4

37 8 1
                                    

Tedd berlari kencang menuju toilet, berharap Jongdae masih disana dan mengajaknya untuk bersembunyi. Dia tidak ingin Jongdae bertemu dengan mereka berdua. Tidak peduli beberapa pelanggan mengeluh karena terekena senggolan ataupun beberapa makanan dan minuman tumpah karenanya. Tedd hanya tidak mau Jongdae kembali ke masa itu. Masa dimana Jongdae mengalami trauma berat tentang idol.

"Jangan ke toilet, kumohon."

***

"Belum. Aku belum menemukan anak itu." Suho menggaruk kepalanya yang tidak gatal ketika menerima pertanyaan dari Chanyeol terkait keberadaan Jongdae.

"Hyung, cepatlah kembali. Rumor itu naik lagi."

"Aku tahu, Chanyeol. Tapi tunggu sampai aku menemukan Jongdae."

"Haah, seandainya dia tidak mengganti nomor HPnya."

"Kau dengan Sehun?"

"Tentu. Kudengar Lay hyung—"

Suho melihat ke arah belakang, melihat Lay lari terbirit-birit dari kamar mandi. Wajahnya tampak pucat dan terkejut, namun matanya mengungkapkan bahwa dia bahagia. Kerutan Suho berikan ke Lay ketika tangan putihnya ditarik kencang oleh Lay. Kaki mereka berjalan cepat menuju kamar mandi.

"Aku menemukannya," bisik Lay sambil terengah.

"Aku menemukan Jongdae."

***

Langkah mereka terhenti kala berada di depan pintu toilet dengan gambar seorang pria berwarna iru. Lay menarik napas dan menghembuskannya dengan kasar, kemudian menatap Suho. Orang yang ditatap mengangguk, mempersilahkan Lay untuk membuka pintu. Ketika pintu dibuka, betapa terkejutnya mereka ketika melihat pemandangan di dalam toilet.

Mereka bertemu dengan dua pria sedang melakukan transaksi. Orang pertama memiliki kulit putih seperti orang Amerika pada umumnya. Orang kedua sangat mirip dengan orang yang mereka cari selama ini.

"Lihat! Itu Jongdae! Chen!" bisik Lay lagi, kini dengan nada senang.

Suho menutup mulutnya. Terkejut dengan pemandangan itu. Orang yang dipanggil Lay-pun terdiam. Namun, matanya terlihat hampa. Tidak ada lagi rasa bahagia ataupun semangat hidup. Hanya kekecewaan serta amarah yang terpancar dari mata itu.

Tiba-tiba dari belakang mereka ada seorang pria berkulit hitam lain yang sengaja masuk ke dalam sembari menyenggol Suho dengan kasar. Tangannya menggenggam tangan Jongdae dan menariknya keluar toilet.

"Maaf, kalian salah orang. Come on, Theo. Kita sudah ditunggu," seru Tedd.

"Wait!" sergah Lay. Dia menggenggam tangan Jongdae yang tidak digenggam Tedd. Jongdae sampai meringis kesakitan karena genggaman itu.

"Jongdae! Ya, benar! Dia Chenku! Kenapa kamu pergi? Kemana saja kau selama ini, adikku?" tanya Lay bertubi-tubi.

"Maaf, bisa kau lepaskan tanganmu? Dia kesakitan," pinta Tedd. Lay melepas tangan Jongdae perlahan. Namun, mata kecilnya dapat melihat sebuah cairan merah keluar dari dalam hoodie itu.

"Darah! Tanganmu—."

Sebelum Lay berteriak, Tedd sudah menarik tangan Jongdae untuk pergi dari sana. Sekilas Suho bisa mencium bau asing dari tubuh Jongdae ketika mereka tak sengaja bertabrakan. Dia juga melihat sebuah plastik kecil jatuh dari saku milik Jongdae. Jika diperhatikan lebih detail, benda itu seperti salah satu narkoba yang dilarang diedarkan di masyarakat.

"Lay, kamu tidak berpikiran sama denganku, 'kan?" Suho melihat Lay yang terkejut, kemudian mengangguk cepat.

"Jongdae pecandu narkoba?" tanya Lay. Suho menggeleng.

We Are One! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang