49 hari

8 3 0
                                    

Senin mendung, bella yg berkeliaran disekitaran ruang uks terlihat sibuk. Banyaknya manusia manusia alay yang pingsan selama upacara padahal sinar mentari saja malas menunjukkan dirinya.

"ni gue yg emang tahan banting apa mereka yg kurang vitamin kehidupan si!" keluh bella. Membuat cantika tertawa. salah satu juniornya di ekskul pmr itu hanya geleng geleng saja dengan keluhan kakak kelasnya.

"udah sini kak biar cantika aja yg lanjutin" ujarnya, bella segera menyerahkan minyak kayu putih yg harus dioles ke manusia2 yg pingsan seperti ikan pindang itu.

sementara dilapangan sana semua tengah hormat ketika sang saka merah putih dinaikkan.

Terkadang bella merinding melihat benderanya. Lagu indonesia raya berkumandang dengan khidmat. Sorot mata gadis itu menatap temannya diujung barisan , gadis yg berdiri dengan sorot mata yg tak lagi sama.

Hari ini tepat 49 hari sudah gavi jauh disana, dan tere masih sama. Gadis itu hanya akan berinteraksi secukupnya, bahkan ia mulai teelihat menutup diri.

Husein dan farel sesekali menghubunginya hanya untuk menanyakan apakah tere baik baik saja. Semenjak kepergian gavi, mereka bertiga benar2 memberikan perhatian lebih untuk tere. walau terkadang gadis itu tak akan bereaksi apa apa. Terdengar tidak tau diri memang. Tapi bagi bella yg sudah mengenal tere sejak kecil rasanya ia tak akan pernah bisa menghakimi tere.

Upacara berakhir, diujung sana bella mengangguk ketika farel menatapnya meminta persetujuan.
farel berjalan diikuti husein kearah tere yg baru akan beranjak pergi.

"re tunggu bentar" suara farel menghentikan langkah gadis itu. Ia mendongak karena perbedaan tinggi mereka yg terlihat jelas.

"kenapa rel?"

"besok kan tanggal 1 sampai 3 kita libur, agenda tahunan kita gimana?" farel bertanya,
"agenda apaan rel?" husein menyela ,lelaki itu terlihat bingung. emang tiap tahun mereka ngapain?

Farel berdecak mendengar pertanyaan bodoh yg dilontarkan husein.
"camping" jawab farel singkat dan datar.
husein menepuk jidatnya setelah mendengar jawaban far , bisa bisanya ia melupakan itu.

Agenda yg dimaksud adalah acara melihat bintang diatas villa milik gavi.

Cukup lama tere diam sampai akhirnya ia mengangguk saja.

Kedua manusia yg menanti jawaban tere dengan harap cemas itu akhirnya menghembuskan napas lega dengan jawaban yg mereka dapatkan.

Farel memberikan tanda jempolnya kearah bella yg melihat mereka dengan harap2 cemas dari jauh.

Percakapan mereka terhenti sampai disana karena tere memutuskan untuk segera masuk kelas. Gadis itu mengangguk tanda pamit. Farel dan husein menatap punggung tere yg semakin menjauh.

Suara lenguhan disebelahnya membuat farel menoleh.
"napa lu?" ia bertanya karena melihat husein melenguh aneh.

"gk ada, kasian aja sama tere " ujarnya lalu pergi meninggalkan farel. Lelaki itu jadi ikut melenguh Melihat bagaimana keseharian mereka yg mulai merenggang setelah kepergian gavi memang benar benar terasa.
.
.
.
Sesuai janji, pukul 2 siang farel husein dan bella sudah ada dirumah tere. Mereka tengah packing persiapan apa saja yang dibutuhkan.

Rumah tere yang hanya diisi pelayan pelayan berkeliaran mengerjakan tugas masing masing sementara kedua orang tuanya sudah sibuk seperti biasa membuat husein mengerti kenapa gadis itu terlihat tak bisa bergerak dari keadaanya yg sebelumnya. Ia tersenyum miris.

"lo ninggalin gadis yg malang gav" gumamnya pelan, farel menoleh kearah husein.

"lo ngomong apa?" farel bertanya membuat husein menoleh.

"ah gk ada, udah sampe mana persiapannya" lelaki itu segera mengalihkan pembicaraan. Ia beranjak dari acara berdirinya, membantu tere dengan tenda nya.

Setelah 1 jam berkutat dengan semua kesibukan, mereka mulai berangkat.

Tere dan bella dikursi belakang dan farel yg bertugas mengemudi, sementara husein sibuk mencari lagu yg enak untuk didengar. Perjalanan ke villa gavi membutuhkan waktu 2 jam. Yg artinya mereka butuh sesuatu yg asyik.

Tere sudah sibuk dengan salah satu buku yang ia pinjam diperpustakaan kemarin. Dan bella yg memperhatikan jalan.

"udah lama banget ya" bella membuka percakapan ketika mereka melewati hutan pohon cassia. Husein dan farel mengangguk mengiyakan.

"lo mau lanjut kuliah kemana cen" bella bertanya. Husein yg tadinya sibuk dengan cemilan tiba2 berhenti. Ia menatap keatas tanda bahwa ia sedang berpikir.

"gak tau juga si, males mikirin itu gue. Ngikut titah emak aja" jawabnya ngasal membuat bella berdecak.

"dasar anak emak" ejeknya disusul suara decakan dari husein.

Fyi nama panggilan husein itu acen, katanya mamanya yg ngasih.

"kalo lo re?" gantian farel yg bertanya.
Tere menatap manik mata farel.

"gak tau" singkat padat jelas. Farel hanya mengangguk ,ia juga tak tau harus bereaksi seperti apa.

Bella yg mengerti menepuk pundak tere, keduanya bersitatap cukup lama sampai tere membuka suaranya.

"maaf rel" gadis itu segera meminta maaf , ia tau niat farel sebenernya baik mencoba mengajaknya berbicara. Tapi mulutnya memang semakin hari terasa semakin malas berbicara.

"gapapa re, santai aja"

percakapan terhenti

30 menit hanya bertemu pandang dengan pohon cassia, akhirnya mereka sampai.

Bangunan besar yg sudah berdiri kokoh dari 15 tahun yg lalu, warna cat yg sudah mulai siap siap memudar nyatanya tak mengurangi keindahannya, dengan kolam renang yg dapat dilihat dari awal masuk. Farel dan husein sudah menenteng tenda mereka, sementara tere membawa teropongnya dan bella dengan cemilan2nya.

Tempat yg mereka tuju adalah puncak villa, dimana mereka bisa melihat bintang jatuh tanpa penghalang atap.

10 menit menaiki undakan tangga yg tidak ada habisnya membuat husein melotot,kakinya lemas. Apa apaan ni tangga banyak amat! Ingin mengeluh tapi harga dirinya lebih penting untuk dijaga.

"sebelah sini" husein menaruh tendanya, lelaki itu sudah jatuh terduduk. Tulang jomponya memang tak bisa diabaikan.

Bisa2nya lift villa itu sedang diperbaiki disaat saat seperti ini. Husein tak berhenti berdecak membuat bella lelah tertawa melihat betapa malangnya husein.

"gak usah ketawa lo!" husein mendelik kesal, bella mengusap matanya yg berair, ia melempar sebungkus cemilan kearah husein takut anaknya ngambek gk jelas.

Meskipun dongkol lelaki itu tetap menyambut ramah cemilan yg ditawarkan bella padanya.

Keempat manusia itu duduk ,menatap langit yg sebentar lagi akan mulai gelap. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore.

Selesai dengan istirahatnya mereka mulai memasang tenda, begitu juga dengan tere yg segera menutup bukunya. Membantu farel dan husein.

Tak butuh waktu lama 2 tenda sudah terpasang kokoh. Alat masak2 sudah ditata rapi oleh bella. Rencananya Mereka akan bakar bakar malam ini.
.
.
.

Gimana sama ceritanya? Suka gak? Fyi bakal ada kejutan di part setelah selesai camping. Tunggu aja yah. Author aja udh greget tapi msi berusaha nyatuin adegan biar teratur.
Kalau kalian suka jangan lupa kasi bintangnya yah jdi bentuk support buat penulis.

Semoga sehat selalu guys💗







19 APRILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang