🐾 1. Introduction 🐾

230 11 20
                                    

Jam tiga pagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam tiga pagi.

Yezet membuka matanya dengan tatapan kosong.

Dia sudah mencoba untuk tidur, tetapi tidak untuk satu detik pun dirinya bisa beristirahat malam ini.

Seperti ada yang kurang dalam dirinya, tetapi dia tidak tahu apa itu. Ada sesuatu yang harus dia miliki, sesuatu yang penting dalam hidupnya.

"Tuan Muda, Madam memberikan pesan tadi sebelum anda tertidur."

Suara statis dari AI pribadinya itu membuat Yezet mengerutkan alis. Pesan dari sang nenek? Pada malam hari seperti ini?

"Apakah penting?" Yezet mengucek matanya, "Biasanya Madam suka random."

Si AI terdiam untuk beberapa saat sebelum menjawab, "Akan ada housekeeper baru besok."

Yezet menghela nafas. Madam sedang berusaha membuatnya keluar dari kamar. Semua orang tahu kalau dia tidak suka orang lain masuk ke mansion nya ini. Bahkan untuk seorang housekeeper sekali pun.

Sudah tiga tahun dia mengurung diri. Meskipun begitu, dirinya merasa sangat nyaman dengan kondisi yang sekarang. Pria bersurai panjang ini heran kenapa orang lain sampai mengkhawatirkannya seperti itu.

Lantas, kenapa Madam sampai melakukan semua hal ini?

"Aku tidak butuh pembantu," gumamnya.

"Madam bilang yang kali ini anaknya manis."

Yezet tersenyum kecut. "Aku tidak suka."

"Lalu, tentang perempuan yang tuan cari...."

Pria itu pun memotong si AI dan berujar, "Apakah kau sudah menemukan lokasinya, Lumpy?"

Lumpy si AI teridam. "Masih belum terdeteksi."

"Kalau begitu, tolak housekeeper itu. Aku tidak perlu pembantu." Yezet pun beranjak dari kasurnya dan memijit pelipisnya. 

Sudah beberapa hari dia tidak dapat tertidur pulas. Tubuhnya terasa pegal dan kepalanya pusing seperti sedang melayang-layang. 

Akhirnya dia duduk di pojokan ruangan dan mulai untuk melakukan meditasinya. Pakaiannya yang serba putih terlihat kucel, tetapi tidak lebih parah dari ekspresinya saat ini.

Suara detik jam dinding itu mengiringi nafas tipis yang keluar dari hidung seorang pria tampan bermuka pucat yang sedang berusaha melakukan meditasi. Rambutnya yang gondrong terurai acak-acakan, jatuh ke bawah layaknya helaian sutra yang menjuntai lembut.

Tiba-tiba pria itu membuka mata. 

Jantungnya berdetak tidak karuan. Tubuhnya mengeluarkan keringat dingin. Irisnya mengicil.

Pria itu pun berlari menuju tempat tidurnya dan meremas sebuah jimat yang selama ini dia letakkan di sisi bantalnya. Satu-satunya jimat yang memberikannya ketenangan.

Master Neko NekoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang