5♈

4 0 0
                                    

Hari-hari berjalan seperti biasanya. Aries bangun pagi sarapan bersama keluarganya. Tidak ada pembahasan spesial, hanya menceritakan kejadian kemarin bersama Gisa lalu dibalas anggukan oleh Bapak dan Ibu. Setelahnya Aries berangkat ke Sekolah, sedikit aneh karena biasanya Bapak dan Alya yang duluan berangkat bekerja.

"Anak mu kesambet apa toh, Pak?" tanya Bu Nur dengan logat Jawa yang sejujurnya jarang keluar setelah hijrah ke Jakarta.

Bapak mengedikkan bahu lalu menyeruput kopi hitam nya.

"Mal, tikus adek kamu udah kamu kasih makan?" tanya Ibu.

"Hamster, Bu."

Selain bertanggung jawab kepada sesama manusia, Aries juga bertanggung jawab pada hewan. Contohnya hamster peliharaannya yang diberi nama Mickey. Dulunya ia sama sekali tidak memiliki hewan peliharaan, bahkan bertekad untuk tidak memiliki karena ribet mengurusnya. Namun satu bulan yang lalu, April membeli seekor hamster di pasar malam, sayangnya Mamah tidak mengizinkan hamster itu masuk ke dalam rumah. Jadilah April memberikan hamster itu pada Aries. Keluarga Aries iya iya saja, asalkan Aries bisa merawatnya dengan baik. Dan terbukti Hamster berwarna coklat itu masih hidup sampai sekarang.

"Udah dikasih makan sama Aries," jawab Kemal.

"Tumben berangkatnya pagi-pagi banget, kemarin berangkatnya gak pagi dia lupa kasih makan tikusnya."

"Hamster, Ibu!"

Aries menembus dinginnya kota di pagi hari. Jarang sekali karena biasanya ia baru berangkat jam tujuh kurang seperempat, tapi kali ini ia berangkat pada jam enam lewat seperempat. Rencananya ia ingin menjemput Gisa untuk berangkat ke Sekolah bersama, tapi handphone gadis itu tidak aktif. Tidak ada satupun pesan yang dibalas. Akhirnya Aries memutuskan berangkat sendiri, lagipula kemarin ia memang tidak janjian bersama Gisa, ia baru kepikiran hari ini.

Sekolah masih sepi, belum banyak siswa yang berlalu-lalang. Dedaunan yang jatuh dari pohon asam juga masih beterbangan karena belum ada yang datang untuk membersihkannya. Di dalam kelasnya tidak ada satupun siswa yang datang, bahkan April yang notabenenya siswa teladan pantang telat juga belum terlihat sama sekali. Aries memilih membaca kembali chat yang dikirimnya untuk Gisa, tapi sampai saat ini tidak ada tanda-tanda bahwa gadis itu akan membacanya.

"Tumben datang cepat."

Di ambang pintu terdapat April dan Tera yang masih menenteng tasnya. Entah sejak kapan mereka berdua berdiri di sana, Aries tidak ingat, terlalu fokus pada handphone di genggamannya.

"Nanti tampil dimana?" tanya Aries sebelum Tera mengulang pertanyaan "nanti malam jadi,kan"

"Di restoran jepang punya Tante ku, yang baru buka itu, lho."

Aries manggut-manggut saja, tidak peduli, yang penting ia bisa menghasilkan uang hari ini.

Tidak ada yang istimewa di hari kedua Sekolah. Guru yang masuk hanya sekedar memberikan pengenalan singkat tentang dirinya dilanjutkan pengenalan materi yang akan mereka hadapi hingga semester satu berakhir. Setelah itu mereka hanya saling bercengkrama satu sama lain layaknya siswa baru pada umumnya. Sudah banyak yang tau tentang April dan Aries yang sering manggung, rencananya malam ini mereka akan pergi menonton Aries dan April di restoran jepang milik Tantenya Tera. Kecuali Gisa, gadis itu benar-benar tidak hadir hari ini, chat yang di kirim Aries juga tidak kunjung di balas.

Bel pulang telah berbunyi menggelegar di penjuru Sekolah. Aries memilih menunggu parkiran hingga sepi daripada harus berdesak-desakan, lagipula ia tidak buru-buru juga untuk pulang. Ia tidak ada kegiatan kecuali manggung nanti malam.

"Motor aku masih rusak." April mendekat saat teman-teman sekelasnya satu persatu meninggalkan ruangan.

"Biar ku antar pulang," tawarnya langsung dibalas senyum oleh April.

Semua Tentang AriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang