Srak!
Pria itu menghempas selimutnya dan duduk di pinggir kasur.
Lagi-lagi mimpi buruk yang sama.
Mimpi yang sudah menghantui Yezet selama nyaris seminggu.
"Lumpy...." Yezet bergumam di antara hembusan nafasnya yang tak beritme.
Keringat dingin pun mengalir, membingkai wajahnya yang terlihat pucat pasi. Itu bukanlah pertanda baik, begitu pula dengan sepasang iris keabuan yang kini mengecil.
Lekukan kehitaman yang membungkus matanya terlihat menebal, membuat pria ini semakin menyerupai hantu di film horor.
Buk!
Suara bantal yang jatuh ke lantai menyatu dengan jeritan Yezet yang tertahan.
Jika mimpi buruk ini terjadi satu kali, bukan masalah besar baginya. Tetapi Yezet sudah mengalami mimpi buruk ini sejak seminggu lalu.
Teriakan yang sama, tempat serba putih yang sama, dan perasaan dikejar naga si bintang iklan susu beruang. Semuanya berulang-ulang selama seminggu, nyaris membuat pria yang sudah setengah gila ini menjadi semakin tidak waras.
Tangan Yezet dengan gegabah meraba kasurnya, mencari satu-satunya benda yang membuat hidupnya lebih baik selama ini. Sesuatu yang selalu dia letakkan di bawah bantal agar dia dapat tertidur dengan normal.
Benda itu masih ada di sana. Di tempat yang sama seperti sebelumnya, tidak bergeser sedikitpun.
Tetapi kenapa ia tidak mampu untuk tidur dengan nyenyak?
Suara-suara yang entah nyata atau tidak itu sukses mengganggu benaknya, membuat kepalanya pusing hampir setiap saat selama satu minggu belakangan.
"Ok, Lumpy. Nyalakan lampu," ujarnya dengan nafas terengah-engah.
Seketika, lampu kamar itu pun menyala seiring dengan suara statis yang terdengar menggema, "Lampu sudah dinyalakan."
Yezet duduk di sisi kasurnya, menatap dinding putih kamar itu dengan tatapan kosong. Sebegitu pentingnya sosok itu dalam hidupnya sampai dia memohon sang nenek untuk dibuatkan AI dengan nama Lumpy.
Meskipun Yezet belum pernah bertemu dengan anak itu setelah lebih dari satu setengah dekade lama nya, berkat sosok itu lah dia bisa hidup sampai seperti ini.
"Lumpy, jam berapa sekarang?"
"Sekarang pukul tiga pagi."
Iris keabuannya tertutup oleh kelopak mata seiring pria itu menarik nafas.
Tangannya terkepal dan emosinya kembali memuncak, tertahan oleh selembar tipis kesabaran yang masih tersisa. Dia pun berdiri dari kasurnya dan meraih obat tidur dosis tinggi.
"Tuan muda, obat itu tidak boleh diminum."
Lagi-lagi suara itu terdengar menggema, sukses membuat amarahnya meluap. Yezet pun membanting obat itu ke lantai.
"Lumpy, nonaktifkan dirimu," ujarnya dengan suara mendesir, tidak senang dengan bagaimana AI ini secerewet orang yang memprogramnya. Siapa lagi kalau bukan sang nenek yang dikenal dengan sebutan Madam?
"Mode itu sudah dihapuskan Madam," balas sang AI dengan nada yang datar.
Yezet pun hanya dapat menggeram dan mengambil satu pil tidur yang berserakan bersama pecahan kaca di lantai.
Hanya pil ini yang bisa membuatnya tertidur, walaupun dengan dosis sebesar ini dirinya akan mengalami efek samping. Tetapi setidaknya, dia bisa tidur barang satu atau dua jam.
Dia tidak pernah begini sebelumnya. Setidaknya sejak 15 tahun lalu, dia dapat tidur nyenyak setiap hari.
Semua berkat sesuatu yang selama ini dia letakkan di bawah bantal.
Satu-satu nya jimat yang mujarab baginya. Jika benda ini sudah tidak berfaedah, maka Yezet harus mencari si empunya jimat alias sosok Lumpy sesungguhnya.
"Lumpy, apakah anak itu masih di desa yang sama?" ujarnya sembari menatap pil tidur yang masih ia mainkan dengan jemarinya.
"Anak itu?"
Yezet menghela nafas. "Anak perempuan yatim piatu yang jatuh ke sumur di desa Mundur Maju Kentut Bersama. Kejadian itu terjadi 15 tahun lalu, saat aku sedang di desa itu."
"Proses pencarian," balas Lumpy sembari mencari informasi yang dimaksud oleh sang tuan. "Sudah tidak di sana. Lokasi terdeteksi di Tokyo, Higashi Shinjuku."
Yezet mengerutkan alis nya. Bertanya-tanya kenapa anak itu bisa ada di kota yang sama dengannya. Aneh.
Selama satu setengah dekade, Yezet tidak pernah menggubris keberadaan anak itu. Tidak untuk sedetik pun.
Namun kali ini, untuk pertama kali nya dia merasa yakin untuk harus segera mencari anak itu. Satu-satunya jalan keluar untuk mimpi buruknya.
"Berikan lokasi spesifik," Yezet pun menelan obat tidur itu dan menidurkan diri di kasurnya, "Cepat."
"Lokasi spesifik tidak ditemukan."
"Deteksi penyebabnya."
"Informasi lokasi individu secara real-time tidak bisa diakses. Posisi terakhir diketahui melalui transaksi bank seminggu lalu."
Yezet mengernyit. Aneh sekali. AI buatan neneknya ini bukan untuk penggunaan publik, jadi dia terkoneksi langsung dengan berbagai sumber informasi yang berada di dark dan deep web dengan sistem proteksi khusus yang dikembangkan perusahaannya. Singkatnya, tidak ada satu pun informasi yang tidak bisa dia dapatkan dari internet.
Tapi bagaimana ini bisa terjadi?
Jika demikian, bagaimana bisa dirinya mengatasi masalah insomnia akut ini?
Yezet pun memejamkan matanya.
Bertemu dengan anak itu bukan hal menyenangkan. Dalam memorinya, anak itu kurang lebih terlihat seperti orang yang berenang di lumpur dan senang tersenyum lebar dengan gigi ompong.
Tapi mengingat anak itu berhasil menyusulnya hingga ke negeri sakura, mungkinkah takdir mereka memang bersilangan lagi untuk kedua kalinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Master Neko Neko
RomanceTinggal satu atap dengan majikannya yang anti-sosial saja sudah cukup buruk, Pia hanya tidak menyangka sang cucu konglomerat ini mengincar sesuatu dari dirinya! *** Setelah jatuh miskin dan terlilit utang, Pia si robotis jenius itu terpaksa bekerja...