What's Demian Say? It's Chapter Five

43 7 1
                                    

"Ada apa? Katakan saja," timpal Yohaness.

"Apa kau ingin kami melakukan sesuatu?" tanya Melvin.

Dua orang ini paling sigap saat merasa Demian akan mengucapkan kalimat yang menegangkan.

"Bisakah kalian mencarikanku jubah bertudung?"

Semuanya menatap satu sama lain. "Tudung? Untuk apa?" tanya Felix memiringkan kepalanya.

"Sebelum melangsungkan pernikahan, aku ingin berjalan-jalan di kota bersama Lotilucia," tuturnya serius.

Joshua ikut memiringkan kepalanya dan sesekali mengeluarkan suara seperti mendesis. "Apa kau yakin? Kau sudah banyak mendengar cibiran dari para bawahanmu, apa kau siap dengan perkataan rakyatmu?" sahut Joshua. "Bukan maksudku untuk menentangmu atau tak mengizinkanmu, tapi aku khawatir kau akan membenci mereka dengan perkataan mereka," imbuh Joshua dengan yakin.

Joshua adalah sahabat paling tua di antara mereka semua, dia juga pandai memberi nasehat tak hanya untuk Demian melainkan yang lainnya, termasuk sang adik tersayang.

Demian terdiam sejenak, yang di katakan Joshua memang benar. Tapi ia tak bisa selamanya bersembunyi di balik tembok besar kerajaan, kan?

Fisiknya saat ini memang sedikit menyeramkan karena tanda kutukan itu mulai menyebar di beberapa daerah seperti di perut, lengan, leher, punggung juga wajahnya.

"Tapi Demian, kau tidak tau seburuk apa manusia yang melayani Raja Blair, Negara Iberia, juga padamu! Kau bisa saja di olok-olok tanpa tau statusmu!" ketus Kayden.

"Meski tidak akan bisa menjadi penerus Raja Blair, setidaknya rakyat harus tau rupa Putra Mahkota Demian sebelum ajalnya tiba," sahutnya tersenyum pasrah.

Semuanya memalingkan wajahnya karena ucapan Demian yang menyangkut tentang kematian karna kutukan ini.

"Aku akan mencarikannya untukmu, biar Lottie yang akan mengantarkannya nanti." Joshua bangkit dari duduknya lalu pergi tanpa berpamitan pada yang lainnya.

Yohaness menatap kepergian Joshua. Dari mereka semua, memanh Joshua lah yang paling sentimental dengan Demian. Mungkin juga karena Joshua adalah sahabat pertama Demian sejak kecil.

"Kalian juga pergilah," titah Demian tanpa memandang mereka semua.

"Baik, Yang Mulia Putra Mahkota."

.
.

Brak!

Lotilucia terpelonjak saat Joshua datang sambil melepas kemeja lalu membantingnya ke tanah.

Gadis itu tengah menikmati secangkir teh hangat di ruang tamu, namun Joshua membuatnya terkejut.

Lotilucia berdiri dan berjalan ke arah Joshua, ia merangkul punggulnya dan berkatam "Kak, ada apa?" tanya lembut lalu mengajaknya ikut duduk.

Deru nafas Joshua terdengar cepat, ia sangat emosi saat ini. Namun berkat luluhan dari sang adik, ia mampu mengendalikan emosinya.

"Ceritakan padaku apa yang terjadi disana, ya?"

Joshua menggenggam tangan Lotilucia erat untuk mendapatkan energi positif darinya lalu menarik nafas panjang dan membuangnya. "Lottie, bisakah Kakak meminta bantuanmu?"

Lottie memgangguk patuh. "Apa yang harus Lottie lakikan?" tanyanya sambil menatap wajah Joshua yang teduh.

"Apa Lottie bisa menemani Demian berjalan-jalan di kota? Ia sangat ingin melakukannya sebelum acara pernikahan kalian," tutur Joshua lembut.

Lotilucia terlihat menimang permintaannya sambil memasang ekspresi seolah tengah berfikir dengan sangat keras.

"Hemm, karena Kakak sendiri yang memintanya padaku maka akan ku terima!" serunya dengan sedikit senyuman.

Joshua terlihat sumringah saat Lotilucia mengiyakannya. "Anak pintar, ini baru gadis kebanggaan Frodium!" pujinya sambil mengusap kepala Lotilucia gemas. "Tapi.. Lottie tidak keberatan kan membawakan tundung untuk Demian? Kakak akan mengantarmu nanti," imbuhnya.

Lotilucia menggeleng. "Tidak apa, Kak. Akan Lottie lakukan," jawabnya tak lupa dengan senyuman.

Setelah berbincang cukup lama dengan sang adik, Joshua pamit undur diri karena harus mencari tudung untuk Demian.

Ia bertanya pada sang Ibu perihal ini, dan mendapat saran untuk memakai kain milik Lotilicia sewaktu kecil.

Setelah mendapatkam kain itu, Joshua meminta pelayannya untuk menjahit dan menjadikannya seperti tudung.

Pengerjaannya membutuhkan waktu 3 hari karena material yang di gunakan sangat susah untuk di jahit. Beruntung pelayan Frodium memiliki keterampilan dalam menjahit dan menyulam, maka pengerjaanya tidak memakan waktu lebih lama lagi.

Lotilucia juga ikut andil dalam pembuatan tudung milik Demian, ia merasa harus ikut berkontribusi karena Demian juga adalah calon suaminya.

H-2 menjelang pernikahan Demian dan Lotilucia. Joshua saat ini sedang mengantarkan Lotilucia untuk menemui Demian, tak lupa ia juga membawa tudung yang di mintanya.

Sesampainya Joshua dan Lotilucia di istana, belum sempat mereka memasuki area istana sudah ada Demian yang menunggu kedatangan mereka di halaman depan istana, tak lupa Melvin dan Yohaness yang tak jauh-jauh dari Demian.

"Salam dari Lotilucia Frodium untuk Yang Mulia Putra Mahkota Demian," seru Lotilucia sedikit membungkuk sambil sedikit menyingkap gaunnya.

"Berhenti melakukan itu, Lotilucia. Aku adalah calon suamimu, meski sedikit berbeda tapi jangan perlakukan aku layaknya seorang Putra Mahkota," pintanya sambil memegangi bahu Lotilucia.

Gadis itu nampak bingung lalu melirik Joshua yang ada di sampingnya seolah sedang bertanya. "Apa boleh yang seperti ini?" dan Joshua hanya menhangguk dengan senyum yang hangat.

"Baik, Yang Mu- ah maksud saya Demian." Lotilucia tersenyum kikuk.

Melvin dan Yohaness sedikit terkekeh karena tingkah lucu dari adik Joshua, bahkan mereka terpesona dengan visual dari Lotilucia.

Mereka hanya mendengar dari Joshua kalau adiknya sangat cantik meski tingkahnya sering kali membuatnya geleng kepala.

Setelah acara menjamu dadakan, Demian segera berpamitan pada yang lainnya untuk pergi ke kota.

Ia sudah menyiapkan kereta kuda, namun bukan yang biasa ia pakai.

"Apa kau tidak keberatan menaiki kereta kuda biasa seperti ini?" tanya Demian yang menggenggam tangan Lotilucia untuk membantunya menaiki kereta kuda.

Lotilucia menggeleng dan tersenyum. "Justru aku lebih suka yang seperti ini, kita akan lebih merakyat. Jadi persiapkan mentalmu, Hahaha!" tawa Lotilucia mengejek yang sudah berada di dalam kereta kuda.

Dari jarak yang tak begitu jauh, Melvin dan Yohaness ikut tertawa karena melihat secara langsung perkataan adik dari Joshua yang katanya aneh tapi menyenangkan.

"Jika aku punya adik sepertinya, mungkin aku akan tertawa setiap hari," tutur Melvin di angguki Joshua dan Yohaness.

Setelah kereta kuda Demian pergi dari Istana, ketiga lelaki ini pun masuk kedalam dan berkumpul dengan yang lainnya.

Di dalam kereta kuda, Demian dan Lotilucia duduk saling berhadapan tanpa mengobrol sama sekali.

Sesekali Lotilucia melirik Demian yang setia menghadap jendela, ia merasa bosan kalau terus diam saja.

Ssuuiit

Ssuiitt

Suara siulan yang tercipta dari bibir Lotilucia, Demian yang mendengar itu refleks melirik ke arahnya.

"Kenapa?" tanya Lotilucia polos.

"Tidak baik wanita bersiulan," nasehat Demian yang hanya di balas anggukan dengan bibirnyang di kerucutkan.

Demian memposisikan duduknya benar-benar sejajar dengan Lotilucia, dan itu membuang si gadis merasa mendadak canggung.

"K-kenapa lagi?" tanyanya sedikit tergagap karena Demian terus menatapnya tanpa berkedip.

"Patuhi apa yang ku katakan," titah Demian.

"Cih, menyebalkan."

"Semoga kalian bersenang-senang disana."

What's Demian Say? | WengaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang