🏩 8. Satu Atap

35 5 0
                                    

Pia terdiam dengan ekspresi bengong yang tidak bisa didefinisikan. Apakah yang dia dengar barusan itu sungguhan?

"Mas Yez, yang tadi itu...."

Yezet yang masih menutup wajahnya karena malu itu pun mengangguk.

Bahu Pia lemas seketika. Dia kembali duduk di hadapan Yezet dan menarik nafas sedalam mungkin.

Bekerja di bawah manusia-manusia nyentrik ini saja sudah di luar batas nalarnya. Sekarang dia harus mencium sang majikan tiap hari dua kali? Hanya untuk terhindar dari hal sekonyol kutukan siluman undur-undur?

"Aku menuntut penjelasan," ujar Pia dengan ekspresi serius. Bagaimana pun sebuah ciuman bukan hal main-main bagi Pia yang selama ini hidup sebagai ladykillers dan jomblo seumur hidup.

Well, Yezet memang tergolong tampan, malah terlampau indah untuk dilihat dengan mata telanjang. Untung saja selama ini rambut gondrong pria itu tidak rapi. Kalau rambut itu dirapikan, Pia tidak yakin apakah jantungnya masih bekerja dengan benar. Jadi, mencium manusia seindah ini bisa dikatakan sebagai anugerah bagi seorang Pia.

Masalahnya hanya satu. Pria ini terlalu percaya pada hal kasat mata.

"Penjelasan seperti apa?"

"Kiss! Harus sekali aku menciummu? Dan kenapa?"

"Hm.... Sebentar, aku tanyakan dulu pada siluman undur-undur," ujar Yezet sebelum menutup matanya dan terdiam selama satu jam.

Pia mendengus dan memutuskan untuk menghabiskan waktu memandangi pria tampan ini.

'Kalau saja dia lebih waras sedikit,' batinnya.

Kali ini, Pia menyadari betapa manisnya tahi lalat yang bernaung di ujung bawah mata kiri sang majikan. Selain itu, betapa lentiknya bulu mata pria ini. Semua sangat selaras dengan rahang tegas yang membingkai keindahan ilahi tersebut.

"Katanya," Yezet tiba-tiba berujar di tengah meditasi nya, "Sentuhan selama 44 menit dapat menggantikan ciuman dua kali sehari."

Pia menarik kembali semua kekagumannya terhadap Yezet yang selama satu jam ini memenuhi pikirannya. Memang pria ini sudah tidak waras.

"Kau masih bisa berbicara dengan siluman cecurut itu?"

"Undur-undur," ralat Yezet dengan santai, "Iya, aku masih terhubung secara spiritual."

"Kalau begitu tanyakan ini.... Hei, kau itu memang terobsesi dengan angka 4 atau memang cuman siluman mesum!?"

Yezet mengangkat tangannya. "Siluman undur-undur bilang," pria itu mengambil jeda sebentar sembari menutup matanya, "Lebih baik daripada tunawisma yang mencret di atas kardus karena keracunan onigiri kadaluarsa."

Pria itu pun membuka matanya dan menatap Pia dengan tatapan khawatir. "Kamu ngapain makan onigiri kadaluarsa?"

"Itu semua gara-gara si siluman undur-undur!" Pia menggeram.

Yezet pun mengulurkan tangannya dan menggenggam telapak tangan Pia dengan lembut. "Pia, apa yang terjadi padamu selama ini?"

Pia mengatup bibirnya rapat-rapat. "Kau tidak perlu tahu."

"Pia," Yezet menatap perempuan dihadapannya ini dengan lembut, "Kau tahu kalau aku tidak akan melakukan apapun yang akan merugikanmu."

"Kau merugikanku secara emosional," Pia menyipitkan mata, "Dan segala kebodohan ini, membuat jiwaku lelah. Bisa tidak, sih, kau bicara yang masuk akal?"

Yezet tidak menjawab dan hanya menatap Pia dalam diam. Sebelum dia menjawab pertanyaan Pia, anak ini harus menjawab pertanyaannya lebih dulu.

Pia menolehkan kepalanya, menghindari tatapan sepasang iris abu-abu yang seperti sedang menghipnotis nya ini. "Kenapa tidak kamu tanyakan kepada undur-undur bedebah itu?"

Master Neko NekoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang