Prologue

477 47 7
                                    

Aku memperhatikan jam tangan dengan gelisah, ini sudah sangat malam, dan aku terlambat pulang.

Udara dingin membuat malam semakin mencekam, apalagi saat bulan tidak terlihat sedikitpun.

Aku mondar-mandir di halte, menunggu bus terakhir yang tiba, semoga saja masih sempat. Aku harus segera pulang, aku takut jika ada hantu atau penjahat yang lewat, katakanlah aku orang yang paranoid, tetapi memang benar.

Aku mengigiti kuku, selain karena khawatir, malam ini juga sangat dingin. Kalau saja orang tuaku tahu, aku jauh-jauh ke Korea tetapi malah menyiksa diri dengan pulang terlambat dan kedinginan di jalan seperti ini, aku yakin mereka pasti akan langsung menyeretku ke Cina.

"Ah, akhirnya," gumamku setelah bus berhenti di halte.

Aku terkekeh sendiri karena untung saja aku tidak menemui hantu atau penjahat.

Penumpang di bus malam ini tidak terlalu banyak, sebagian besar dari mereka adalah mahasiswa sepertiku. Lalu sebagian lagi para pekerja, dan trainee---dilihat dari pakaian mereka dan wajahnya yang sudah mencerminkan idol, aku pun langsung tahu. Aku bukannya sok tahu, aku selalu memperhatikan para trainee karena aku juga ingin menjadi seperti mereka, tetapi karena suatu alasan aku tidak bisa.

Aku duduk di dekat pintu karena terlalu malas jalan ke belakang. Kusandarkan kepala di sisi jendela setelah bus mulai berjalan.

Hari ini aku sangat lelah karena kelas di kampus, dan sepulang kuliah tadi aku tidak langsung ke asrama, aku melakukan kegiatan rahasia yang orang tuaku tidak boleh tahu, maka dari itu aku terlambat pulang.

Ada banyak hal yang kupikirkan sembari melihat langit malam melalui jendela bus, sampai-sampai aku tidak sadar kalau ketiduran, entah berapa lama aku tertidur.

Duar!

Aku terbangun dan terkejut mendengar suara ledakan keras di dekatku. Aku masih menyesuaikan mataku yang buram, kekacauan terdengar di sekitar bus dan aku merasakan bus yang aku naiki terhenti. Orang-orang di sekitarku berisik dan ribut.

"Ada apa ini?" gumamku sembari mengucek mata.

"Bangun, Nak! Kau harus menyelamatkan diri!" Seorang wanita menggoyang-goyangkan tanganku.

Aku tersadar penuh saat tanganku yang lain tiba-tiba terasa panas seperti terbakar. Aku menoleh dan baru menyadari kalau bus yang aku tumpangi terbakar, kepul asap ada di mana-mana, membuat jarak pandang terbatas.

Aku berdiri, mencoba menemukan jalan keluar, tetapi sepertinya pintu bus terkunci dan aku tidak tahu di mana supirnya.

"Kita harus keluar dari sini? Apa ada benda tajam? Kita harus memecahkan kaca ini!" teriakku frustrasi.

Namun tidak ada yang menjawab, aku segera mengulangi pertanyaanku dengan bahasa Korea.

"Di sini ada!" jawab salah satu trainee laki-laki tadi.

Aku tidak bisa melihat jelas apa yang dia pegang. Dia mengangkat benda itu tinggi-tinggi dan hendak memecahkan salah satu jendela. Namun tiba-tiba bus oleng, dan terguling ke sisi kanan.

Aku berteriak kesakitan saat tubuh orang-orang jatuh menindihku. Dadaku sesak karena asap dan desakan orang-orang.

Lalu semuanya gelap dan aku tidak merasakan sakit lagi.

***

Mataku terbuka secara paksa karena silau, butuh waktu beberapa detik hingga aku bisa melihat sekitar.

Putih. Aku tidak melihat apa-apa selain warna putih, aku seperti berada di awan, atau di dunia dongeng. Aku memutuskan untuk berdiri, memanggil nama orang tuaku, teman-temanku, dosenku, semua kupanggil. Namun tidak ada yang menyahut.

Aku berjalan ke sana kemari tanpa tujuan, tempat ini seperti tak berujung. Aku ke arah kanan selalu kembali ke tempat yang sama, aku ke arah kiri, tetapi kembali lagi ke tempat semula. Aku seperti terjebak di labirin.

Aku menangis karena takut, bagaimana jika aku selamanya terjebak di tempat ini? Tidak ada siapapun di sini, tidak ada apapun di sini. Yang ada hanyalah kekosongan. Bagaimana ini?

"Berhenti di situ, Nak." Suara seorang wanita terdengar.

Dari jauh aku bisa melihat sosoknya, tetapi wajahnya tidak begitu jelas, dan dari auranya saja aku tahu dia cantik. Di sebelahnya ada sosok remaja laki-laki, mereka berjalan ke arahku.

Aku sedikit tenang karena setidaknya ada orang lain di sini.

"Di mana aku? Bagaimana aku bisa kembali?" tanyaku pada wanita itu, tetapi sebagus-bagusnya pengelihatanku, wajah wanita itu tetap tidak terlihat walau jarak kami dekat.

"Tenang dulu, kamu akan segera pulang," jawab wanita itu lembut.

Wanita itu melihatku dan pemuda tadi secara bergantian. "Tapi ada sesuatu yang menahan kalian untuk kembali. Penyesalan dan keinginan yang kuat."

Aku diam, tidak terlalu memahami, begitu juga dengan pemuda yang berdiri beberapa meter dariku.

Kata-kata ini ... penyesalan dan kembali, apa artinya ... aku sudah mati?

"Katakan dalam hati apa penyesalan terbesarmu, atau katakan keinginanmu yang ingin kau capai," ucap wanita itu.

Penyesalan terbesarku, orang tuaku dan larangannya, batinku.

"Ayo kita buat kesepakatan. Kalian akan kembali kalau penyesalan atau keinginanmu itu sudah tercapai," ujar wanita itu, penuh teka-teki.

Aku mengangguk.

"Sekarang kalian berdua berjabat tangan, dan katakan kalau kalian sepakat."

Aku mengulurkan tangan, walau aku tidak tahu siapa pemuda itu, karena di sini aku tidak bisa melihat wajah siapapun---atau memang seseorang tidak mengizinkan kami untuk saling mengetahui identitas masing-masing.

Pemuda tadi menyambut uluran tanganku.

"Aku sepakat," ucap pemuda tadi dengan suara serak.

Aku terdiam, menatap pemuda tadi walau hanya terlihat sosok putih.

Aku merasa seseorang mendorong pelan bahuku, membuatku tersadar. "A-aku sepakat."

Lalu tautan tangan kami terlepas.

Sebentar, aku tidak salah, 'kan? Aku tidak mungkin salah mengenali suara orang. Suara tadi ... suara Na Jaemin, 'kan? Jaemin NCT? Suara yang setiap malam kudengar melalui ponsel.

Kalau aku sudah mati, lalu kenapa ada Jaemin di sini? Apa dia juga sudah ... tiada? Apa yang terjadi padanya hingga dia harus ada di tempat ini?

Tiba-tiba ledakan cahaya terjadi di depanku, di tempat Na Jaemin tadi berdiri. Lalu aku tidak tahu apa yang terjadi, aku merasakan tubuhku tersedot lubang hitam.

💚💚💚

Gimana ceritanya?

Rabu, 11 Agustus 2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rabu, 11 Agustus 2021.

Neo Zone: DreamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang