"Kau yakin akan melakukan ini? Bagaimana dengan keluargamu jika mengetahuinya?""Keluarga? Keluarga apa yang Kau maksud? Aku hanya memiliki Taeyong seorang di hidupku, kenapa Kau terus melantur"
"Sepertinya Aku juga bodoh mengatakan seperti ini kepada orang yang tidak mau mengingat kehidupannya, apa otakmu tidak ingin merespon hal-hal yang mengingat segalanya.. Aku takut jika Kau akan mengingatnya secara mendadak, padahal Kau mengingat siapa musuh dan Cinta mu tapi tidak dengan buah hati mu. Jika aku ingatkan, Kau memiliki anak yang mengalami tragedi sama denganmu waktu itu"
"Entah, Bahkan hal itu tidak teringat sama sekali. Aku masih harus memiliki urusan lain terutama dengan Taehyung yang bertindak di luar nalarku, sahabat macam apa yang kabur di saat temannya sendiri menghadapi kematian. Jika bukan Kau yang melihatku masih bernyawa bisa saja Aku akan menderita dengan merasakan sakit yang memaksaku berujung dengan kematianku"
"Aku tidak bisa berbuat banyak, tapi tetaplah dengan nama ini Yuno-ah. Kau tau bukan? kita sudah sejak lama memata-matai Kim Taehyung, dia sama sekali tidak terikat apapun dengan bajingan itu.. Ia hanya merasa bersalah karena menelfonmu waktu itu dan ya, meskipun Ia lari.. tapi sikap tanggung jawabnya muncul untuk anak-anakmu jika Kau ingat"
Yun-o hanya mengangguk seperti sebelumnya, meskipun rasa penolakan dari memori yang hilang belum muncul sepenuhnya itu menyapanya kembali dan hal yang cukup Ia lakukan hanya menuruti sosok penolongnya ini.
••••
Mark menjalankan mobilnya dengan terburu dan kecepatan diatas 80 kilometer, bohong jika Dia tidak khawatir dengan keadaan Bubunya.. meskipun kecewa juga sudah meliputi perasaannya namun Taeyong tetap Ibunya, sosok yang pernah menjadi satu-satunya orang yang ingin Ia jaga dengan sebaik mungkin setelah Adeknya.
Matanya pun menyipit ketika melihat seseorang sedang berjongkok dan meringkuk di trotoar pejalan kaki, bukan tak mungkin Ia juga mengenali dari segi postur dan pakaian yang dikenakan.
CITTT...
Mark langsung mengerem dengan kuat dan meminggirkan mobilnya di pinggir jalan, Dirinya sudah kepalang khawatir dan ketakutan menyelimutinya bahkan hal positif tidak bisa Ia pikirkan saat ini. Dengan gerakan terburu Ia membuka pintu mobil itu bahkan tidak menutupnya dan berlari kencang ke arah seseorang yang mirip dengan Bubunya.
"BUBU!!" Teriaknya dengan lantang dan suara yang sudah bergemetar hebat, namun orang itu sama sekali tidak menoleh sekalipun.
"Bu?" Mark langsung menerjang badan itu dan memegang dengan kuat pundak yang terlihat sangat rapuh itu.
"Ma—rk? Ke—napa Kau disini nak?" Benar dugaannya Taeyong terlihat sangat hancur saat mendongakkan kepalanya, dengan mata yang sembam dan rambut yang sangat tidak rapi. Taeyong tidak kalah cepat menangkup wajah Putra sulungnya terlihat tidak jauh dengan Dirinya.
"Ada apa Bu, kenapa Bubu di luar dengan keadaan seperti ini? Bubu mabuk? Beomgyu bilang Kau menelfonnya dan apa ini? Kenapa Kau terlihat berantakan seperti ini? Apa ada seseorang menyentuhmu?!" Mark memberikan pertanyaan demi pertanyaan yang bahkan Taeyong tidak bisa menjawabnya, ada raut marah di kedua bola matanya yang sedang memandangnya itu.
"Bubu tak apa, ayo pulang.. jangan tinggalkan Bubu sendiri Mark" Taeyong mengubah topik yang ada dan tangannya terlihat sibuk merapikan helaian rambutnya dan mengusap sisa air matanya. Lalu Dirinya bergerak bangkit..
GREPPP..
Kakinya sangat lemas saat ini, semua kejadian menimpanya dengan cepat tanpa ada aba-aba agar Dia bisa menopang semua fakta dan segala hal yang baru saja Ia terima hari ini. Jika saja Mark tidak memegang badan Taeyong, bisa saja Dirinya akan terjatuh saat itu juga.
"Bu! Sebenarnya apa yang terjadi?!"
Taeyong menatap mata Mark kembali, jujur ia tidak bisa menjelaskan lebih banyak lagi dengan apa yang saat ini menghujam hidupnya.
"Mark-ah, Bubu hanya bisa bilang. Tolong jangan tinggalkan Bubu sendiri, Bubu sudah tidak punya siapa-siapa lagi untuk di genggam.. termasuk orang-orang yang Aku cinta. Bubu sangat menyesal, bahkan Bubu ingin menghukum Diri Bubu sendiri dan meminta maaf kepada kalian bertiga dengan cara apapun, Bubu tau.. Aku bukanlah seorang ibu yang membanggakan seperti orang lain di luaran sana. Aku terlalu mengesampingkan kalian bertiga hanya karena Aku kehilangan cintaku yang bahkan semua sumpahku tidak berjalan dengan semestinya"
"Aku sangat menyesal.. tapi untuk hari ini, Bubu ingin sendiri terlebih dahulu. Mungkin lusa Bubu akan meminta maaf dengan kalian semua, pikiran Bubu hari ini tidak bisa berjalan dengan benar. Kau pulang lah dan jaga Adek-Adekmu, kalian ada di apartemen Jeno bukan? Pulanglah dan jangan mengatakan apapun yang Kau lihat malam ini. Bubu sudah cukup malu dengan menjalani hidup yang seperti ini, pulang ya nak? Maaf harus melihat Bubumu dengan yang berantakan ini hari ini" Taeyong mengusap pipi Mark dengan sangat kasih sayang dan sesegera mungkin beranjak dari sana untuk memesan taksi.
"Bu! Anak mana yang akan meninggalkanmu pulang dengan Kau yang seberantakan ini? Aku akan mengantarkan mu pulang, persetan Bubu mau menjelaskan atau tidak. Sudah cukup dramanya Bu! Kau tidak kasihan dengan Aku? Aku bahkan selalu yang menjadi pertama untuk disampingmu dan bahkan dengan semua tingkah lakumu yang membuat Adek-Adekku kecewa dan sekarang apa? Aku tidak mau mendengar apapun, sekarang Aku harus mengantarmu dan tidak membuat beban baru lagi dipikiranku!" Mark menggenggam pergelangan Taeyong dengan sedikit kasar dan tidak dengan sabarnya, bahkan Taeyong sedikit meringis dan tubuhnya tidak bisa merespon untuk menolak itu semua.
- To Be Continued -
See youuuuu next part again! 🫶🏻
Jangan lupa vote dan komennya yaaa! Babayyyy 👾
KAMU SEDANG MEMBACA
Crescendo - Jung Family feat Beomgyu
FanficCrescendo (<) ; Perubahan dinamika Beomgyu lelah Bu, bagaimana cara Beomgyu bisa meminta pada Tuhan.. agar dunia berpihak pada Beomgyu sedikit saja atau setidaknya Tuhan beri Beomgyu rasa tenang saat tidur. Maaf jika aku selalu menjadi yang merepot...