Hari ini hari yang panjang bagi Pia.
Ritual hariannya dengan Yezet masih terjadi, tentu saja. Tapi, hari ini juga merupakan hari dimana dia harus melakukan pekerjaannya sebagai housekeeper.
Di matanya, mansion ini sudah bersih kinclong. Hanya saja, sekretaris Madam selalu datang dengan berbagai komplain yang membuat kepalanya pening.
Sebagai seorang robotist, dia sudah terbiasa dengan hal-hal kompleks. Tetapi baru kali ini dia merasa pusing mendengar komplain dari orang lain.
"You didn't clean this part, right? I can see the moldy stains." Pia meniru sekretaris Madam itu sambil menyong-monyong dan membanting pintu kamarnya di lantai tiga.
Dia tinggal di lantai tiga, di sebuah kamar yang dekat dengan dapur. Hampir satu minggu dia tinggal di mansion mewah ini, tapi dia hanya merasa dirinya ada disini sebagai live-in housekeeper.
Pekerjaan ini sama sekali tidak cocok dengan Pia dan dia paham sekali akan hal itu.
"Ngapain dibersihin sampai benar-benar bersih kalau manusia undur-undur itu sama sekali tidak menggunakan ruangan lain selain lantai empat?!" Pia mendengus dan duduk di lantai.
Meski pun dirinya selalu ngomel-ngomel setelah bekerja sebagai housekeeper, tapi Pia tidak punya opsi lain. Pekerjaan ini bayarannya memang sangat besar.
"Tunggu saja, sampai aku bisa membayar semua utang-utangku. Begitu semuanya lunas dan aku bisa sewa apartment sendiri.... Persetan dengan kutukan atau apalah itu, aku akan tinggal sendiri dan menikmati kebebasanku," Pia berguman sambil membuka laptop bekas yang baru dia beli online hari ini.
Pia membuka website kampusnya dan mengecek satu per satu materi kuliah yang tidak pernah dia buka selama paling tidak satu bulan terakhir.
"Hm, oke. Mungkin untuk kelas ini aku cuman bisa dapat A. Yah, mau gimana lagi," Pia tertawa miris.
Dia tidak pernah dapat nilai A. Selama ini, dia selalu mendapat nilai A+. Semua berubah ketika A plus itu berubah menjadi apes dan hidupnya terjun bebas.
"Well, semua sudah terlanjur terjadi. Sekarang sudah jauh lebih baik...mungkin aku sudah bisa masuk lab besok," gumamnya.
Sebulan berlalu sejak terakhir dia pergi ke kampus. Pergi ke lab nya berarti dia harus berjalan melewati Graduate School of International Studies yang berada di sebelah gedung fakultasnya.
Dengan kata lain, dia harus berhadapan dengan seorang setengah setan yang mengacaukan hidupnya. Sumber dari skandal palsu tentang Pia yang bekerja sebagai host dan menjual diri .
Well, pakaian Pia memang sering kali unik. Dia juga suka menggoda perempuan manis yang imut. Tapi Pia tidak pernah bekerja sebagai host.
Hidupnya selama ini habis di lab, berusaha menyesaikan project emotional robot-nya. Kalau dirinya bisa melakukan skandal, maka kemungkinan besar skandalnya adalah dengan laptop nya sendiri.
Pia pun menutup matanya dan menarik nafas dalam-dalam.
Sudah terlalu lama dia kabur dari kampus.
🐈🐾🐾🐾
Pia berdiri depan pintu mansion sambil bergumam layaknya orang sedang baca mantra.
"Ritual aneh bersama Yezet sudah beres, bersih-bersih parkiran mobil juga sudah," Pia menghela nafas, "Baiklah saatnya ngampus lagi."
Sungguh sebuah kebutulan yang hakiki begitu Pia menyadari kalau mansion ini berada di jalur kereta api yang sama dengan kampusnya.
Tak butuh waktu lama, Pia sudah berdiri depan gerbang kampusnya.
Mungkin sampai upilnya mencair, Pia tidak akan bisa membaca tulisan kanji di gerbang itu. Tetapi, setidaknya dia tahu kalau itu berarti "Matchanomizu University". Mudah diingat karena kampus ini berada di dekat danau kecil yang warna airnya seperti teh hijau.
"Pia san!"
Mendengar namanya dari suatu tempat, Pia pun segera menoleh-noleh mencari sumber suara.
Seorang pria berlari dari arah parkiran sepeda dengan pakaian gym yang memperlihatkan lengannya yang kekar. Begitu sudah dekat dengan Pia, dia langsung menerjang anak itu dengan rangkulan.
"Long time no see!"
Pia memutar bola matanya. "Since when I become your personal sweat wipers?"
Mendengar itu pun, si pria terkekeh. Mereka berdua berasal dari satu graduate school yang sama meskipun berbeda dosen pembimbing. Berbeda dengan Pia yang menghabiskan waktu di lab dan studio percobaan, pria satu ini lebih banyak melakukan survey dan penelitian sosial. Itu sebabnya, ia punya waktu extra untuk pergi ke gym kampus
Pia pun mendorong tubuh pria itu, lalu keduanya tertawa bersama.
"I thought you had been kidnapped by yakuza. You haven't been seen on campus for three weeks. Prof. Maeda is looking for you," pria tadi berujar dalam bahasa inggris beraksen Jepang yang kental.
Pia tersenyum kecil. "Well, a lot happened. But Prof. Maeda is too kind. He also apparently sent me an email, I just replied to last night."
"What's going on??"
"Well, a lot. But it's all in the past. I'm better now."
🐈🐾🐾🐾
Sudah lebih baik? Apanya?
Pia menelan ludahnya.
Rupanya itu hanya imajinasinya saja.
Begitu pulang dari kampus, dia dihadapkan dengan kode pintu mansion yang berubah dan dia tidak bisa masuk.
Berkali-kali dia menekan bel, tetapi tidak ada yang menjawab.
"Ada apa lagi ini?" Pia menggigit giginya dan dengan gelisah menekan-nekan tombol bel.
Ctak.
Pia tersentak. Lalu, terdengar sambungan speaker yang seperti suara radio rusak.
"Mas Yez?" Pia mendekat ke arah intercom, "Ada apa? Kok, aku gak bisa masuk?"
Tidak terdengar apapun, hanya suara bising radio.
"Mas? Kamu marah sama aku karena aku pergi ke kampus?"
Suasana tetap hening hingga akhirnya pintu itu pun terbuka secara otomatis.
Pia mengedipkan matanya dan tanpa basa-basi langsung masuk ke dalam. Dia pun berlari menuju lantai empat menggunakan tangga dan langsung menendang pintu kamar Yezet.
Irisnya menemukan Yezet duduk di sisi kasur sambil menutup kedua matanya, tanggannya mendekap telinga seakan sedang mencoba untuk tidak mendengarkan sesuatu.
"Mas Yezet?"
Pria itu masih tidak bergeming, bahkan setelah Pia melangkah masuk dan duduk di sampingnya.
Baru ketika Pia menepuk pundak Yezet, pria itu membuka matanya dan menoleh ke arah Pia.
Matanya merah. Irisnya mengecil. Tubuh pria itu gemetar.
Dia pun menerjang Pia dan memeluk perempuan itu dengan tubuh yang gemetar.
"Mas Yezet, ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Master Neko Neko
RomanceTinggal satu atap dengan majikannya yang anti-sosial saja sudah cukup buruk, Pia hanya tidak menyangka sang cucu konglomerat ini mengincar sesuatu dari dirinya! *** Setelah jatuh miskin dan terlilit utang, Pia si robotis jenius itu terpaksa bekerja...