Reminiscence

10 3 0
                                    

" kenapa rasanya hari berjalan lambat bel?" pertanyaan gadis yang baru saja selesai meminum susu hangat ditengah malam. Bella memutuskan untuk menginap setelah tadi pagi dengan semua yang terjadi.

" apa yang salah dari gue?" seolah tak cukup dengan pertanyaan sebelumnya.

Penyebab kematian gavi belum ditemukan sampai sekarang karena polisi memutuskan akan melakukan autopsi lanjutan untuk mengetahui penyebab sebenernya kematian gavi. Walaupun tidam ada bekas benda tajam ditubuhnya tapi kenapa dengan lancangnya polisi menyatakan bahwa gavi bunuh diri ? Pernyataan sementara? Tere tak bisa menerimanya. Gavinya tak mungkin bunuh diri!

Gadis itu menghembuskan napasnya perlahan.

"tidur ya" bella meraih gelas ditangan tere, ia membaringkan gadis itu. Mematikan lampu dan mulai mengelus rambut tere, agar gadis itu cepat tertidur. Setidaknya ia akan lupa sejenak. Begitulah pikir bella.

.
.
Manik mata coklat terang yang dari tadi sibuk melihat kebawah menatap gitarnya yang sedang ia perbaiki, lantai ruang tengah memang tempat ternyaman.

Gadis dengan baju kaos putih polosnya tengah duduk bersila kaki diatas lantai marmer berwarna coklat. Rambutnya ia cepol biasa.

Gadis itu terus bergumam apa yang salah dengan gitarnya tanpa tau sepasang mata menatapnya tanpa jeda diujung sana.

"nona" panggilan salah satu pelayan mengalihkan atensinya, pelayan itu memberikan sebucket bunga tulip dengan satu set kado.

"dari siapa?" tere bertanya, ia membolak balikkan kado yang sudah ada ditangannya.pelayan tersebut hanya tersenyum lalu memilih berlalu dari pandangan tere.

Karena penasaran,tere melepaskan bucket bunga yang ia pegang sebelumnya lalu mulai membuka kotak kado yang sudah ada dihadapannya. Isinya cukup lengkap , gaun pendek dengan warna soft pink,high hils warna putih dan satu kalung berlian .

"kaya banget keknya yg ngasih" gumam tere sambil tertawa. Ia melihat selembaran kartu ucapab yang terselip.

"semoga suka kayanya kurang tepat, pasti suka sih hahah. Gue kangen-gavindra"

Tere tertawa, ia melihat kanan kiri dan benar , siluet badan lelaki itu terlihat. Ia segera berlari menghampiri gavi yang masih setia berdiri diujung sana.

"manis banget, pacar siapa sih?" gurau tere yang kini sudah memeluk gavi.lelaki itu terkekeh.

"pacarnya mama shinta"sahut gavi ngawur.

"heh ,mulutnya ya! Tak aduin sama papa ntar" tere menepuk mulut gavi yang suka berbicara ngawur membuat sang empunya tertawa.

Selesai dengan acara pelukannya, gavi kini sudah ikut duduk selonjoran dilantai mengamati apa yang tengah tere lakukan. Gadis itu terlihat fokus memperbaiki gitarnya.

Salah satu alat musik yang paling ia sukai. Katanya biasnya pandai bermain gitar makanya tere suka , membuat gavi sering mendnegus kesal karena merasa diduakan.

Padahal gavi juga pandai memainkan alat musik itu karena dirinya menempati posisi gitaris di band yang pernah ia ikuti. Tapi sepertinya tak cukup membuat tere terpesona.

"udah makan belum?" tere bertanya, gavi menggeleng. Melihat respon gavi tere segera berdiri.

"ayo mau makan apa?" tere berjalan kedapur diikuti gavi dibelakangnya.

"apa aja deh" lelaki itu memilih duduj didepan meja patry dapur melihat bagainana cekatannya tere dengan urusan memasak. Gadis itu mengangguk saja.

Ia mulai bergelut dengan urusan makanan gavi. Tak peelu menu yg spesial sebenernya , hanya tempe orak arik saus dengan telur mata sapi yg krisis identitas. sudah cukup untuk memenuhi isi perut gavi.

Melihat makanannya jadi, lelaki itu mulai bersiap menyantapnya.

"enak gak?" tere bertanya setelah gavi memasukkan sendokan pertamanya.

"enwak bwngt" jawab gavi dengan semua makanan yang masih didalam mulutnya.

"telen dulu " titah tere jengah. Gavi segera menelan makanannya.
.
.
.
Pukul 4 sore.

"pulang dulu ya re, mama minta dijemput" gavi pamit, sepertinya rindunya kali ini sudah cukup terbayarkan, tere mengangguk.

"salam sama mama dari calob mantunya yang cantik ini ya!" teriak tere sambil melambaikan tangan. Gavi tersenyum memberikan tanda hormat.

"siap ibu negara" ujarnya. Keduanya tertawa.

Ah bahagia ternyata cukup sederhana.

19 APRILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang