Part 14 - Good Person

60 15 0
                                    

Mungkin sekitar pukul satu malam, aku, Renjun dan roh Jaemin sampai di depan dorm Dream. Jaemin lebih dulu mencoba menembus pintu tetapi dia tiba-tiba terlempar seakan-akan ada perisai pelindung yang sangat kuat yang mengelilingi dorm ini.

"Jaemin!"

Aku berlari menghampiri Jaemin yang terlempar lima meter dari pintu dorm, Renjun di belakangku yang tidak tahu apa-apa hanya bisa menatapku bingung.

"Akkh!" Jaemin mencengkeram dadanya kuat, ia sampai-sampai tidak bisa bangun dari duduknya karena merasakan begitu sakit di dadanya.

"Jaemin kenapa, Mingmei?" Renjun mendekat walau dia tidak bisa melihat Jaemin.

"Jaemin tidak bisa masuk ke dorm, sepertinya ada pelindung yang kuat di dalam," kataku, walau aku tidak begitu yakin.

Jaemin mengangguk, ia mencoba berdiri, saat aku membantunya dengan memegang tangannya, aku bisa menyentuh tangan Jaemin. Mataku melotot sedangkan Jaemin hanya tersenyum tipis.

"Jaemin? Kau tidak apa-apa?" Renjun tiba-tiba memeluk Jaemin.

Jaemin mengelus pelan punggung Renjun, ia menatapku dan tersenyum lagi. "Aku sedang memperhatikan wujudku, tidak perlu kaget, Mingmei."

Kedua pemuda itu melepas pelukannya. Jaemin menatapku, lantas sebuah senyum teduh ia tunjukkan. "Jadi begini ya wujudku tanpa melihat cermin."

"Kalian berdua masuklah, bukankah beberapa hari lagi comeback?" Jaemin menatapku dan Renjun secara bergantian. "Aku mengantar sampai sini saja, kalau kalian mencariku cari saja aku di studio rekaman atau di ruang latihan dance, aku tidak bisa masuk, ada sesuatu yang kuat menghalangiku."

Renjun lantas mengangguk paham. "Mungkin dia akan menginap di dorm."

"Aku pergi ya." Jaemin perlahan menghilang di hadapanku dan Renjun.

"Siapa, Renjun?" Kami berjalan kembali menuju pintu dorm.

"Apanya?" Renjun menekan kata sandi di pintu.

"Yang akan menginap? Kenapa dia bisa mempengaruhi Jaemin bisa masuk atau tidak?"

Ceklek!

Pintu terbuka dan kami berdua masuk tetapi Renjun belum menanggapi pertanyaanku. "Nanti kau juga tahu sendiri."

Renjun sudah menguap sedari tadi, ia mulai merenggangkan badannya yang terasa seperti mau remuk. "Aku akan langsung tidur, Mingmei."

Aku mengangguk, tanganku dari tadi sibuk mencari saklar untuk menyalahkan lampu ruang tengah karena pengelihatanku tidak begitu baik jika ada di kegelapan. Lampu menyala membuatku mengernyitkan mata karena silau.

"Astaga!" Aku terlonjak kaget saat menemukan Haechan yang duduk di sofa sembari menatapku dan Renjun dengan tajam,

Haechan bahkan tidak berkedip sekalipun, ia meletakkan minuman soda kalengnya di meja tanpa mengalihkan perhatiannya dari kami barang sedetik pun.

"Kalian dari mana?" tanyanya dengan nada dingin.

Aku mengenggam tangan Renjun dengan erat, malam ini Haechan tampak berbeda, ia tidak seperti biasanya, maksudku aku hanya tahunya dia di depan kamera, semenjak aku ada di tubuh Jaemin, Haechan jarang mampir ke dorm dan aku tidak tahu sifat aslinya.

"Itu, kami dari---"

"Aku tanya Jaemin, kau dari mana?" Haechan dengan cepat memotong ucapan Renjun, ia berdiri dan mendekat ke arahku, tatapannya yang menusuk membuatku semakin merapatkan tubuh ke Renjun.

"Aku ... dari luar," jawabku takut.

"Kau dari mana, Jaemin?"

"Aku dari rumah sakit menemui temanku," balasku cepat dengan sekali ambil napas, setelah itu aku memeluk Renjun dan menyembunyikan wajah agar tidak melihat Haechan, aku sungguh ketakutan sekarang.

Neo Zone: DreamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang