Hai gimana nih kabar semuanya? Belum jatuh cinta sama gavi ya? Tere juga gk mau sih kalau kalian juga ikut jatuh cinta.
.
.
Selamat membaca
.
.
Hari pemakaman sudah berlangsung dari satu jam yang lalu."mana tere bel?" husein bertanya, salah satu teman gavi itu terlihat bingung.dimana kekasih sahabatnya.
" gue juga gk tau, hp nya gk bisa dihubungin" keluh bella jengah. Ia bahkan sudah tak bisa menghitung berapa kali ia mendial nomor yang sama dari kemarin.
"mau susulin aja gk?" farel menawarkan. Kedua manusia yang tadi hampir bertengkar itu akhirnya mengangguk setuju .
Mereka tidak bisa menghakimi tere karena tak ada ditempat pemakaman. siapa yang sanggup? Mereka tau bagaimana berartinya gavi untuk tere.
Mobil sedan hitam segera membelah jalanan kota jakarta. Suasana yang lebih cerah dari biasanya membuat farel menggigit jarinya.
" lo bahagia banget ya gav" keluh farel ketika melihat bagaimana cerahnya langit pagi ini. Husein sudah terlihat mau menangis.
" gk usah nangis lo!" bentak bella yang bahkan dirinya juga mau menangus. Tak ada lagi manusia yg akan ia ejek karena bucin dengan tere.
" gue gak nangis, sembarangan banget lo" husein mengusap matanya kasar.
Tak butuh waktu lama , bangunan megah rumah tere sudah terlihat .
Sepi
Mereka menekan bel beberapa kali sampai salah satu pelayan keluar membukakan pintu.
" terenya mana?" bella bertanya tak sabaran.
" didalam kamarnya" sang pelayan segera mempersilahkan mereka masuk.
Suara gaduh langkah kaki ketiga manusia yang menaiki undakan tangga itu benar benar memenuhi heningnya ruang tengah."RE BUKA PINTUNYA" gedoran dipintu kamar tere membuat gadis yang masih setia didalam pelukan selimutnya itu menoleh ke pintu.
Tak ada yg menyahut, bella kembali mengetuk pintu kamar tere. Kini lebih keras dari sebelumnya.
"PERGI" bella terhentak sejenak. Ketiga manusia itu aaling pandang.
"re please buka, lo gk mau dateng liat kak gavi, dia nungguin lo" keputusan yang salah keluar dari mulut bella. suara lemparan benda kasar yang menyentuh pintu membuat suara cukup nyaring.
"diem lo bel , lo gk bakal tau rasanya , please pergi ,gue mau sendiri!" suara teriakan prustasi diiringi isakan tangis dari dalam.
Cukup lama mereka berdiam diri didepan pintu mendengar isakan tangis pilu gadis didalam sana. Bella berdecak kesal. Ia mulai berjalan ntah kemana yang diikuti farel san husein.
"mau kemana lo?" husein bertanya tapi tak urung mengikuti langkah jenjang bella.
"diem"
Mereka mulai menutup mulit rapat rapat.
"mana kunci cadangan kamar tere?" suara datar bella membuat salah satu pelayan penjaga terhenyak. Ia segera mengambilkan kunci kamar yang dimaksud.
Gadis itu berlari, membuka paksa kamar tere. Keadaan yang berantakan. Bukankah barusan sudah dibersihkan? ah yg berantakan itu tere.
Gadis itu segera memeluk tere yang mulai memberontak.
"lo gk boleh kek gini re, gue nangis ni" bella mulai ikut terisak melihat keadaan tere. Ia merengkuh badan ringkih tere yang bergetar.
Kamar yang awalnya hening itu kini diisi isakan tangis bella yang lebih nyaring dari tere. sementara dua lelaki itu hanya berdiri menatap kedua gadis yg berpelukan
" pemakaman udah selesai , lo bisa dateng kapanpun lo siap re. Kita pamit" farel menarik tangan husein memberikan isyarat untuk meninggalkan dua sahabat itu. Memberikan ruang untuk tere sepertinya adalah pilihan yang palkng tepat untuk saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/346610194-288-k261401.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
19 APRIL
FanfictionRasanya waktu sangat jahat berjalan begitu lambat ketika kita ingin cepat cepat melupakan. 1 bulan semenjak kepergian gavi menyisakan ruang hampa yg begitu besar dalam hidup tere, gadis yg sekuat tenaga berusaha bangkit tapi kenangan manis yg ditin...