💰 4. Harta Karun

29 5 0
                                    

Rasanya leher Pia akan patah karena terlalu lama mendongak.

Gedung ini begitu tinggi dan megah dengan arsitektur minimalis yang futuristik serta tanaman merambat yang membuat bangunan ini terlihat begitu asri. 

Berdiri di depan bangunan kantor pusat 'International Technology Development Research Institute' ini membuat Pia terlihat seperti pupuk kompos.

"Mohon maaf, tapi pihak tidak berkepentingan dilarang untuk menggelandang di kantor kami."

Pia pun tersentak dan menatap ke arah seorang petugas keamanan yang menegurnya dengan bahasa inggris yang terdengar sangat fasih.

Perempuan itu menyipitkan matanya dan berujar, "Eigo jungsook dekne."

Ia pun tertawa keras, merasa puas dengan ucapannya barusan. Jangan kan si petugas keamanan, bahkan Pia pun tidak tahu apa yang barusan dia katakan. Mungkin maksudnya "Eigo jouzu desu ne" alias "bahasa inggrismu lancar banget, ya." Meskipun malah terdengar seperti orang jawa yang sedang sambat.

Si petugas keamanan itu pun langsung menutup hidungnya. Tidak tahan dengan bau mulut dan badan yang menyerebak dari tubuh Pia.

"Saya kesini atas panggilan dari Madam Veronica," ujar Pia dengan bahasa inggris beraksen amerika, "Kode reservasi saya 18H65K00XYZ."

"Madam!?" Petugas itu pun menatap Pia dengan keheranan, "Kalau begitu, mari ikuti saya."

Pia pun nyengir lebar. "Ini dia aroma detik-detik kembali menjadi kaya," batinnya dalam hati.

Petugas itu pun membawa Pia memutar bangunan dan masuk melalui pintu belakang. Keduanya lalu menuruni tangga menuju basement.

Pia yang semakin merasa curiga pun akhirnya bertanya dengan bahasa inggris, "Madam Veronica bekerja di lantai basement? Kantor ini sangat merakyat sekali, ya."

Petugas itu hanya membalikkan badannya dan menatap sinis ke arah Pia sambil menutup hidung. "Bukan Madam yang bekerja di sini, tapi anda yang harus mandi dulu sebelum bertemu dengan Madam."

Pia pun mengernyitkan alis. "Badanku masih harum begini, kenapa harus mandi?"

Tapi si petugas tanpa basa basi lagi langsung mendorong Pia masuk kamar mandi dan berteriak, "Harum pantat gajah! Mandi dan ganti baju dulu sana, jangan banyak tanya!"

Dengan menggerutu, Pia pun menuruti instruksi si petugas itu. Begitu dipikir-pikir lagi, Pia akhirnya menyadari betapa gembel penampilannya. Saking kotornya, saluran air di kamar mandi itu pun tersumbat.

Setelah hampir satu jam berlalu, Pia pun keluar dari kamar mandi dengan penampilan yang 180 derajat berbeda.

Kini, dirinya tampil menyerupai preman dengan rambut gondrong sebahu.

Pia pun menyipitkan matanya, memandangi tanda pengenal si petugas yang entah sejak kapan berdiri di samping pintu kamar mandi.

"Tomato-san?" Pia berusaha membaca nama pria itu.

"Yamato."

"Pamato-san! Jangan bilang kalau ini bajumu?"

Si petugas itu memutar bola matanya, "Tidak usah banyak protes. Cepat, Madam sudah menunggu mu."

Pia pun mengangkat bahunya dan memutuskan untuk mengekori Yamato sembari mengoceh, "Kau harus tahu kalau fashion style mu cukup menarik. Atau apakah ini memang pekerjaan sampinganmu? Menjadi preman yang suka mangkal di Akihabara? Kau tahu, dengan style begini, berdiri di mobil sedan sambil merokok?"

Yamato kembali memutar bola matanya. "Sebagai tamu Madam, anda mungkin harus mengontrol mulut anda."

"Oh! Memang harus dikontrol," Pia terkekeh, "Professor saya pernah bilang kalau saja otak saya tidak encer, mungkin saya akan kerja sebagai call center di India. Kamu tahu gak, habis itu aku beneran ditipu sama call center dari India!"

Master Neko NekoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang