akan selamat."

.
.

Felix, Melvin, dan Bihan sedang berada di dapur untuk menyiapkan sarapan, tapi hanya Bihan saja yang menyiapkannya sementara Melvin dan Felix sibuk memakan masakan Bihan sehingga membuatnya mengulang lagi masakan itu.

"Hei! Kalau ingin mencoba, cukup satu suap saja, tapi kalian tidak. Satu mangkuk kalian habiskan semua!" oceh Bihan merampas mangkuk berisi sup daging rusa hasil buruan.

Yang di omeli hanya tertawa tak bersalah. "Sebenarnya kami masih lapar, tapi masakan yang langsung dari tanganmu dan pelayan lain sangat berbeda," seru Felix dengan bibir yang di tekuk.

Melvin mengangguk semangat, "Jadi, ayo berikan kami makanan lagi!"

Bihan menggelengkan kepala lelah dengan masalah yang mereka buat.

Tok tok

Kriet

Ketiga lelaki itu menoleh bersamaan ketika seseorang masuk kedalam dapur khusus.

"Ada apa?" tanya Bihan yang berubah ekspresi.

"Permisi, Tuan Bihan, Tuan Melvin dan Tuan Felix. Yang Mulia Putra Mahkota memanggil anda sekalian di ruang pertemuan," jawab pelayan itu sambil menundukkan kepalanya.

"Baik, kau boleh pergi."

Pelayam itu mengikuti Bihan sesuai perinah, semua pelayan juga seperti itu. Mereka akan menuruti perintah yang diberikan oleh Bihan dan Kayden, keduanya adalah pelayan yang secara langsung melayani Yang Mulia Putra Mahkota, Demian.

Felix mendengus. "Baru saja mau mencoba makanan baru, sudah dapat panggilan kematian saja."

Plak

"Aduh! Sakit bodoh!" ringis Felic saat satu pukulan Melvin berikan pada punggungnya.

"Perintah Demian adalah sebuah panggilan kehormatan, siapa tau setelah ini dia akan memberi kita uang lalu menyuruh kita pergi untuk makan enak di restoran kota, hahaha!" Bihan semakin pusing mendengar percakapan dua manusia yang aneh ini, sepertinya memang hanya dia yang waras.

Setelah selesai bercanda, ketiganya pergi menuju ruang pertemuan sesuai permintaan.

Sesampainya mereka disana, sudah ada Joshua, Kayden, dan Yohaness yang sedang duduk bersantai di sofa empuk.

Secara brutal Melvin, Bihan dan Felix berebut agar bisa menduduki sofa empuk yang di pesan secara khusus oleh Demian.

"Hei jariku kau duduki, Malvin!" teriak Yohaness saat pantat Melvin menduduki tangannya.

Demian yang sedari tadi duduk diam memperhatikan tingkah konyol sehabatnya kini tak bisa menahan hasrat untuk membunuh mereka semua.

"Hei diam!" seru Joshua setengah berbisik sambil mencolek semuanya.

Semua terdiam ketika merasakan aura negatif dari sosok agung namun sangat mematikan, Demian.

Ia menarik nafas lalu membuangnya kasar berkali kali. "Hahhh! Ck! Hufff!"

"Demian?" panggil Kayden.

"Jangan membuatku kesal, ada yang ingin ku sampaikan pada kalian. Ini tentang pernikahanku dengan Lotilucia," gumamnya yang di angguki oleh keenam lelaki di hadapannya.

"Ada apa? Katakan saja," timpal Yohaness.

"Apa kau ingin kami melakukan sesuatu?" tanya Melvin.

Dua orang ini paling sigap saat merasa Demian akan mengucapkan kalimat yang menegangkan.

"Bisakah kalian mencarikanku jubah bertudung?"

What's Demian Say? | WengaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang