27

275 58 4
                                    

Dear Readers, Happy Reading 💕

"selamat pagi sayangnya papi" sapa papi yang duduk di kursi meja makan saat melihat putri kesayangannya keluar kamar.

Jisoo tersenyum simpul sambil berjalan ke arah papi.

"mami mana, pi?" tanya Jisoo mengambil kilat selembar roti dan memasukannya ke dalam mulutnya.

"ada di dapur bersama..."

"Jisoo berangkat ya pi, pamitkan saja ke mami" potong Jisoo sudah mengerti karena bisa mendengar suara gemericik air dan suara piring beradu yang biasanya ditimbulkan mami ketika ia mencuci piring.

papi sedikit mengernyitkan dahinya karena Jisoo langsung berbalik pergi setelah mencium pipinya singkat.

"buru-buru sekali, tidak pamit Jennie juga?" tawar papi membuat langkah Jisoo terhenti.

"apa pi?" tanya Jisoo memutar kepalanya dengan alis berkerut, ia ingin memastikan kalau pendengarannya masih normal.

papi menyebut nama Jennie, belum sempat papi menjawab, mami datang dari arah dapur.

"loh sayang, sudah mau berangkat? tidak sarapan dulu?" sapa mami sambil mengangkat sisa piring kotor di meja.

Jisoo hanya menengok sekilas ke arah mami kemudian kembali menginterogasi papi.

"pi, maksud papi tadi berkata pamit pada Jennie itu apa?" tanya Jisoo penasaran.

papi kebingungan menjawab karena tidak mengerti ada apa dengan putrinya yang begitu sensitif saat mendengar nama Jennie disebut, jadi mami mengambil alih keadaan.

"tadi pagi-pagi sekali Jennie datang kemari, tapi kamu masih menjadi putri tidur. jadi dia mengobrol dengan papi mami sambil sarapan bersama" ujar mami riang sambil menumpuk piring di tangannya, seolah rasa kecewanya hilang saat Jennie akhirnya kemari.

papi mengangguk setuju, sedangkan Jisoo malah terdiam. ia tak tahu harus bereskpresi apa saat kini perasaan senang, marah, kesal, rindu bercampur aduk menjadi satu.

"dia ada di dapur, sedang mencuci piring. temuilah dia" suruh mami dengan menyodorkan piring kotornya menyadarkan lautan lamunan Jisoo.

Jisoo berjalan pelan mendekati dapur di balik tembok, suara piring beradu dan gemericik itu masih jelas terdengar membuatnya yakin memang ada orang lain selain mereka bertiga di rumah ini. mata Jisoo melebar saat perlahan punggung Jennie menyapanya, entah mengapa langkahnya malah makin berat terasa.

tanpa terasa, kini Jisoo sudah berdiri di samping orang yang tengah asyik mencuci piring itu. sadar akan kehadiran Jisoo, orang itu menolehkan wajahnya dan mengeluarkan suara yang paling ingin Jisoo dengar seminggu belakangan ini.

"eh hai! pagi sayang, akhirnya kamu bangun juga hehe" sapa Jennie mengambil alih piring kotor di tangan Jisoo.

Jisoo tak menjawab. "aku tadi tiba saat kamu masih tidur dengan mulut menganga haha" canda Jennie membuat Jisoo meledak, karena bukan itu yang ia harapkan keluar dari bibir Jennie.

"tujuh hari kamu mengilang tanpa kabar dan sekarang kamu bersikap seolah tidak terjadi apa-apa?" tanya Jisoo tak percaya, ia menatap nanar Jennie dari samping.

glek! Jennie menelan ludahnya sulit, tahu Jisoo akan marah, tapi tak menyangka Jisoo hal ini terjadi sekarang karena ia belum menyiapkan jawaban.

"iya sabar ya, nanti kita bicara setelah aku selesai mencuci piring" balas Jennie berusaha setenang mungkin sambil meneruskan pekerjaannya, tapi Jisoo menggeleng cepat.

"tidak, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, kita selesai!" bentak Jisoo kemudian berbalik pergi membuat Jennie panik sendiri.

"eh sayang, t-tunggu dulu! ah sial!" gerutu Jennie mencuci kedua tangannya cepat kemudian bergegas mengejar Jisoo.

CRUSH : Badminton Punya Cerita || Jensoo ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang