03

5K 237 0
                                    

maaf kalo ada typo

Jelsha membuka pintu kamar secara perlahan, ditempat tidur ia menemukan sebuah gumpalan selimut yang isinya sudah pasti sang suami. Jelsha melewati tempat tidur dan berjalan kearah meja rias untuk rutinitasnya sebelum tidur, memakai skincare.

Jelsha melirik Tama lewat kaca didepannya, hanya terlihat rambut lelaki itu yang menyembul.

setelah selesai dengan aktivitas nya, Jelsha meranjak menuju tempat tidur dan merebahkan tubuhnya di samping Tama yang membelakanginya.

"mas beneran ngambek?" Jelsha bertanya sembari menarik selimut sebatas pinggang. tidak ada jawaban dari Tama, Jelsha tersenyum tipis sebelum memejamkan matanya dan membelakangi Tama.

Jelsha membuka kembali matanya ketika merasa sebuah tangan dari dalam selimut melingkari pinggangnya, disusul dengan hela nafas hangat yang Jelsha rasakan ditengkuknya.

jika keduanya saling mendiamkan, bertengkar ataupun tidak. Tama tidak pernah absen memeluk Jelsha setiap ingin tidur malam, itu membuat suasana menjadi lebih baik untuk keduanya karena Tama sering sekali merajuk.

Jelsha membalikkan tubuhnya menghadap Tama, mendekat dan menyembunyikan wajahnya dileher sang suami serta membalas pelukan Tama. mata Jelsha perlahan terpejam menikmati usapan lembut di punggungnya.

"kamu mikirin siapa sih tadi?" Jelsha kembali tersenyum dengan mata terpejam, mendengar suara Tama yang sepertinya masih penasaran.

"cuma kamu yang aku pikirin, mas. mana berani aku mikirin cowo lain, nanti bayi gede aku ngambek." Tama tersenyum malu, masih setia mengusap punggung ramping sang istri.

"mas sayang kamu dek" Tama mengecup kening Jelsha sebelum membenarkan pelukannya, ikut menyusul Jelsha kealam mimpi.

usapan Tama dipunggung sang istri perlahan melambat, hening melanda dan hanyar terdengar deru nafas menandakan keduanya sudah tertidur.


childish husband


jam sudah menunjukkan pukul 08:12, Jelsha sudah menyelesaikan semua pekerjaan rumah tangganya, dan sampai sekarang suaminya itu belum juga bangun untuk bekerja.

ia membuka pintu kamar, menyingkap gorden yang langsung membuat kamar mereka terang oleh cahaya matahari pagi yang terlihat terik.

Jelsha menghampiri gumpalan selimut itu dan menepuk-nepuk pelan, "mas, ini udah jam 8 lewat! kamu kapan berangkat?"

"mas masih ngantuk dek~" lenguhan panjang keluar dari Tama sambil mengucek matanya.

Jelsha duduk di samping Tama yang masih berbaring, tangannya terangkat mengusap kening Tama. "ayo kerja, mas! ayo ayo! biar aku bisa shopping banyak-banyak~" Tama tertawa mendengar istrinya menyanyikan lirik yang dibuat Jelsha sendiri.

Jelsha membantu Tama bangun dan merapikan rambutnya yang lumayan berantakan.

"morning kiss?" Tama menatap Jelsha dengan tatapan sayu serta suaranya yang masih serak.

Jelsha mendekat untuk mengecup bibir Tama sebentar, "udah, sana cepet mandi!" Jelsha mendorong dada Tama pelan, lelaki itu terlihat enggan meninggalkan kasur mereka.

"kamu udah mandi?" tanya Tama memandang Jelsha yang hanya menggunakan daster hitsm bermotif polkadot.

"belum, kamu duluan aja mandinya. aku mau bikinin sarapan" Jelsha ingin bangkit, tapi tiba-tiba tubuhnya terangkat membuat Jelsha memekik.

"MAS! kenapa sih?" Jelsha memukul pundak suaminya, kesal melihat wajah menjengkelkan Tama jika ada maunya. Jelsha mencoba turun namun lingkaran dipinggangnya mengerat.

Tama tersenyum sambil melangkah menuju kamar mandi dengan Jelsha digendongnya, "mandi bareng ya dek?"

Jelsha mendengus mendengar suara manja Tama, namun setelahnya ia tersenyum sambil mengangguk.

childish husband

"dek, pasangin dasi mas dong! mas udah telat ini lho." setelah suara Tama yang menggema diseluruh rumah, tidak lama pintu kamar terbuka, menampilkan Jelsha yang memasang wajah garang.

perempuan itu menghampiri sang suami yang berada didepan lemari, ia mulai memasangkan dengan rapi dasi hitam polos pada Tama. lengan Tama perlahan merangkul pinggang ramping Jelsha, menarik istrinya untuk mendekat.

"kamu sih susah dibangunin, telat kan jadinya! mana ngajak mandi bareng, tambah telat." dumal Jelsha masih fokus pada dasi suaminya.

"kamu nya juga mau-mau aja tuh" Jelsha menatap tajam Tama, "eh engga, sayang. iya, aku yang salah susah dibangunin" ucap Tama cepat.

Jelsha tertawa kecil, mendekat dan mengecup pipi suaminya sebentar, "ayo sarapan, mas" ia menarik lengan Tama keluar dari kamar.

"hari ini aku ga makan siang dirumah ya? ada rapat diluar, mana pas jam makan siang." Tama berucap sedih, biasanya ia akan pulang kerumah untuk makan siang bersama Jelsha.

"gapapa, mas. nanti makanannya aku anter kekantor aja" ucap Jelsha sambil menyiapkan makanan untuk Tama yang sudah duduk tenang.

"kamu ga repot, dek? mas bisa makan diluar aja"

"ga repot kok. kamu mau makan apa buat siang nanti? biar aku masakin" Jelsha ikut duduk disamping Tama, mulai memakan makanannya.

Tama tampak berpikir.

"mmm... ayam rica-rica? udah lama kamu ga masak itu dek, aku jadi kangen rasanya".

Jelsha mendengus, "terakhir kali aku masakin itu, malamnya kamu sakit perut".

"aaa~ mas mau ayam rica-rica dek.." Tama merengek, memiringkan tubuhnya menghadap Jelsha. Jelsha menghela nafas, "yaudah iya-iya, ayam rica-rica. cepet makan, kamu udah telat banget ini lho".

Tama tersenyum senang, ia melanjutkan makannya dengan disuapi sang istri.




childish husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang