Pia menatap langit Tokyo yang secara ironis terlihat sangat romantis.
Tidak terasa musim semi akan segera berlalu seiring dengan munculnya gemerisik jangkring yang saat ini tengah mengiringi suara perut Pia.
Sudah dua hari Pia menahan lapar. Bukan karena diet atau puasa. Tapi anak ini memang tidak punya sepeser uang pun untuk membeli makanan.
Dengan kata lain, Pia kini berada dalam posisi miskin. Tidak hanya tanpa uang, tetapi juga tanpa rumah.
Entah karena sudah terlalu lapar atau bagaimana, Pia bahkan rela menjadi korban prank demi dibayar untuk pura-pura miskin. Bahkan tidak perlu berakting, Pia dapat melakukannya semulus pantat bayi tanpa perlu berkali-kali retake video.
Pasalnya, Pia ini merupakan anak jalanan yang sekaligus mantan orang kaya.
Di balik masker kumal yang sudah seminggu tidak diganti itu, Pia meringis. Sekarang yang bisa Pia lakukan hanyalah meratapi nasib sambil menahan tangis.
Bukan ini tujuannya merantau ke Negeri Sakura. Tidak pernah terlintas dalam benaknya untuk menjadi seorang tunawisma yang hanya bisa duduk di taman sambil kembali meratapi sekaleng ikan tuna yang dipungut dari tempat sampah.
Untuk bisa bertahan hidup selama seminggu belakangan, perempuan ini rela menjual sebagian besar kepunyaannya di toko barang bekas dan keluar dari asrama mewah yang dulu dia tinggali.
Tanpa aba-aba, dia terjun bebas dari kehidupan serba berkecukupan menjadi seorang yang tidur di bawah perosotan taman. Yah, kalau hidup dikatakan sebagai roller-coaster, mungkin punya Pia mesinnya macet ketika gerobaknya sedang terbalik.
"Tuna setengah kaleng begini," gumam Pia, "Cuman bisa buat sekali makan."
Sekarang, dengan penuh penyesalan, Pia hanya dapat meratapi nasibnya. Sampai minggu lalu, dia selalu menolak untuk mengurus stempel dari imigrasi agar bisa bekerja part time.
Bagaimana tidak? Dia hidup dari beasiswa super bergengsi yang hanya diperuntukan bagi orang-orang jenius di bidang robotik. Sampai minggu lalu, dia bahkan mampu menyewa hotel berkedok asrama dengan biaya sewa di atas 10 juta rupiah per bulannya.
Mencari kerja part-time bahkan tidak terlintas di benaknya. Setidaknya sampai dia tersandung skandal perselingkuhan palsu dan beasiswanya dicabut secara tiba-tiba. Lebih parah lagi, dia kena pun tipu call center dari India.
Sekarang, jangankan untuk membayar uang sewa apartemen yang begitu mahal di Tokyo, untuk tidur pun Pia yang jenius ini harus mencari pojokan taman yang sepi atau terowongan rel kereta api.
Hari ini pun juga begitu.
Ketika hari menjadi semakin gelap, Pia pun berjalan ke arah stasiun Shinjuku. Dia berhenti di terowongan rel kereta api, di depan sebuah kardus yang tak lain merupakan satu-satunya harta benda miliknya selain smartphone dengan baterai 10 persen.
Hanya smartphone ini benda berharga yang bisa dijual jika hidupnya terus miskin. Meskipun Pia memiliki sebuah cincin platinum yang kini dia kenakan sebagai liontin kalung, dia tidak akan melelang benda itu bahkan saat nyawanya terancam.
Cincin itu merupakan satu-satunya peninggalan dari seorang penyelamatnya. Seseorang yang dia tidak tahu bagaimana bentuknya atau pun namanya. Tapi dia selalu memanggilnya "Prince Peri" karena sosok itu layaknya pangeran dedemit yang entah bagaimana muncul di tengah hutan dan hilang begitu saja.
Karena cincin itu lah Pia berjuang keras hingga dia sampai di Tokyo. Sayangnya, menjadi gelandangan bukan bagian dari rencananya.
Pia pun membuka kardus itu, duduk di atasnya dan mulai memakan kaleng tuna yang sudah masam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Master Neko Neko
RomanceTinggal satu atap dengan majikannya yang anti-sosial saja sudah cukup buruk, Pia hanya tidak menyangka sang cucu konglomerat ini mengincar sesuatu dari dirinya! *** Setelah jatuh miskin dan terlilit utang, Pia si robotis jenius itu terpaksa bekerja...