08

2.4K 131 6
                                    

maaf kalau ada typo, happy reading . . . !🙆🏻‍♀️


ini adalah pagi selasa yang menyenangkan, baik untuk Jelsha maupun Tama.

keduanya sedang jalan santai disekitar komplek mereka tinggal yang terbilang sangat asri dan sejuk. Tama senantiasa menggenggam erat tangan Jelsha, begitupun sebaliknya.

"kamu ga cape?" Tama khawatir, pasalnya sudah sekitar 20 menit mereka berjalan, dan Jelsha belum terlihat lelah.

Jelsha menggeleng, "aku malah ngerasa segeran lho, mas. udaranya juga sejuk gini.." Jelsha memejamkan matanya sambil menghirup udara. Tama tersenyum dan tetap mengikuti istrinya yang masih ingin berkeliling.

"mas .."

"hmm?" Tama menoleh saat suara Jelsha memanggilnya.

"aku berhenti kuliah aja kali ya?" .

"lho, kenapa? ada yang ganggu kamu di kampus ya? atau apa??" pikiran Tama langsung kemana-mana saat Jelsha mengatakan ingin berhenti kuliah, pasalnya dulu Jelsha sangat excited waktu dirinya memberikan izin melanjutkan S2 nya.

"ih engga! aman aja kok, mas. tapi, aku rasa lebih baik berhenti aja.."

"ada yang ganggu pikiran kamu ya? sini cerita sama mas." Tama mengajak Jelsha duduk di kursi yang ada dipinggir jalan. keduanya duduk dengan Tama yang menghadap kesamping istrinya.

"bilang sama mas, apa alasan kamu mau berhenti kuliah?" Tama berujar dengan lembut sambil merapikan rambutku Jelsha.

"setelah aku pikir-pikir lebih baik berhenti aja. dulu kan tugas aku belum terlalu susah, cuma ngurus kamu sama rumah, masih bisa diselingi sama kuliah." ditatapnya wajah sang suami,

"sekarang, aku mau jadi calon mama, kita mau jadi orang tua, tugas kita bertambah mas. aku gamau, gamau kalo nanti ga bisa liat pertumbuhan anak kita hari-kehari. aku pengen dirumah aja, nikmatin masa-masa mengandung aku, sampe dia lahir nanti".

Tama menatap teduh sang istri, diusapnya tangan Jelsha yang ia genggam. "tapi masih ada 7 bulan, kamu bisa selesai buat semester ini, dek. gimana kalo nanti nyesel?"

Jelsha terdiam sebentar, "aku tau, masih lama. tapi ini keputusan aku mas, aku gamau cape yang mana nanti malah ngebahayain calon anak kita. aku gapapa kok, keluarga kita lebih penting dari S2. ini keputusan akhir aku, mas." Jelsha bergerak mendekati Tama dan memeluk tubuh Tama dengan erat, yang mana langsung dibalas Tama tidak kalah erat.

"mas ngerasa kok kamu ya yang keliatan lebih dewasa.." ucap Tama tiba-tiba, Jelsha yang mendengar itu reflek tertawa kecil.

"ya iya lah. mas kan kelakuannya masih kaya bayi! aku mah udah dewasa,"

bukannya kesal dikatai 'bayi' oleh sang istri, Tama malah mengeratkan pelukannya pada Jelsha sembari tersenyum misterius, "kalo aku masih bayi, berarti harus dikasih susu dong?"

"susu?" Jelsha menaikkan sebelah alisnya, namun setelah itu ia memekik kesal, "MAS IH!"

Tama tertawa sambil menarik Jelsha kepelukannya kembali, dihirupnya lama-lama aroma sang istri. Jelsha yang tadinya lumayan kesal, mulai mereda setelah merasakan hangatnya pelukan dan usapan dari Tama.

"i love you." ucap Tama setelah membubuhi kening Jelsha dengan kecupan.

entah karena belum terbiasa, atau hatinya yang memang akan selalu lemah jika sang suami mengungkapkan cinta, Jelsha selalu tersipu dengan wajahnya yang merona.

"i love you too, mas Tama".

Tama mengecup pipi Jelsha yang merona sebelum menggandeng kembali tangan sang istri, keduanya berjalan kembali sambil menikmati udara segar sembari menuju rumah.

tangan Jelsha melingkar mesra dilengan Tama sampai rumah pun tautan itu tidak terlepas. tetangga mereka yang tengah membeli sayur didepan rumah hanya senyam-senyum, melihat pemandangan pasutri yang sangat manis ini.










makin kesini, makin ga nyambung... 😪

childish husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang