"Bu, dengar Mark berbicara? Apa yang terjadi padamu? Bilang sama Mark Bu, apa seseorang berbuat jahat padamu?" Di dalam mobil Mark terus menerus menanyakan hal yang sangat mengganggu pikirannya, Taeyong hanya diam saja sejak tadi.. wajahnya pun hanya didapati menunduk dan sesekali memandang ke arah luar.Berbeda dengan Taeyong, Ia mati-Matian menahan semuanya dengan kedua tangannya yang bertaut dan gemetar hebat itu, tidak mungkin Ia akan jujur pada Putranya bahwa Dia sempat di lecehkan oleh seseorang.. bahkan Dirinya sangat jijik dengan apa yang bajingan itu lakukan padanya, Ia berharap hanya ingin sampai rumah dengan cepat dan menuju kamar. Ia tidak mau Mark akan berbuat sesuatu untuk membelanya, karena jelas letak kesalahan ada pada Dirinya.
"Mark-ah, Bubu tak apa. Bubu hanya terkejut setelah lama tidak minum alkohol, antarkan Bubu sampai pagar saja dan Kau kembali untuk jaga Adek-Adekmu. Bubu akan menyusul Kalian dalam waktu cepat" Ucap Taeyong setelah lama Ia mendiami Mark.
"Cih, sejak kapan Bubu menjadi seseorang yang seperti ini? Angin apa yang membuatmu memikirkan.. Adek? Yang Bubu maksud Beomgyu? Kau bahkan tidak menjenguknya sama sekali" Mark lagi-lagi menjawab dengan nada ketusnya, menurutnya saat ini adalah waktu yang tepat meluapkan segala hal yang ingin Ia ucapkan.. terutama masalah Beomgyu.
Hal itu sukses membuat Taeyong semakin terdiam dan gelisah, jujur Dirinya tidak ingin membahas itu malam ini. Taeyong hanya ingin istirahat sebentar saja untuk menelaah semuanya terlebih dahulu semua fakta yang Ia terima. Jika bisa mengumpat, Ia akan melakukan itu pada Taehyung.
"Mark, Bubu mohon jangan sekarang. Bubu janji akan menyelesaikan semuanya dan Bubu pun akan membayar semuanya, untuk malam ini ikuti kata Bubu sekali ini saja ya nak?" Jawabnya dengan memijat pelipisnya, karena saat ini Ia sangat pusing dan mungkin jika dipaksakan untuk berpikir lebih jauh, ia akan berakhir collapse.
Melihat raut sang Bubu yang tidak baik-baik saja, Mark menghela nafasnya kasar. Benar, Bubunya tidak dalam keadaan yang sangat baik sekarang.
"Bu, jika terjadi sesuatu katakan pada Mark heum?" Akhirnya laju mobil itu sudah sampai pada halaman luar mereka dan Mark menghentikan mobilnya sesuai dengan perintah Taeyong yang hanya ingin diantar sampai pagar rumah saja. Dan Taeyong pun menggangguk pasrah, langkahnya Ia bawa untuk keluar dari mobil itu dengan sangat berat.
"Hubungi Aku, jika terjadi apa-apa. Maaf Mark belum bisa menemani Bubu dirumah" lanjutnya dengan raut khawatir.
"Bubu tak apa, berangkatlah" Taeyong tersenyum dengan wajah piasnya. Batinnya, Ia harus menahan itu semua sebelum Mark melihat sisi rapuhnya, sudah cukup selama ini Ia menjadi beban untuk anak-anaknya. Mark mengangguk paham dan menjalankan kembali mobilnya, meskipun ada rasa khawatir yang tercetak dengan jelas.
"Mungkin ini karma untuk Bubu selama ini.."
••••
Di tempat lain, sekarang Yeonjun sudah dalam kesadarannya dan duduk bersandar di dasboard tempat tidur. Namun yang berbeda adalah pandangan kosongnya yang terus menatap ke arah depan, bahkan Beomgyu tidak mengerti dengan apa yang sedang dialami oleh Yeonjun. Tangannya Ia bawa untuk mendekatkan kursi rodanya ke arah sisi kasur, ia membuang nafasnya lelah dan belajar untuk beranjak mandiri untuk berpindah tempat. Karena Jeno daritadi sedang sibuk dengan skripsinya di kamar sebelah setelah merawat Yeonjun, tidak mungkin Ia terus-terusan merepotkan Hyungnya ditambah sekarang Mark belum kembali.
"Kenapa susah sekali?" Beomgyu bergumam dengan sendirinya, dengan pegangannya yang mengerat ke sisi kursi roda Ia paksakan untuk beranjak. Kakinya sangat lemas dan sulit untuk di gerakan.
"Menyusahkan" lanjutnya.
Berkat gumaman itu Yeonjun menolehkan kepalanya ke arah Beomgyu, Ia tidak sadar jika teman kecilnya itu sedang kesulitan untuk beranjak dari kursi rodanya. Yeonjun terlalu bodoh dan larut akan fakta itu, tanpa melihat bahwa sekarang Ia menyusahkan banyak orang dan korban dari keegoisan Ayahnya itu.
"Sini, Hyung bantu" Ucap Yeonjun membuka pembicaraan.
Beomgyu seketika menoleh dan menatap Yeonjun, namun sesegera mungkin Ia mengangguk dan menerima uluran tangan itu.
"Pelan-pelan" dektenya.
"Iya, memang kaki ku saja yang sudah tidak berguna. Padahal Aku masih ingin balapan denganmu" balasnya dengan nada getir.
"Ssssttt.. Kau berbicara apa? Kau bisa sembuh, Kau tidak ingat?" Jawab Yeonjun menenangkan ucapan Beomgyu.
"Untuk apa? Jika Bubu sama sekali tidak menginginkanku" Ucapnya terjeda dengan menarik nafas lalu berucap..
"Lebih baik Aku ikut Daddy daridulu" lanjutnya.
"Kalimat itu lagi? Aku sudah bosan Beomgyu-ya, andai—" kalimat Yeonjun terpotong, nafasnya tercekat saat pikirannya melalang buana pada pengakuan sang Ayah yang tidak sengaja Ia ketahui.
"Ah.. Iyaa bagaimana dengan Bubu Beomgyu disana?" Monolognya.
"Andai?" Tanya Beomgyu.
"Tak apa, Aku boleh kan tidur disini? Kepalaku masih pusing" Yeonjun langsung mengalihkan dengan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dan mengacuhkan Beomgyu yang masih dengan muka bingungnya.
Beomgyu sedikit tertegun, biasanya Yeonjun akan lebih menenangkannya tapi saat ini yang Ia dapat hanya helaan bosan dari sang lawan bicara. Mungkin memang semuanya sudah memuakkan, berbicara tanpa ada buktinya juga sedikit percuma dan entah hatinya malah semakin gusar malam ini.. Ia belum sama sekali mendapatkan jawaban lagi dari Bubunya, tapi apa boleh Beomgyu berbalik khawatir kembali setelah Bubunya sama sekali tidak melihatnya setelah kecelakaan itu?
"Lalu maaf apa yang Bubu maksud?"
Beomgyu menatap kakinya yang saat ini tidak bisa digunakan dengan benar, mengeluh juga bukan hal yang tepat. Ia benci takdir ini, Yeonjun juga belum menjelaskan apa rancauaannya saat pertama kali datang kemari.
"Mark Hyung dimana? Kenapa belum kembali?" Batinnya.
- To Be Continued -
See youuuuu next part again! 🫶🏻
Jangan lupa vote dan komennya yaaa! Babayyyy 👾
KAMU SEDANG MEMBACA
Crescendo - Jung Family feat Beomgyu
FanficCrescendo (<) ; Perubahan dinamika Beomgyu lelah Bu, bagaimana cara Beomgyu bisa meminta pada Tuhan.. agar dunia berpihak pada Beomgyu sedikit saja atau setidaknya Tuhan beri Beomgyu rasa tenang saat tidur. Maaf jika aku selalu menjadi yang merepot...