Part 15 - Like We Just Met

64 16 2
                                    

"Kalian berdua mau ke mana?"

Haechan memegang tanganku dan Renjun saat hendak naik mobil. Renjun tadi memang sengaja meminjam mobil salah satu staff setelah kami syuting acara variety show dan kami sengaja pulang terlebih dahulu daripada member lain karena ada urusan yang mendesak, itulah alasan yang diberikan Renjun pada staff.

Aku dan Renjun saling pandang, pemuda itu  sepertinya menanyakan pendapatku lewat tatapan mata, aku menggeleng kecil.

Haechan melepaskan tangannya, ia lantas melipat kedua tangannya dan berdecak. "Malah tatap-tatapan, dari kemarin kalian menyembunyikan sesuatu dariku, mungkin dari member lain juga, ada apa?"

Renjun tersenyum tipis, dia menyentuh pelan bahu Haechan dan menatap wajahnya. "Aku tahu kau khawatir, tapi kami tidak apa-apa. Aku janji perginya nggak lama, Haechan di sini saja bersama member lain ya?"

Haechan menghela napas, ia akhirnya mengangguk. "Aku beri waktu dua jam ya? Kalau tidak ada kabar aku susul ke sana, rumah sakitnya masih sama kan?"

Renjun mengangguk, ia menoleh padaku dan menyuruhku masuk mobil terlebih dahulu. Renjun dan Haechan masih berbicara sesuatu yang tampaknya cukup serius, sejak semalam mereka berdua sepertinya memiliki masalah yang sampai ini masih belum bisa diselesaikan.

Renjun melambaikan tangan pada Haechan. "Aku pergi dulu, Haechan. Jaga diri ya?"

Renjun kemudian masuk mobil, ia duduk di kemudi dan menyalakan mesin mobil. "Siap bertemu orang tuamu, Mingmei?"

Aku mengangguk, walau tidak dapat dipungkiri aku merasa gugup padahal mereka orang tuaku sendiri, bukan orang asing.

***

"Kalian temannya Mingmei?" tanya mamanya Mingmei, maksudnya mamaku.

Kami mengangguk. "Nama saya Huang Renjun, dulu pernah satu sekolah dengan Mingmei waktu di Cina, dan ini Na Jaemin."

Aku membungkukkan badan di hadapan Papa dan Mama yang sedang berdiri di dekat ranjang Mingmei, aku mengucapkan salam pada mereka menggunakan bahasa Korea agar mereka percaya kalau aku Na Jaemin.

"Nak Renjun kenapa ada di Korea juga? Kau sekarang satu kampus sama Mingmei, nak Jaemin juga?" Papa menunjukku dan Renjun bergantian.

Renjun mengangguk canggung. "Maaf Paman, Tante, Jaemin tidak begitu bisa bahasa Cina, kami seniornya Mingmei di kampus."

Mama mengelus pelan kepalaku dan Renjun gantian sedangkan Papa bergantian menatap kami. Air mataku hampir saja tumpah karena aku belum pernah diperlakukan seperti ini, aku bisa merasakannya hanya saat berada di tubuh Jaemin.

"Saya sangat bersyukur Mingmei bisa bertemu teman-teman baik seperti kalian," ujar Mama, ia mengelus-elus bahuku dan tersenyum lembut, aku bahkan tidak percaya kalau wanita yang berdiri di depanku ini mamaku.

Papa pamit keluar sebentar pada kami karena ia mendapat panggilan telepon dari atasannya. Kami lantas duduk di kursi yang tak jauh dari tempat Mingmei berbaring.

"Tante kenapa baru datang?" tanyaku.

Renjun menyenggol pelan bahuku, lewat tatapan matanya aku yakin Renjun ingin memarahiku karena aku bertanya dengan pertanyaan yang terlalu menyinggung untuk sebuah pertemuan pertama, padahal aku bukan bertama kali bertemu Mama.

"Tante baru tahu karena Renjun telepon, selama ini Mingmei dihubungi tidak bisa, Tante kira dia marah karena terakhir kali papanya memarahinya. Tante juga tidak punya nomor telepon teman-temannya di Korea." Mama menatapku, dia menunjukkan wajah menyesalnya. "Tante sangat menyesal."

Neo Zone: DreamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang